6

36 12 5
                                    

Kea kini sudah duduk dengan segelas jus jeruk didepannya, sementara Ririn yang berada didepannya terus saja berceloteh menceritakan seluk-beluk sekolah ini, dari hal yang memang menurut Kea penting untuk diketahui hingga gosip-gosip yang tak diminati Kea juga diceritakan oleh Ririn.
"terus ya Ke, cogan disini tuh semua pada ber--" ucapan Ririn terpotong saat mendapati Kea memandang dirinya dengan tatapan datar nan malas.
"muka lo kenapa Ke?" tanya Ririn dengan tampang lugunya.
"bagus Lo nanya" ucap Kea sembari memperbaiki posisi duduknya menjadi tegak.
"gue dari tadi pengen nyumpal mulu lo pake botol sambel ini" Kea menjeda ucapannya sejenak meneliti wajah teman baru yang berada didepannya ini. Gadis yang beberapa saat lalu sangat cerewet itu kini menunduk dengan bibir terkatup rapat, membuat Kea menjadi tidak tega, dan merasa bersalah disatu waktu namun, disisi lain dia juga rasanya ingin terbahak menyaksikan ekspresi lugu gadis berkacamata didepannya ini namun yang ditampilkan Kea hanya ekspresi datar tanpa ekspresi. Kea menghela napas dan memilih melanjutkan perkataannya yang sempat terjeda tadi.
"Rin, lo sebenarnya kekantin mau makan apa mau nge-gosip sih?" tanya Kea hati-hati. Ekspresi wajahnya yang tadi dingin kini berubah menghangat. Ririn sedikit melega melihat itu.
"gue kelepasan ceritanya ke" gumam Ririn pelan dengan raut cemberut.
Kea hanya merespon itu dengan gelengan maklum, lalu kemudian beralih meminum jus jeruknya yang sedari tadi diabaikan diikuti Ririn yang yang mulai mengaduk kuah bakso didepannya dan mulai makan dalam diam.

15 menit berlalu dua gadis yang sangat berbeda karakter itu telah menghabiskan jajanan yang telah dibelinya masing-masing.
Ririn kini tengah mengelap bibirnya dengan tisu, takut kalau-kalau ada sisa-sisa makanan yang menempel disana.
"alhamdulillah kenyang" ucap Ririn sesaat setelah mengelap bibirnya sedangkan Kea, dia hanya memperhatikan Ririn dalam diam enggan berkomentar.
Hingga akhirnya kedua gadis itu kemudian bangkit berdiri dari duduknya untuk kembali ke kelas. Namun saat berbalik badan kejadian tak mengenakkan kembali menjumpai Kea, seseorang kembali menabrak tubuhnya dari arah berlawanan, sontak saja tubuhnya sedikit terhuyung kebelakang menabrak kursi yang tadi menjadi tempat duduknya. Itu membuat betisnya yang terbentur dengan kursi menjadi sedikit nyeri. Kea menunduk menatap lantai marmer kantin untuk beberapa detik lalu kemudian dia menarik napas panjang dan mendongak melihat siapa yang menjadi pelaku ke-tiga penabraknya hari ini. Kea memandang cowok yang kini tengah membersihkan seragamnya sendiri akibat kena tumpah minuman yang dibawanya. Kea mendengus lalu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kantin. Dia pikir peristiwa ini akan membuatnya menjadi pusat perhatian lalu kemudian dia jadi terkenal dan menjadi idola baru disekolah ini, ternyata pikirannya salah hanya beberapa orang yang menatap kearahnya. Mungkin Kea sangat terobsesi menjadi primadona sekolah hingga membuatnya berpikir demikian. Sementara Ririn yang beberapa detik lalu sempat kaget dengan insiden 'tabrakan'  itu kini dengan cepat berdiri disamping Kea, bisa Ririn lihat dengan jelas ekspresi Kea sedikit tak enak untuk dilihat. Ririn mendekatkan bibirnya ketelinga Kea lantas berujar.
" namanya Devon Samudera Dirgantara. Dia orang yang sama yang nabrak lo pas kita jalan ke kantin tadi." sederet kalimat itu entah kenapa membuat decakan lolos dari mulut Kea. Dia menghembuskan napas gusar lalu kemudian menunjuk cowok yang katanya bernama Devon itu.
"Lo-----" Kea menggantung dengan tangan mengambang diudara. Telunjuknya dia arahkan kewajah cowok tanpa ekspresi dihadapannya itu.
"Lo gak pernah diajarin sopan santun?" tanya Kea dengan nada dingin dan datarnya.
Sementara cowok itu hanya mengernyitkan kening, seakan tak mengerti.
Kea menghela napas mencoba sabar.
" Lo udah dua kali nabrak gue dan kurang ajarnya lagi lo gak minta maaf hah?" nada suara Kea naik satu oktaf dia jengkel ketika melihat lawan bicaranya hanya menaikkan satu alis.
Ririn yang sedari tadi diam kini menarik-narik ujung seragam Kea, mencoba menenangkan namun sedetik kemudian ekspresi Ririn yang tadinya khawatir kini berubah menjadi pucat pasi, Ririn panik saat pandangannya menatap kearah name-plate cowok yang sedang dimaki-maki oleh Kea, Ririn baru mengingatnya. Ririn kembali menarik-narik ujung seragam Kea hendak memberitahu sesuatu.
"Ke udah, kita diliatin" ujar Ririn jujur saat ini mereka memang tengah menjadi pusat perhatian.
Kea menoleh sebentar melihat seisi kantin, dan kembali menatap cowok dihadapannya yang masih berdiri kaku lengkap dengan tatapan datar. Kea sekali lagi berdecak dan membuang pandangannya kearah lain asal jangan wajah sok tampan cowok itu. Ralat bukan sok tampan. Memang tampan.
"hari ini gue cuman nabrak sekali... Ah ralat lebih tepatnya gue yang ditabrak dan gue yang disalahin" Kea menoleh cepat saat mendengar suara bariton itu menyapa gendang telinganya.  Kea makin merasa emosinya berada diubun-ubun.
"mungkin yang lo maksud nabrak lo sebelumnya bukan gue" ujar cowok itu lagi yang membuat Kea tertawa sinis. Sementara Ririn semakin frustasi bagaimanapun dia ikut andil dalam peristiwa ini.
"lo pikir gue percaya? Lo tau kan mana ada sih maling ngaku? " ucap Kea tak mau dibantah.
" jangan pikir karena gue siswa baru gue gak berani ya sama lo, disini gue yang bener dan gue gak bakal takut selama gue bener" lanjut Kea berusaha tidak emosi.
"oh ya?" pertanyaan itu lolos dari mulut Devon, dan terdengar sangat meremehkan ditelinga Kea
"Lo-----" ucapan Kea terpotong saat Ririn mencubit lengannya cukup keras.
Kea menghentakkan tangan Ririn kuat-kuat
"apa sih Ririn?" Kea jengkel dengan teman barunya itu.
"gue lupa bilang kalau Devon punya kembaran, mungkin yang nabrak lo tadi kembarannya. Sorry gue salah." ujar Ririn berbisik namun mampu didengar oleh Kea dan Devon. Mendengar itu Kea menegang untuk sedetik lalu dengan cepat menormalkan ekspresinya, Devon yang menangkap hal itu tersenyum kecil, senyum tipis yang hanya bisa ditangkap saat memakai kaca pembesar. Oke ini berlebihan .
"apa lo masih mau maki-maki gue?" Devon bertanya dengan mata yang menatap lekat kearah Kea yang membuat objek tatapan kini gelagapan.
" liat kesana..." Devon meraih dagu Kea dan mengarahkannya kesudut kantin, hal pertama yang mata Kea tangkap adalah antrian siswa yang menunggu pesanannya tersaji. Kea kembali memutar pandangannya kearah Devon memasang ekspresi meminta penjelasan.
"yang duduk disamping cewek kuncir kuda itu kembaran gue namanya Devan Benua Dirgantara, mungkin dia yang nabrak lo" Devon menunjuk kembaran identiknya itu diikuti Kea yang semakin menggigit bibir bawahnya saat menyadari wajah Devan dan Devon memang sangat mirip, mungkin itu yang membuat Ririn salah mengenalinya. Kea menelan salivanya gugup, dia menyesal telah memaki-maki Devon beberapa menit yang lalu. Dia mengalihkan tatapannya dari Devan lalu kembali menatap Devon yang kini terlihat seperti tengah mengulum senyum. Kea malu!!!! . Ya kea malu saat ini tapi dia sangat pintar menyembunyikan ekspresi.
"apa perlu gue suruh Devan kesini dan minta maaf ke lo?" lagi suara Devon terdengar membuat Kea terkesiap.
"eh? Lo gak perlu ngela---" ucapan penolakan Kea terpotong saat suara teriakan Devon menyerukan nama kembarannya terdengar mengisi seantero kantin, Devon melambai mengintruksikan agar Devan menghampirinya. Devan segera berjalan kearah Devon dengan kening yang mengernyit bingung ketika mendapati saudara kembarnya ditemani dua orang cewek, Devan pernah melihat salah satu dari cewek itu namun satunya lagi sangat asing, Devan memandang Kea bingung dia memang belum pernah melihat Kea sebelumnya. Kea tegang ditempat saat diberi tatapan seperti itu.
"kenapa Von?" tanya Devan tak sabaran.
"ada yang mau nyuruh lo minta maaf" ucap Devon dengan senyum yang terkulum sempurna.
"siapa?" lagi pertanyaan berbeda itu terlontar dari mulut Devan.
Sedangkan Devon yang masih mengulum senyum tak menjawab pertanyaan itu secara langsung dia hanya menolehkan pandangannya kearah Kea, hal itu membuat Devan juga menatap Kea dengan alis yang terangkat. Kea hanya diam ditempat,  gantian kini dia yang menarik ujung seragam Ririn meminta bantuan. Kea tak melihat Ririn yang saat ini juga sedang cengo.
"siapa lo?" pertanyaan itu dari Devan.
Kea memejamkan mati sembari merapalkan do'a dalam hari.
"mati gue!!!!!!"  batin Kea

A.n
Hai, kambek.
Lebih mending panjang kek gini tapi slow up, atau pendek kayak kemarin tapi fast up?

 THE REASON [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang