EX 9

442 22 5
                                    

Hah dua bulan? Apa Reza pikir dua bulan itu bakal bisa luluhin hati karang nya Heldi? Kenapa serasa sesulit ini? Bahkan dulu dekat dengan Heldi nggak harus sesulit ini. Untuk jadian sama Heldi saja hanya membutuhkan waktu sekitar satu bulan pendekatan. Reza memang tidak pernah mikir kalo mikir. Ehh-- emang orang mikir bakalan mikir? Gimana sih? Nggak nyambung. LOL-----

"Selamat pagi." Ucap pria berawak tinggi yang sedari tadi sudah ku tunggu-tunggu kedatangannya.

"Pagi Pak." Jawab seluruh karyawan yang sudah duduk rapi di ruangan.

Aku yang menyadari kehadiran Heldi senyum-senyum tidak jelas.

"Kamuu.." Suara serak Heldi terdengar dan jari telunjuk nya mengarah kearahku.

"Saya?" Balasku yang pura-pura tidak tahu yang dimaksut Heldi. Lebih tepatnya menutupi rasa malu.

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri? Ada yang lucu?" Jawabnya yang diikuti semua mata karyawan yang menatapku iba. Iba karena pagi-pagi sudah dapat santapan yang tidak mengenakan dari manager yang masih beberapa minggu ini menjabat di kantor ini.

"Anuu.. Itu e e e ti.. tidak pak." Ucapku gugup.

Heldi yang mendengar itu berlalu begitu saja meninggalkanku dengan tatapan iba dari semua karyawan.

"Sabar ya." Ucap mereka memelas. Lah kok malah mereka yang sedih?

Aku menghela nafas panjang lalu mengangguk begitu saja. Kenapa malah jadi mellow sih?

Aku berjalan menuju ruangan Heldi setelah menutupi kotak makan dengan map map agar tidak ada yang menyadari apa ya aku bawa. Tidak ada satu kantor pun yang tahu tentang hubungan aku dan Heldi. Siapa juga yang mau dengan bangga nya mengumumkan jika aku EX dari manager itu.

Aku mengetuk pelan pintu ruangan itu dan terdengar suara menyuruhku masuk dari dalam. Heldi menatap ku dengan datar.

"Nih sarapan lo." Ucapku yang berjalan dan menyodorkan kotak nasi yang baru ku beli kemarin, karena sampai sekarang kotak nasi yang pernah aku berikan ke Heldi sudah hilang entah kemana.

Heldi hanya menatapku sinis.

"Nih ambil." Ucapku yang masih menyodorkan kotak nasi itu.

Heldi langsung saja menyaut kotak makan itu dan matanya bergerak ke arah pintu mengusirku.

Mengusirku?

Bahkan dia sama sekali tidak mengucapkan terimakasih untuk sarapan yang aku buatkan dengan penuh cinta itu.

"Apa liat-liat?" Ucapnya yang menyadarkan lamunanku.

"Jangan natap gue lama-lama ntar gabisa moveon." Katanya lagi dengan suara dingin khasnya.

Aku hanya melongo cengo menatapnya. Emang nggak bisa moveon Heldi. Hallo kemana aja lo kemarin Hel baru nyadar sekarang kalo mantan lo yang unyu gemesin dan pinter masak ini nggak bisa moveon dari lo?

Aku hanya memanyunkan bibirku lalu pergi begitu saja dari ruangan Heldi sebelum kesabaranku habis.

"Eh eh mau kemana lo?" Ucap Heldi yang menghentikan langkahku. Tadi diusir sekarang nanya mau kemana.

"Sini." Ucapnya lagi.

Aku menurut dengan permintaan Heldi. Bukan permintaan tapi perintah.

"Siniin tangan lo."

'tangan gue?'

Heldi menarik telapak tangan ku dan menggenggam nya dengan smirk evil terlukis diwajahnya.

"Tangan lo dingin, lo gugup ya dideket gue?" Ucapnya lagi.

Aku salah tingkah dengan ucapan Heldi.  Jantung ku mulai berdetak tidak normal. Mungkin saat ini pipiku sudah semerah tomat busuk.

MY COLD EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang