EX 14

423 19 9
                                    

Cinta itu kayak kopi. Kalo nggak bisa nikmatin ya pait. Tapi sekalinya udah bisa nikmatin, bakalan jadi candu.

-My Cold Ex-

Jalanan tol sangat lancar ketika sudah memasuki tol Cipali. Di dalam mobil juga terasa hening setelah beberapa jam lamanya ramai oleh suara Bunga dan Putri dan tentunya pasangan mereka masing-masing. Dari si pengemudi, Reza. Bukan Reza sahabat aku. Tapi Reza sahabat Bunga yang sekarang malah jadi calon suami. Namanya sama sih. Pasaran. Di kursi belakang nya Putri dengan tunangannya, Sultan. Dan terakhir aku dengan mantan, Heldi.

Ngenes banget kan? Mereka berdua sama tunangan masing-masing sedangkan aku? Sama mantan yang dinginnya kayak musim salju di Tokyo. Gakpapa musim salju, bentar lagi musim semi kok. Kan indah ada sakuranya.

Bunga sudah larut dalam mimpi nya, Reza fokus mengemudi mobil Fortuner hitam ini membelah jalanan tol yang terik. Putri masih bercerita dengan Sultan yang aku juga tidak tahu alurnya mengarah kemana. Lalu Heldi? Jangan tanya lagi. Kedua telinga nya sudah tersumpal earphone dengan matanya yang sudah tertutup sempurna. Aku menatapnya kesal. Baru saja tadi dia seperti setan kepanasan dan sekarang cueknya nauzubillah.

Flashback on..

"Lo jangan deket-deket Vando lagi."

"Kenapa?"

"Ya intinya jangan deket-deket sama cowok itu."

"Kenapa sih?"

"Lo nggak perlu tahu."

"Vando itu baik. Nggak kayak lo."

"Siapa bilang gue baik?"

"Nggak ada. Lo tuh cowok terjahat di dunia ini. Bahkan di dunia lain juga."

"Bagus deh."

What? Ini orang mabok duren? Dibilang jahat malah bangga.

"Dasar pantat anoa." Ucapku lalu meninggalkan Heldi dan berjalan menuju parkiran.

"Lo inget ! Jangan deket-deket Vando." Ucapnya lagi sambil berjalan setengah berlari menyamakan langkah kakinya denganku.

"Awas aja sampai gue liat lo sama Vando." Ucapnya lagi yang masih berjalan dibelakangku.

"Jangan ngobrol juga." Timpalnya lagi.

"Satu lagi. Hapus nomer Vando. Sekalian blokir."

"Atau nggak. Buang kartu lo, beli baru. Biar Vando nggak tahu."

What's wrong with Heldi ya lorddd.. Kenapa jadi cerewet kayak emak-emak sih?

Aku tidak menjawab semua ocehan Heldi. Aku tetap fokus berjalan ke arah parkiran. Jam sudah menunjukan pukul 09.00. Dering handphone ku sudah beberapa kali berbunyi dan itu semua dari Bunga. Jelas saja ini sudah terlambat satu jam dari waktu yang sudah terencana.

"Sal lo denger nggak sih?" Ucap Heldi lagi.

Aku berhenti mendadak dan seketika membalikan badanku. Untung saja Heldi mempunyai reflek yang bagus dan ikut berhenti mendadak, bahkan kini dia sudah dua langkah mundur dari posisi yang lumayan dekat. Baguslah. Jadi nggak ada adegan alay terjatuh dipelukan mantan yang nanti efeknya tidak baik untuk jantung ku.

MY COLD EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang