EX 21

457 22 0
                                    

Aku mengetuk-ngetuk dagu ku pelan. Fikiranku masih berada pada beberapa jam yang lalu. Ini kurang masuk akal. Maksutnya gimana sih? Ngebatalin pertunangan dengan alasan yang sesimple itu. Memang nya difikir tunangan itu main-main apa. Seharusnya aku ikut senang, bukankah ini yang aku mau? Mendapatkan hati seorang Heldi lagi? Eh tunggu-tunggu jangan ke-pd an dulu deh Sal. Atau Heldi cuma minta tolong ke aku karna hal lain? Duh ini otak enggak bisa mikir jernih apa. Positive thinking dulu napa Sal.

Aku melirik jam didinding. Sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari. Tapi mata tetap saja tidak bersahabat untuk tidur. Sebenarnya ngantuk sih tapi mau gimana lagi. Gara-gara Heldi sih jadi susah tidur. Kebayang-bayang terus kan.

Kalau difikir-fikir juga kenapa mereka nggak ngebatalin pertunangan mereka sendiri sih? Dengan alasan lain? Sama-sama nggak cinta misalkan. Dan kenapa baru bertindak sekarang? Kenapa harus beberapa tahun setelahnya? Entahlah. Mungkin ada alasan lain yang memang belum seharusnya aku tahu.

Jam terus saja berdetak. Jarum juga terus berjalan ke kanan. Waktu sudah menunjukan pukul 06.00 pagi. Kantung mata yang sudah seperti panda mengawali pagiku. Bagaimana tidak. Pukul 04.00 pagi baru bisa tidur dan tiba-tiba dua jam kemudian alarm nyaring berbunyi. Hanya 2 jam tidur.

Kantor sudah ramai riuh suara karyawan yang halu hilir menyelesaikan deadline. Sedangkan aku baru saja sampai. Siap-siap ditegur atasan nih. Apalagi hari ini deadline pernyarahan laporan bulanan. Pantas saja semua riweh. Aku berjalan santai ke bilik kerjaku.

"Gila ya lo jam segini baru nyampek. Ga takut kena sp lo? Manager baru kita kan super rese." Ucap Rere santai.

"Bodo ah. Gue bangun kesiangan."

"Emang lo nggak pake alarm?"

"Pake sih. Tadi gue sempet bangun buat matiin alarm abis itu gue tidur lagi." Ucapku sambil cengengesan.

"Kebiasaan. Btw, laporan lo gimana? Jangan bilang lo juga belom selesain."

"Tenang. Udah selesai dong. Salsa gituloh."

"Tumben amet biasanya lo paling riweh. Apa gara-gara Pak Heldi nih?"

"Ya enggak lah. Ngaco lo."

"Eh lo udah liat tunangan Pak Heldi? Gilaa cakep banget. Gue tadi liat dia nganterin Pak Heldi. Sumpah Selena Gomez aja lewat."

Yeuu cantik darimananya. Cantikan juga gue keleusss.

"Gue udah ketemu kemarin pas dia nganter makan siangnya Pakmen. Biasa aja tuh."

"Ehemm. Ada yang envy nih bau-bau nya. Atau jangan-jangan lo suka ya sama Pak Heldi?"

"Apaansi enggak ! Ngaco lo ya."

"Tuh tuh mukanya merah berarti iya dong."

"Re mending lo balik kerja sono. Itu laporan mau lo kemanain hah"

"Astaga gue lupa. Yaudah deh Sal gue balik dulu ya. Lo nggak ada niatan buat bantuin apa? Itung-itung tutup mulut karna gue tau lo suka sama Pak Heldi."

"Rere." Ucapnya sambil tersenyum horor.

"Iya iya ampun." Balas Rere yang kemudian melambaikan tangan dan berjalan ke meja kerjanya.

Aku menghela nafas panjang. Suka apaan. Cinta iya. Saking cintanya jadi bego. 6 tahun nggak bisa moveon. Salsa salsa bego bego bego.

Andaikan aja aku punya mesin waktu yang bisa balik ke masalalu dan bisa ngerubah semuanya. Aku nggak bakal bilang minta pisah sama Heldi. Aku nggak bakal egois dan dengerin Heldi. Dengerin alasan Heldi berubah. Nyari tahu kenapa. Bukan malah mutusin secara sepihak terus pergi tapi malah nggak bisa moveon kayak gini. Emang sih dulu masih labil masih bucin akud masih egois masih suka baper karna hal sepele. Tapi, andai aku nggak bilang pisah apa hubungan kita bakalan baik-baik aja? Andai aku lebih dulu tahu masalah ini dulu semua bakalan baik-baik aja? Atau malah semuanya hancur karna keegoisanku?

MY COLD EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang