Seperti yang sudah-sudah, Sierra memilih duduk di bangku paling belakang dan sekarang larut dengan ponselnya. Menenggelamkan dirinya agar tidak ada orang yang menyapanya. Bukan berniat anti sosial, tapi dia hanya malas saja untuk tersenyum.
Tadi pagi Genta memintanya untuk datang ke rapat menjadi perwakilan dari pihak pendanaan. Masalahnya Alex belum memberitahukan padanya bagaimana hasil pertemuan semalam.
Semua panitia sudah berkumpul. Rapat pun dibuka dengan doa dan dilanjut oleh pihak sponsor menyampaikan kabar gembira yang mereka dapat.
"Guys, ada orang baik yang menyelamatkan acara kita. Semalem aku, bang Genta, Guntur sama Nandar menemui seseorang yang disaranin Sierra kemarin. Dan puji Tuhan, beliau akan nutupin kekurangan dana kita. Kita dikasih dua pilihan sih, antara berupa uang secara berkala atau tiga bintang tamu dengan pengadaan tiket. Kalau berupa uang secara berkala, ya kalian paham lah gimana, dan itu bukan kita yang pegang uangnya melainkan Sierra. Kita lapor ke Sierra dan Sierra yang membayarkannya atau Sierra yang akan memberikan uangnya. Itupun harus jelas pengeluarannya. Secara tidak langsung kita meminta Sierra untuk bergabung dalam kepanitiaan ini." Rasha mengambil jeda sambil mengarahkan pandangannya ke sekitar. "Kalau tiga bintang tamu dengan pengadaan tiket, kita dapat uang dari hasil tiket itu. Jadi pengeluaran sekarang dianggap hutang atau pakai uang yang kita punya dulu." Tambahnya.
Lukman selaku pengawas acara menyela, "Tiga pengisi acara itu siapa aja? Ya bukannya gimana ya, kalau tiga pengisi acaranya itu gak banyak yang minat gimana orang mau beli tiket kita?" Sierra melirik malas
"Raa, tolong kita untuk jelasin kelanjutannya dong." Pinta Rasha. Sierra berdiri, tetap ditempat duduknya. Belum sempat dia berucap, salah seorang panitia yang dia tidak tau namanya berceletuk.
"Astaga, dia kan model fashion Indo yang nghits diAmerika. Seriusan ini aku punya kakak tingkat seorang model. Oh God." Semuanya sontak melongo, tak terkecuali Genta dan Nandar. Seperti biasa, Sierra hanya memberikan senyum termanis yang dia punya.
"Makasih, tapi aku harus jawab pertanyaan Lukman. Em, sebenarnya aku juga baru tahu kalau ini hasil dari pertemuan semalam. Dan baru aku dapat pesan kalau penyanyi yang mereka tawarkan adalah penyanyi dibawah naungan agensi Swan Entertainment."
Seorang panitia lain menyela ucapan Sierra, "Swan Entertainment, Kak? Jangan-jangan Shawn Carlote, atau onelife kak?"
Sierra mengangguk, "Dua-duanya."
"Wah kalau itu mah mending kita pilih sistem jual tiket aja. Apalagi kalau pengisinya aja Shawn Carlote sama One Life, udah kelihatan bakalan cepet banget tiket kejualnya." Sahut seorang panitia yang lain lagi.
Sierra juga setuju dengan yang dikatakan temannya yang dia yakini adalah adik kelasnya. "Untuk publikasi, pihak Swan Entertainment juga akan membantu untuk mempublikasikannya."
Sekarang Genta yang giliran menyela. Bukan menyela, menambahkan lebih tepatnya. "Tapi jika income dari penjualan tiket melebihi dari yang kita butuhkan, tentu saja akan masuk ke pihak Sierra."
"Sierra?"
"Iya. Maksudnya pihak yang mendanai kita."
Sierra menambahkan lagi. "Kalau kalian memilih uang berkala, langsung text aku nomer rekening yang bisa aku transfer. Aku takutnya kalau jarang dikampus dan susah dicari. Sama satu lagi, dan baru masuk juga notifikasinya. Rencana mereka akan mengadakan MnG di kota ini, terutama Shawn. Ini bukan income buat kalian sih sebenarnya, cuman kita juga minta timbal balik dari kalian. Kita cuman mau kalian yang menyiapkan acara MnG tersebut. Itu aja sih. Sekian." Sierra duduk kembali.
*
"Aku masih gak nyangka kalau Shawn bakalan jadi pengisi acara kita, Yas."
"Iya, Deb. Kenapa gak Kak Sierra gabungnya dari kemarin-kemarin aja ya."
"Kak Sierra anak konglomerat mana sih, bisa banget datangin One Life segampang itu."
"Denger-denger sih keluarga tunangan Kak Sierra yang keluarga konglomerat."
"Ahh, harus stalk Instagramnya Kak Sierra nih."
Nandar mendengar semua pembicaraan adik-adik tingkatnya yang membicarakan Sierra dan apa yang sudah Sierra berikan. Selama mengenal Sierra dulu, Nandar tidak tahu soal apapun tentang Sierra. Hanya tahu Papanya seorang pelaut, Mamanya seorang pengusaha properti., dan Sierra memilik dua saudara laki-laki. Sudah, hanya itu.
Tentang Sierra memiliki tunangan, Nandar menepisnya. Dia sama sekali tidak perduli akan hal itu.
*
Nandar Prambudi
Jam makan siang, depan ruang BEM.**
KAMU SEDANG MEMBACA
STONE COLD
Teen FictionStory of Mega Sierra Hudson with Alexander Johan Louise Portman. Happy Reading 💛💛