"Lo tau definisi 'kampret' nggak?"
"Nggak,"
"Itu lo, anjing."
"Oh."
"Bangsat emang."
"Yang konsisten dong. Kampret, anjing, atau bangsat?"
"Bodo amat bandot."
Cowok yang habis dimaki-maki hanya menggedikkan bahunya. Merasa tak peduli dengan makian temannya sendiri. Mungkin definisi tuli melekat pada diri Kim Taehyung, telinganya benar-benar tuli mendengar makian dari Kim Seokjin. Kalian bayangkan saja, cowok bernama Kim Taehyung dengan percaya dirinya membuat motor besar Seokjin lecet.
Entah apa yang dipikirkan oleh Taehyung, tadi pagi ia meminjam motor Seokjin dengan alasan ingin membeli bubur ayam di depan kampus teknik. Awalnya Seokjin tak mengizinkan, iyalah ia tak mengizinkan pasalnya jarak antara kampus dan tukang bubur ayam sangat dekat. Hanya terpisah jalan raya, untuk apa meminjam motor jika memang bisa jalan kaki.
Tapi dasarnya Taehyung sang penjilat yang handal, entah dengan kekuatan apa ia bisa meluluhkan hati Seokjin, pada akhirnya ia mendapatkan kunci motor milik pria jangkung itu. Bukannya menjaganya dengan baik malah ia membuat baret motor temannya, antara sengaja atau tidak itu beda tipis. Yang niatnya Taehyung malas untuk mencari tempat parkir yang lebih longgar malah membuat baret motor Seokjin, sisi kanan motor Seokjin tercetak baret lumayan panjang karena bersinggungan dengan motor yang ada di sebelahnya.
Jelas baret juga tercetak pada mobil yang sebelah, tapi Taehyung bukan cowok yang tak mau bertanggung jawab, ia langsung mencari pemilik mobil tersebut dan ternyata pemiliknya cewek sebaya dengannya. Cantik, putih, dan mulus. Dandanannya juga menarik, tetapi itu semua kalah dengan Valerine. Tanpa babibu Taehyung langsung memberikan beberapa lembar seratus ribuan dari dompetnya lalu diserahkan pada cewek tersebut.
"Kalo masih kurang, cari aja Kim Taehyung."
Bukan masalah ganti rugi untuk motor cewek tersebut, tapi masalah motor Jin yang baret. Padahal baru aja tadi pagi ia mencuci motor kesayangannya itu. Tapi dengan gampangnya Taehyung membuat bekas yang susah dihilangkan.
"Untung gue baik ya Tae," Jin mengalah, mau dipermasalahkan seperti apapun memang dasar Taehyung keras kepala dan bodo amatan mending ia yang mengalah. "Eh Tae, lo ga nganter Vale ke sekolah?"
Fokus Taehyung yang tadinya ke bubur ayam berpindah ke Seokjin, matanya beralih mengarah ke Seokjin.
"Vale berangkat sama Jimin, makanya gue ga jemput."
"Tumben lo mau ngalah sama Jimin."
"Anjir, mau gimanapun Jimin abangnya Vale kali."
"Ckck, tumben otak lo jalan." sepersekon kemudian hampir saja kepala Jin menjadi sasaran empuk jitakan Taehyung, tapi semua itu tidak terjadi kala Jin melanjutkan perkataannya, "lo ga takut ditikung?"
"Sama Jimin? Ya kagaklah goblok, sama biji ketumbar kek gitu ngapain takut." Taehyung menjawab dengan remeh.
Jin yang melihat langsung menghela napas panjang. "Bukan sama Jimin," Jin melipat tangannya lalu ditumpukan pada meja merasa topik pembicaraan yang akan disampaikan adalah topik yang serius. "Vale cantik, bening kek gitu. Masa iya gaada yang naksir sama dia."
"Mck. Banyak yang naksir tapi ga mempan buat Vale lah."
"Haha, jangan terlalu bodoh bro." tangan Seokjin terulur untuk menepuk bahu Taehyung, "nyatanya orang yang diam akan menjadi bom di waktu yang tepat." lanjutnya.
Tak ada respon yang berlebih dari Taehyung, untuk sekarang ini hati dan otaknya sama sekali tak sinkron. Otaknya mengatakan bahwa Valerine tak mungkin tergoda dengan siapapun, namun untuk hatinya ia merasa ada yang sedikit aneh. Menggedikkan bahu lebih cocok untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Undesirable Boyfie - KTH
Fanfiction"Love is a mystery that is hidden throughout the ages, sneaking behind the appearance and make our hearts as the nest." -Anonymous- Kisah cinta dua insan yang memiliki perbedaan pemikiran. Menguras kesabaran dalam hubungan dua insan ini. Kisah cinta...