Masuk kuliah hari pertama setelah libur panjang selama sekitar tiga bulan pun sudah di depan mata. Tidak ada sedikit pun hasrat Sierra untuk menyambutnya. Yah, Sierra. Begitu orang-orang memanggilnya. Gadis yang memiliki dua identitas -Mega Sierra Hudson (20) dan Manuella Kristen Hudson (19)- ini sudah tidak memiliki minat untuk datang ke kampus walaupun sekedar menjadikannya tempat tongkrongan.
Alih-alih masuk kedalam kelas, Sierra memilih duduk di kursi besi panjang yang terletak di lorong dekat kamar mandi.
Awalnya dia tidak memperhatikan seseorang yang duduk ditepi kiri kursi, bahkan mungkin kalau umpatan itu tidak terucap, Sierra tidak akan tahu jika ada orang lain duduk di kursi yang sama dengannya.
Sierra menoleh sambil mengernyit sebal. Aah sh*t, dia tau apa penyebab orang itu mengumpat. Sama sepertinya, lelaki itu mengumpat karena mendapati Sierra didekatnya. Lelaki itu melempar tatapan penuh benci padanya. Sierra? Dia buang muka saja.
Ponsel Sierra berbunyi. Dalam batin, Sierra akan memberikan hadiah kepada siapapun yang menelponnya sekarang. Dia mengambil ponselnya kemudian tersenyum saat melihat profil picture penelpon yang sudah memenuhi layar. Cepat-cepat dia menerima telpon tersebut.
"Holla, buenas días mi amor." Senyumnya tambah merekah mendengar suara bariton di seberang sana.
Lelaki itu masih menatapnya. Oh bukan, sekarang dia hanya meliriknya. Keningnya terlipat saat lirikannya melihat benda kecil cantik terlingkar di jari manis tangan kiri Sierra.
Bertepatan saat Sierra berdiri, seorang gadis keluar dari pintu kamar mandi yang langsung menyapanya. "Hai, Ra. Long time no see. Gimana kabar kamu?"
Ya, long time no see. Semester kemarin Sierra mangkir tidak mengikuti kuliah. Boro-boro mengikuti kuliah, mengisi KRS saja tidak. Oh bahkan melihat transkip nilai saja dia enggan.
"Oh, hai Vel. I'm oke." Jawabnya dengan dibumbui senyum paling ramah yang dia punya. Sierra melihatkan layar ponselnya, memberitahu pada Vella jika dia sedang menerima telpon sekaligus pamit untuk menjauh dari mereka.
Vella menganggu mengerti. Keningnya ikut terlipat seperti lelaki tadi saat melihat dua objek ditangan kiri Sierra.
*
"See! Dia masih gadis yang menyebalkan!" Celetuk tiba-tiba dari mulut lelaki itu beberapa detik setelah Sierra meninggalkan mereka.
Vella bingung. Sierra terlihat menyebalkan dari segi mananya? Bukannya wajar ya jika menjauh saat menerima telpon? Lebih baik Vella tidak menjawab, cukup tersenyum saja.
"Setelah hampir setahun menghilang, sekarang dia nongol didepan aku dengan-" Vella memotong ucapan lelaki itu.
"Cincin dan profil picture orang yang lagi nelpon Sierra? Itu yang lagi kamu omongin? Apa belum selesai masalah beberapa bulan lalu?" Vella berdiri tepat didepan lelaki itu, melipat kedua tangannya di depan dada, bersandar di relling tangga.
Profil pictute yang lagi telpon Sierra nih ⤵
"Belum." Gimana mau selesai kalau dia yang sekarang terlihat pas untuk dijadikan lawan.
"Kamu tadi udah lihat sendiri, Dar, jelas banget kalau Sierra sudah mengakhirinya. Sudahlah." Vella berusaha memahami emosi sahabatnya ini.
"Kamu bener. Dia sudah mengakhirinya, bahkan sejak aku baru aja memulainya."
*
Tanpa mereka sadari, di balik dinding tak jauh dari mereka, Sierra mendengar perbincangan singkat mereka. Sierra menghela napas panjang dan tersenyum. Dia lalu memilih berjalan menuju kantin. Mungkin dia butuh asupan sebelum ada genjatan senjata tiba-tiba dari lelaki itu.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
STONE COLD
Teen FictionStory of Mega Sierra Hudson with Alexander Johan Louise Portman. Happy Reading 💛💛