KELAM 7

305 27 1
                                    

Sabtu malam yang tenang. Nadine yang merasa bebas sendirian sedang menonton drama korea dari laptopnya. Ia asyik sekali hingga tak sadar malam sudah semakin larut.

Nadine menutup laptopnya kasar. Kesal ia sudah mengorbankan rasa kantuknya sendangkan film yang ia tonton malah tidak berakhir happy ending. Lalu Ia membanting tubuhnya di kasur.

Saat ingin benar-benar tidur, kantuknya malah hilang. Ia miringkan tubuhnya menghadap tembok. Lalu ia teringat dengan nasehat mamanya tadi pagi

(Flashback)

Nadine sebenarnya malas diantar ke sekolah. Apalagi kalau mamanya yang menyetir. Menurutnya, sang mama belum terlalu mahir. Polisi tidur, lubang, semua ditebas sama rata.

Ditambah lagi, hari ini akan ada lanjutan kemarahan yang pastinya akan membuat kuping Nadine berdengung. 'Mama pasti akan menggali sedalam-dalamnya, kemana, sama siapa, berapa orang, bla bla.' Batin Nadine sambil memasang seat belt.

Tapi ia heran. Walau mama sudah menurunkan Chiki di Taman Kanak-kanak, mama tetap tak bersuara.

Ia terus dan terus menunggu, apa yang tadi ingin mamanya bicarakan. Bahkan setelah gedung lantai tiga sekolah Nadine terlihat, sang mama masih belum membuka mulut.

Nadine mulai gusar. Di tatapnya wajah wanita itu. Sudah ada sedikit kerutan di bawah matanya yang masih melihat lurus kedepan.
" Mama tidak jadi marah?" Nadine memberanikan diri bertanya.

Bu Linda menggeleng.
" Mama fikir kamu sudah cukup besar untuk menjaga diri. Tapi mama ingin kamu mengerti. Perempuan itu, adalah barang yang mudah sekali rusak. Sekali disentuh, ia akan kusut. Sekali dipakai, ia tak akan kembali seperti semula."

Bu Linda menepikan mobil dan menatap mata Nadine lekat-lekat. "Lihatlah contohnya, perempuan yang sudah dihamili papamu di masa lalu itu. Lihatlah anaknya, keluarganya, semua yang dekat dengannya. Mereka pasti menanggung malu sepanjang hidup mereka."

"Kemana arah pembicaraan Mama. Nadine tidak sebodoh perempuan itu Mah!" Nadine memalingkan mukanya kesal. Ia tak menyangka mamanya akan berfikir sejauh itu. Namun ketika amarahnya memuncak, bayangan wajah Erik yang hendak menciumnya malam itu membuat emosinya menciut.

"Mama bukan tak percaya, Nadine. Mama hanya khawatir. Sini dengerin mama. Laki-laki di dunia ini ada dua jenis. Kedua jenis ini akan melihat perempuan dalam konteks yang berbeda.
Jenis pertama, hanya melihat perempuan seperti, mmm... HP China." Bu Linda memutar otaknya sekeras mungkin agar anaknya mengerti.
" HP China yang murah, kalo rusak pasti dibuang saja. Kenapa? Karena memperbaikinya sama harganya dengan membeli yang baru."

" Nah, lelaki jenis kedua adalah lelaki yang melihat wanita itu seperti mobil antik yang berharga. Jika rusak, mau semahal apapun, mobil itu pasti diperbaiki." Bu Linda berhenti sejenak. Menarik nafas dalam-dalam.

" Namun, sebagai perempuan, tentu kita juga bisa memilih, mau jadi HP China, apa mobil antik."

Nadine yang mengerti sekali maksud  mamanya, hanya memandang kosong kedepan. Setelah beberapa saat barulah ia berani metatap wajah sang mama yang dari tadi menunggu gadis itu membalas tatapannya.
" Nadine minta maaf Ma." Ucapnya lirih.

" Mama tau, anak gadis Mama sudah mulai dewasa. Mama percaya sama Nadine." Bu Linda mengusap lembut kepala Nadine yang terbalut kerudung.

Setelah sampai di gerbang sekolah, Nadine turun. Belum beberapa langkah Bu Linda menekan klakson, membuat hampir semua orang melirik ke arahnya.
" Mama dan Chiki nanti mau ke rumah nenek, nginap.mau ikut gak?" Bu Linda setengah berteriak.

Nadine berbalik dan menggeleng.

(Flashback End)

***

KELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang