Jam makan siang seharusnya dia sudah dirumah, bergelung manja dengan Alex atau bermain dengan sikembar dan kucing kesayangannya sebelum tidur siang. Tapi text dari Nandar semalam membuat Sierra harus duduk malas di bangku tak jauh dari ruang BEM.
Nandar datang membawa note dan dua gelas milk shake coklat. Kalau Sierra tidak salah tebak pasti satunya milik Vella. Ya, Nandar dan Vella adalah dua orang yang tidak bisa dipisahkan. Dua orang yang sama-sama bodohnya. Yang satu bodoh tetap menyukai yang notabennya adalah pacar sahabatnya sendiri dan menyembunyikan perasaannya dibalik persahabat, yang satunya lagi bodoh memahami keadaan. Sudah tahu doi punya perasaan lebih ke dia, bukannya jaga jarak dan memberi pengertian, malah tetap mengekor seperti anak ayam. Huff. Ditinggal hampir setahun tapi tidak ada perubahannya.
Tapi tidak. Sierra dibuat melongo, ah bukan melongo deh, kalau melongo beneran wajah Sierra gak cantik lagi. Sierra terkejut tidak percaya, Nandar duduk disebelah dia dan menyodorkan satu gelas milk shake tersebut. "Buat kamu, choco matcha. Masih minuman favorit?" Ucap Nandar, Sierra menerimanya dengan masih diam tak percaya.
Nandar sudah membuka mulut untuk melanjutkan ucapannya, tapi Sierra sudah tahu kemana arah pembicaraan Nandar sekarang. Buru-buru menyela. "Dar, kamu chat aku bukan buat bahas acara kampus? Kalau bukan, aku pamit. Udah ditunggu orang rumah." Sierra ingin berdiri namun ditahan oleh Nandar.
"Sebentar aja, Sie." Aah benar kan apa dugaan Sierra. Kalau udah mulai manggil dengan penggalan depan pasti bakalan ngomong yang iya-iya nih. "Aku cuman mau minta maaf doang. Gak enak rasanya kalau jadi partner tapi masih mode perang dingin."
"Udah aku maafin. Gak ada lagi kan, Dar? Udah ya, aku duluan." Sierra mencoba berdiri lagi, tapi Nandar menahannya lagi.
"Ada, Sie. Kamu harus denger aku dulu. Selama ini aku benci kamu. Benci, Sie. Kebencian aku itu karena aku benci diri aku sendiri yang terlambat buat bales perasaanmu. Balik ya, Sie. Kita balik kaya dulu. Bisa kan?"
Tidak mau membuat semakin lama, Sierra menjawab sekenanya. "Iya, Dar. Balik kaya dulu. Dulu yang kita temenan. Temenan." Sierra mengulanginya agar Nandar tidak salah paham.
Nandar menggelengkan kepalanya. "Bukan itu. Aku udah berusaha ngelupain kamu yang tiba-tiba ngilang gak ada kabar, dan disaat aku hampir berhasil, kamu datang didepan aku lagi. Apa aku mampu punya rasa sama kamu yang nyata didepan aku tapi kagak bisa dapetin kamu?. Please, Sie. Kita mulai dengan hal baru yaa. Aku gak masalah kalau kamu belum sayang lagi ke aku—" Sierra sudah jengah. Dia menutup mulut Nandar dengan tangan kirinya yang menganggur.
Murid terlambat masuk sekolah bakalan dapet hukuman dari guru kesiswaan bukan? Hal ini juga yang harus dialami Nandar. Dia terlambat dan harus mendapat hukuman.
"Udah, Dar. Jangan melewati batas yang ada. Aku gak bisa kalau kamu minta hal itu. Cukup pertemanan yang bisa aku kasih ke kamu."
Nandar menurunkan tangan kecil Sierra, menggenggamnya dan mengusapnya dengan sayang tepat didekat cicin itu melingkar.
"Apa karena cincin ini? Kamu dipaksa menikah sama orang yang udah orang tua kamu jodohin ya, Sie? Aku mau kok buat perjuangin kamu. Gantiin cincin ini sama cincin dari aku." Sierra menarik tangan, menggelengkan kepalanya cepat.
Mana ada dijodohin, sempet amat mereka mikirin perjodohan buat anak-anaknya. Batin Sierra.
Sierra sekarang berdiri, "Aku ulangi ya, Dar. Aku cuman bisa kasih kamu pertemanan. Cuman itu. Jadi jangan harap lebih. Dan ini.." Sierra menaruh gelas milk shake yang belum minum ke tangan Nandar. "Aku gak lagi suka choco matcha. Kamu salah." Tanpa pamit Sierra meninggalkan Nandar yang sedang mellow.
*
Malam ini Sierra bersangkar direstauran. Hari ini Alex libur, jadi dia menemani Alex yang berkumpul bersama teman-temannya yang juga membawa pasangan masing-masing. Mereka mengobrol banyak hal, dari acara kampus sampai bisnis apalagi yang akan mereka geluti.
Iya itulah mereka kalau sudah kumpul. Pasti perbincangan mereka tidak jauh dari masalah pekerjaan mereka masing-masing.
Namun di forum para wanita yang walaupun satu meja dengan para laki-laki, mereka memiliki topik yang sangat sakral, yaitu belanja dan bergosip membicarakan laki-laki tampan yang berlalu-lalang di explor Instagram mereka. Dan membuat para laki-laki tidak mengerti dan merasa apa tidak cukup dengan ketampanan mereka, sampai-sampai mudah sekali kekasihnya memuji lelaki yang tidak mereka kenal di depan kekasih mereka sendiri. Astaga wanita!
Ponsel Sierra tidak berhenti bergetar dari tadi. Selain karena chat dari grup kelas dan kepanitiaan acara kampus, yang membuat ponselnya bergetar adalah Nandar.
Sejak adegan minta maafnya tadi siang, Nandar mengirim text ke Sierra yang mendapat acuhan darinya.
Alex gemas, dia mengambil ponsel tunangannya yang diletakkan bebas diatas meja dan menswipe ke keatas dengan perlahan. Melihat satu persatu apa isi text tersebut. Ini sudah biasa Alex lakukan dan Sierra tidak memprotesnya. Sierra malah terlihat suka jika Alex mulai kepo dengan isi ponselnya.
"Text Nandar kenapa gak dibales?" Alex menaruh lagi ponsel Sierra ketempatnya semula.
"Ngapain. Yang ada nanti kesenangan dianya. Tadi siang aja udah ngaco ngomongnya."
"Bentar aku tebak, pasti ngajak kamu balikan?"
"Hm."
"Ya balikan aja sih." Sierra langsung menatap Alex tidak percaya. Bilang apa dia barusan? Oh oke, ternyata dia mau memulainya lagi.
Kebetulan ponselnya bergetar lagi dan menampakkan notif dari Nandar.
Nandar Prambudi
Sie, mau kan?Haiss, mau apaan coba? Sierra mengernyit membaca pesan itu. "Balikan nih? Yaudah aku text dia deh." Baru Sierra mengetik dua huruf 'mau', Alex sudah merebutnya. Tanpa mereka sadari text tersebut terkirim.
"Kalau kamu balikan, besok aku nikah sama siapa?" Ucap Alex dengan nada manja.
"Haiis, sama gembul kan bisa." Gembul adalah salah satu nama kucing percia peliharaan mereka dirumah.
"Rela?" Alex mencoba menggoda Sierra dengan mengerlingkan matanya. Walaupun hanya seperti itu saja, Sierra sudah tergoda.
"Ya pastinya gak lah. Masa aku harus saingan sama gembul. Gak mau gak mau. Kamu nanti nikahnya sama aku. Harus sama aku." Jawab Sierra. Alex langsung menarik tengkuk Sierra dan mendekatkan bibirnya ke bibir Sierra, memberikan ciuman hingga melumatnya pelan seakan melumat permen yang cepat habis kalau terburu-buru.
Adegan kelewat mesra tersebut tidak berjalan lama. Karena Chance menggebrak meja, membuat semua terkejut. Apalagi Sierra yang memiliki penyakit jantung, dia terkejut sampai hampir terjungkal jika saja Alex tidak langsung merangkulnya.
"Anjai! PDA didepan umum! Kalian pikir ini Amerika? Eropa? Ini Indonesia men. Apalagi ini restauranku yang paling suci seantero. Please, jangan nodai dengan tindakan senonoh!"
"Ce ce. Kaku mupeng kan. Doi bunting gak berarti tega bikin kamu puasa kali." Ucap Summer tunangan Dylan. Dia melirik kekasihnya yang sama mupengnya dengan Chance dan Brenton. Summer mencium pipi Dylan sekilas, "Nanti ya dirumah, kalau disini digeprak Chance lagi." Dylan mengangguk seperti anak kecil.
Alex tahu pasti Sierra sangat terkejut dan pasti dadanya terasa nyeri. Dia membantu Sierra mengusap-usap dadanya lebih tenang.
"Udah kalian berdua pulang sana, ketimbang mesum gak tau tempat." Alex langsung memberikan tatapan tajam pada Chance. Kayanya Chance minta ditabok janda deh itu mulutnya. Tanpa basa-basi lagi, Alex mengajak Sierra pulang. "Oke, kita balik."
**

KAMU SEDANG MEMBACA
STONE COLD
Teen FictionStory of Mega Sierra Hudson with Alexander Johan Louise Portman. Happy Reading 💛💛