EX 7

539 20 8
                                    

Aku berjalan lesu masuk kedalam lift menekan tombol 10 menuju apartemen. Apartemenku berada di lantai 10.

Tingg..

Bunyi pintu lift terbuka. Aku keluar dan berjalan menuju kamarku. Ku tekan pasword yang ada di sisi kanan engsel pintu. Lampu apartemen masih mati, Bunga belum pulang. Pantas saja karena ini masih sore. Aku memilih untuk langsung pulang daripada menunggu sendirian di luar. Ya meksipun diapartemen masih juga sendirian tapi setidaknya tidak ramai orang. Aku merebahkan tubuhku di kasur yang tidak terlalu besar itu. Kupejamkan mataku pelan. Aku melampiaskan segala lelahku di kasur kesayanganku ini. Fikiranku melayang entah kemana.

Drrtt.. drrtt.. drrtt..

Suara getaran ponselku membangunkan tidur singkatku itu. Tertera nama Vando dilayar ponselku.

"Hallo?" Ucapku lesu.

"Lo kenapa?" Jawab laki-laki dengan suara berat khas miliknya itu.

"Kenapa apanya?"

"Ya lo kenapa?"

"Enggak kenapa-napa, Ndo. Kenapa?"

"Suara lo kayak sedih banget. Gagal ya? Gue telfon lo pengen tau gimana lo sama Heldi."

"Ya gitudeh, lagian juga masih pertama kok."

"Yaudah semangat, jangan dipaksain."

"Iya."

"Yaudah gue tutup telfonnya."

"Iya."

Aku melempar ponselku asal. Aku hanya ingin tenang, diam, dan hanyut dalam mimpi yang kosong. Berkali-kali aku menghela nafas panjang. Mencari nafas yang menenangkanku. Tapi tidak ada. Masih sama.

'Apa bakalan kayak gini terus?' Ucapku lirih. Sekali lagi aku menghela nafasku panjang. Apa harus sesakit ini mencintai seseorang, Apakah sesakit ini memperjuangkan cinta yang belum tentu pasti? Dan Apakah sesakit ini untuk memulai kembali dengan perbedaan yang sangat berbalik ini? Aku tahu ini salah. Sama halnya aku membaca buku dua kali, yang sudah aku tahu ending nya bakal kayak gimana. Tapi kenyataannya buku ini sudah direvisi atau bahkan buku ini adalah buku yang berbeda tetapi dengan judul yang sama.

***

Aku keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih menutupi kepalaku. Aku berjalan ke dapur dan membuka kulkas, mengambil sebotol minuman dingin dan menenggaknya sampai habis. Aku melihat Bunga yang sudah stay di depan tv dengan snack yang ia pegang.

"Lo baru pulang?" Tanyaku. Ia yang menyadari kehadiranku melihat sekilas kearahku dan mengangguk

"Jadi?" Ucapnya menggantung. Aku yang sudah duduk bersila disebelahnya sontak menaikan alis sebelahku bingung.

"Jadi gimana lo sama Heldi?" Ucapnya meneruskan perkataannya.

"Ya gitulah , masih sama." Ucapku datar.

Bunga menggelengkan kepalanya pelan.

"Gue bingung sama lo."

Aku hanya melirik kearahnya tanpa menjawab.

"Lo serius nggak sih mau ngejar Heldi?"

"Serius lah. Gue nggak mau harus nyesel. Seenggaknya gue nyoba deketin dia sampai dapetin hatinya lagi."

"Tapi yang lo lakuin sekarang kebalikannya dari perkataan lo "

"Maksut lo?"

"Bukannya gue sok tahu, tapi lo itu masih ada di posisi tengah timbangan. Antar lo ke Heldi atau lo pergi dari dia."
Mataku melotot kearahnya.

MY COLD EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang