Setelah jam kuliah terakhirnya selesai, Sierra memberanikan diri untuk berkunjung ke ruangan BEM. Entah ini merupakan keberuntungan atau kesialan, semua eksekutif sedang berkumpul disana.
Sierra berdiri di bibir pintu mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk menyapa. "Hai."
"Eh Sierra. Hai. Jadi balik lagi nih. Aku kira kamu bakal beneran stop out." Balas Genta yang merupakan ketua BEM. Sierra mengangguk lalu menggeleng sambil tersenyum.
"Lah, habis ngilang cerewetnya juga ikut ngilang." Tambah Fadhil. Sierra meringis. Dia tidak menjawab dengan kata-kata karena sedang menyusun kata didalam otaknya.
"Emm aku minta maaf. Maaf udah pergi tanpa pamit dan meninggalkan tanggung jawab tanpa alasan. Maaf juga udah gak sengaja mendengar apa yang kemarin kalian bahas." Akhirnya Sierra berhasil mengucapkannya walaupun sambil menunduk.
"Santai aja kali, Ra. Udah tertangani semuanya. Kamu gak usah sok ngerasa bersalah gitu laah. Dibawa happy aja biar enak." Mungkin Kak Genta bisa santai, tapi empat eksekutif yang lain sudah memandang Sierra tidak suka, bahkan berucap ketus. "Tertangani? Duit aja kita masih kurang gak tau lagi mau gimana nyarinya."
"Oh, em, aku kesini mau kasih ini sih." Sierra mengeluarkan secarik kertas berwarna hijau dari dompetnya dan diberikan kepada Genta yang langsung diterimanya.
"Apa ini?"
"Itu, beberapa dari kalian bisa menemui seseorang direstauran itu."
"Seseorang? Siapa? Maksud aku, beliau ini akan berperan menjadi apa?"
Sierra hanya tersenyum, "Datang aja."
Ichsan merebut kartu nama dari tangan Genta saking keponya. Dia langsung melongo. "Ya Lord, harus bawa uang jajan yang banyak nih. Ini resto 5000 gak cukup buat beli segelas es teh."
Sierra tersenyum geli melihat gelagat temannya, "Gak perlu, San. Cukup bawa proposal kalian aja. Reservasi atas nama Manuella Hudson."
"Oke thanks, ya Ra. Nanti aku bakalan minta pihak acara dan sponsor untuk pergi kesana."
"Lah ini ada pihak sponsor." Wengki yang sedari tadi asik main game tembak-tembakan bersama satu orang yg memunggungi Sierra tiba-tiba menyahut. "Dar, lo ngapain sembunyi disitu?" Tambahnya.
*
Kak Genta, Guntur, Rasha dan Nandar benar datang ke restauran yang tertulis di secarik kertas yang Sierra berikan tadi siang. Genta mengucapkan nama yang diberitahu Sierra kepada seorang pelayan dan mereka langsung diantar ke meja yang bisa dibilang luxury class di restauran ini. Dimeja itu sudah duduk sepasang anak manusia, pria dan wanita dengan style pakaian yang melihatkan kalau keduanya bukan orang yang biasa. Namun saat melihat kehadiran mereka, sang wanita beranjak pergi.
Mereka berempat pun berbisik tidak jelas.
Pria itu menyambutnya. Genta yang mengawali menjabat tangan lelaki itu. "Saya pikir kami akan bertemu seorang wanita. Ternyata salah duga."
Pria itu menaikkan satu alisnya. "Oh pasti teman kamu menyebutkan nama Manuella Hudson? Hm, memang seharusnya dia yang disini. Tapi tunangan sepupu saya itu sedang repot. Anak-anak sedang manja dengannya. Ayo duduk."
Mereka duduk. Tanpa basa-basi ketua acara, Guntur langsung menyerahkan proposal sponsor kepada pria didepannya dan diterima. Wanita tadi datang lagi dan bergabung duduk ditempat duduknya tadi sambil membawa map entah apa isinya.
"Terburu-buru sekali sepertinya. Kalau saya perkenalkan diri terlebih dulu tidak masalah kan?" Ucap pria itu sembari memberikan proposal tadi pada wanita yang duduk di sebelahnya.
"Maafkan saya, Pak. Saya terlalu gugup."
"Pak?" Pria dan wanita itu tertawa renyah bersamaan. "Tenang saja. Saya Dimitri, Allejanrino Dimitri. Dan disebelah saya ini Alleanor Yrish." Setelah Dimitri mengenalkan dirinya dan wanita disebelahnya, Genta dan yang lain juga ikut mengenalkan diri.
"Allejanrino Dimitri? Alleanor Yrish? Anak kembar owner Lowrlom & Co., bukan? Pak Dimitri yang sering masuk di majalah Forbes itu kan? Yang mendapatkan predikat CEO termuda. Diusia 22tahun sudah sukses di kursi CEO Lowrlom & Co. Nona Alleanor Yrish sang pemilik restauran mewah yang cabangnya menjamur di seluruh Asia kan?" Tanya Rasha bertubi-tubi. Kedua Lowrlom hanya tersenyum. "Pantas saja sedari tadi saya merasa tidak asing dengan Anda berdua." Tambah Rasha.
Mereka merasa bahagia dipertemukan dengan pengusaha yang kata Rasha sangat berpengaruh di Asia, membuat mereka antusias menerangkan acara yang akan mereka buat sampai ke akar-akarnya. Dimitri mengangguk-angguk saja sepanjang penjelasan.
Oh tenang, makanan sudah tersedia tanpa mereka pesan. Jadi pembahasan mereka tidak membuat tenggorokan mereka kering atau lebih parahnya membuat cacing peliharaan mereka meronta minta diberi makan.
Dimitri mengerti, "Giliran saya, ya?" Dimitri membenarkan posisi duduknya dan membuka map yang sedari tadi berdiam didepan Alleanor. "Tadi kalian menawarkan, saya boleh jadi sponsor utama atau jadi penguasa stand. Begitu bukan? Sekarang giliran saya yang memberi penawaran." Dimitri memberikan map tersebut kepada Genta. "Sebelum itu saya memilih untuk menjadi pendana utama dan apapun yang kalian pilih akan langsung berurusan dengan teman kalian itu. Bukan dengan saya ataupun kakak saya."
"Kalau itu tenang saja, Pak. Nandar dengan senang hati mengontak Sierra setiap waktu."
Dimitri menganggu, "Boleh, tapi jangan setiap waktu juga. Dia juga butuh istirahat." Ucap Alleanor. Sebenarnya Dimitri dan Alleanor tidak tahu ada apa dengan tunangan sepupunya dan laki-laki yang bernama Nandar, dan mereka juga tidak ada niatan untuk mencari tahu. Yang terpenting sekarang tugas mereka sudah selesai untuk malam ini.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
STONE COLD
Teen FictionStory of Mega Sierra Hudson with Alexander Johan Louise Portman. Happy Reading 💛💛