7

22 6 1
                                    

"siapa lo?" pertanyaan itu dilontarkan Devan lengkap dengan ekspresi bingungnya

Sedangkan yang ditanya kini masih berdiri kaku dengan tangan yang sibuk menarik-narik ujung kemeja sekolah Ririn.
" Rin, bantuin gue napa" Kea berbisik pelan sembari memasang wajah datar sebagai bentuk spekulasi.
Karena Ririn yang dimintai tolong tak kunjung buka suara melainkan hanya menampilkan ekspresi linglungnya. Kea menghembuskan napas gusar melihat itu, dia memilih menatap Devan sang pemberi pertanyaan lalu dengan suara yang agak sedikit gemetar karena gugup dia kemudian angkat suara.
" ekhem.... Lo tadi gak sengaja nabrak gue pas lo jalan kekantin, dan lo gak minta maaf sama sekali" Kea menjelaskan dengan ekspresi datar meski sesungguhnya dia tengah gelisah. Sementara Devan kini terlihat sedang seperti mengingat sesuatu.
" ah....iya" ucap Devan saat beberapa detik lalu suasana atmosfer disekitar empat orang yang kini terlihat sedang berunding itu hanya diselimuti oleh keheningan.
" gue tadi kayaknya emang nabrak seseorang pas kekantin, tapi gue buru-buru soalnya ciloknya mbak salsa takut kehabisan makanya gue gak balik buat minta maaf,kok lo bisa tau gue nabrak orang?" jelas Devan panjang lebar, dan diakhiri dengan pertanyaan diakhir kalimatnya. Sementara Kea kini hanya menampilkan ekspresi cengo menatap kedua cowok kembar itu bergantian, dia takjub dengan penjelasan Devan yang begitu jujur. Demi cilok cowok ganteng itu buru-buru sampe nabrak orang dan gak minta maaf pula? Demi cilok? Kea tidak tau bahwa cilok sangat berharga bagi beberapa orang. Sementara Devon yang menyaksikan itu merasa terhibur dengan ekspresi yang diperlihatkan oleh cewek asing yang bernama Kea itu. Cewek yang lima menit lalu memaki-makinya,cewek dengan dagu lancip mempesona, mata yang tampak berbinar, cewek dengan bibir tipis berwarna pink alami, cewek yang menurut Devon hampir sempurna untuk ukuran seorang perempuan. Sementara Ririn, jangan tanyakan sedang apa dia sekarang. Cewek manis berkacamata itu kini hanya berdiri bak patung disebelah Kea, dia sama seperti Kea, sama-sama terkejut dengan penjelasan ajaib seorang Devan Benua Dirgantara.
"Lo nanya kok bisa gue tau?" Kea bertanya, kegelisahan yang tadi menjebaknya kini menguap entah kemana,kini dia kembali seperti Kea yang beberapa menit lalu memaki-maki Devon. Ririn yang melihat itu hanya bisa menghela napas menatap kasihan kearah Devan yang sebentar lagi akan menjadi objek makian Kea.
"Gue yang lo tabrak. Lo gak bertanggung jawab balik buat minta maaf atau sekedar nanya keadaan gue gimana. Dan itu semua karena cilok? Oh god seriously?" Kea menjelaskan diakhir dengan tawa sumbang diakhir kalimatnya. Ririn tepuk jidat disamping Kea sementara Devon, posisinya kini sudah bersidekap disamping Devan yang menunggu lanjutan kalimat dari Kea.
" Ke, udah yuk kekelas. Keburu telat" ajakan itu berasal dari Ririn yang dengan sigap menarik ujung lengan Kea untuk mengikutinya agar cewek itu berhenti memaki Devan. Kea pasrah lengannya ditarik oleh Ririn tapi sorot matanya terus menatap Devan horor, tatapan itu baru lepas dari Devan setelah Ririn dan Kea sudah berada diambang pintu kantin, Devan yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala lalu mengalihkan pandangannya kearah Devon sang adik sembari memberikan tatapan penuh tanya, meminta penjelasan atas kejadian barusan. Sedangkan yang ditatap hanya mengangkat bahu cuek, melihat itu Devan memilih meninggalkan Devon dan melanjutkan menyantap cilok mbak salsa yang menjadi menu favoritnya dikantin sekolah.

          💧💧💧

Kea mendudukkan dirinya saat telah sampai dikelas, jam istirahat belum selesai meski dia merasa telah banyak menghabiskan waktu dikantin, mulai dari makan, mendengar ocehan tak berguna dari Ririn hingga yang paling membuatnya jengkel adalah bertemu dengan saudara kembar yang menjengkelkan dan mampu membuatnya memaki ditempat umum. Kea mengusap pelan wajahnya lalu memindahkan tasnya yang berada dikursi keatas meja, ia memilih tertidur dalam posisi duduk dengan tas digunakan sebagai bantal. Kea kini hanya sendiri, karena saat sampai dikelas tadi Ririn pamit kepadanya untuk ketoilet dan Kea sedang dalam mode buruk sehingga tak menawarkan dirinya untuk menemani teman barunya itu. Bulu mata lentik Kea bergerak menandakan sang pemilik akan membuka matanya. Kea baru memejamkan mata selama lima menit namun sepertinya notifikasi aplikasi pesan di handphone-nya memang sedang ingin mengusik ketenangannya. Kea memasang ekspresi malas sambil merogoh saku seragamnya untuk nengambil benda pipih yang baru saja mengganggunya itu. Dilihatnya satu nomor asing yang sama seperti sebelumnya kembali mengiriminya pesan. Pesan yang membuat Kea membuat Kea frustasi karena penasaran.

085225743xxx:
Lo emang suka banget ribut di kantin ya Keano ? lo gak berubah ya:))

Kea hampir saja membanting ponselnya jika saja Ririn tidak datang tepat waktu.
"heh ! Gue tau lo holkay, tapi jangan main asal banting kenapa Ke ? " omel Ririn dengan tangan yang masih menggenggam manis pergelangan tangan Kea yang memegang ponsel. Sementara Kea yang tangannya sedang digenggam hanya bisa merotasikan mata, Ririn itu teman baru baginya, namun sekarang mengapa terlihat seperti sahabat yang sudah dikenalnya selama bertahun-tahun? .
"tuh mata ya Allah Ke, jangan digituin napa, ntar keluar baru nyesel deh lo" ujar Ririn lagi namun kini genggamannya ditangan Kea sudah terlepas, Ririn kini duduk disamping Kea menatap teman barunya itu yang kini tengah bersandar di tembok kelas dengan mata yang terpejam.
"kenapa Ke?" tanya Ririn terlampau penasaran untuk ukuran teman baru.
Kea perlahan membuka matanya lalu menatap gadis manis didepannya.
"tau tuh Rin, ada orang yang terus-terusan ngirimin gue pesan. Dia mantau gue. Dia kenal gue. Tapi gue gak tau dia ini siapa" ujar Keano jujur. Ririn manggut-manggut mendengar cerita dari Kea.
"emm, dia ngechat lo? Ngechat di wa?" tanya Ririn lagi, jiwa detektif abal-abal dalam dirinya sepertinya sudah mulai muncul. Gadis cantik berkacamata itu mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya didagu sok berpikir, sambil menatap Kea yang kini tampak sedang sibuk mengotak-atik ponselnya.
"dia gak ada masang profile gitu?" tanya Ririn lagi padahal pertanyaan sebelumnya saja masih belum dijawab oleh Kea, gadis itu masih sibuk mencari petunjuk dengan meneliti profile Whatsapp si pengirim namun nihil tak ada petunjuk yang dia dapatkan. Kea menarik napas panjang dan memilih meletakkan ponselnya diatas meja, Ririn yang melihat itu dengan sigap meraih ponsel Kea lalu tanpa izin membaca pesan asing yang Kea terima. Kea hanya diam, tak marah sama sekali atas tindakan Ririn, karena menurutnya Ririn dapat dipercaya dan bisa jadi Ririn juga mampu membantunya.
" gue kayaknya kenal deh sama nomer ini," ujar Ririn yang berhasil membuat Kea langsung terlihat bersemangat
"serius Lo?, coba lo perhatiin baik-baik deh. Lo beneran tau ? " kini giliran Kea yang mengajukan pertanyaan beruntun kepada Ririn.
"iya nomernya gak asing, tapi siapa ya" Ririn nampak sedang berpikir keras saat ini, sementara Kea sedang harap-harap cemas menunggu temannya itu memberi jawaban yang mampu menjawab semua rasa penasarannya.

1 detik....
2 detik....
3 detik....
4 detik....

Hingga detik kelima Ririn masih tak kunjung memberi jawaban membuat Kea yang tadi sangat bersemangat kini kembali menghela napas pasrah, sepertinya rasa penasarannya masih belum bisa terjawab hari ini. Kea merebut ponselnya yang berada ditangan Ririn secara kasar, dengan wajah tertekuk dia menatap Ririn yang saat itu masih terlihat berpikir keras.
Kea memilih mengklik ikon instagram diponselnya dan membuka akun olshop disana melihat-lihat sepatu keluaran terbaru yang menjadi trendi. Hingga suara Ririn kembali membuat fokusnya terganggu.
"gue inget Ke itu nomer siapa, bener gue ingat." ucap Ririn sangat yakin
"yakin lo, gak salah kan?" tanya Kea memastikan bahwa dia tidak akan terkena harapan palsu lagi. Eaaa.
"iya bener. Setelah gue cek di grup OSIS, nomer itu yang punya kakak kelas" ucap Ririn sambil terus mencocokkan nomor asing dari ponsel Kea yang telah dihapalnya tadi dengan semua nomor ponsel anggota OSIS disalah satu Grup Chat miliknya itu. Dan benar nomor asing yang mengirimi Kea pesan sama dengan nomor salah satu kakak kelasnya yang juga anggota OSIS.
"siapa Rin?" tanya Kea penasaran
"itu.. Nomernya kak Juan, Juan Arnando Zico, dia Wakil Ketua Osis disekolah ini" ucap Ririn yang diikuti dengan Bel Masuk tanda istirahat berakhir berbunyi nyaring ditelinga membuat siapapun siswa yang mendengarnya  memilih cepat-cepat masuk kekelas. Kea terdiam beberapa menit setelah Ririn menyebut nama itu.

'Juan Arnando Zico, ya dia kembali' batin Kea.

Haiiiiiiiik, kambek. So gais aku minta maaf lama updatenya. Buat yang nungguin makasih♡. Jangan lupa vote and comment:)))

 THE REASON [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang