15. look closer

1K 249 28
                                    

"kak lo dimana? ini mapnya udah gue beliin."

kepala seungmin sibuk melongok ke berbagai arah, mencoba mencari figur familiar diantara banyak orang yang berlalu-lalang di kampus minho.

seungmin tidak mengira hubungannya dengan minho membaik secepat kilat. mereka pergi ke kafe, makan siang, dan jalan-jalan sejenak minggu lalu, diakhiri dengan minho yang menginvasi kamar seungmin lagi—seperti biasa—dan mengatakan bahwa ia setuju untuk melupakan permasalahan diantara mereka.

permasalahan dalam arti adalah perasaan lebih seungmin kepadanya.

boleh seungmin katakan minho egois, tapi ia akan lebih egois lagi jika tidak mengiyakan minho kala itu.

hubungan mereka memang membaik, menjadi seperti dulu kala, sebatas kakak dan adik.

"eh dosen gue rese nih belom keluar, tunggu bentar ya."

dari suaranya di telepon, bisa dikatakan bahwa minho masih di dalam kelas dan tengah menjawab panggilan seungmin secara diam-diam.

seungmin pun memutus sambungan tanpa kata, membiarkan minho fokus ke kelasnya terlebih dahulu.

hari ini minho lagi-lagi melupakan tugasnya, membuatnya terpaksa meminta tolong kepada seungmin yang sedang tidak ada kelas untuk membawakan tugas serta membelikan map dan mengantarkannya ke kampus minho.

seungmin tidak keberatan. kapan ia bisa menolak permintaan minho?

"eh lo ya yang namanya seungmin."

penungguan seungmin di gazebo kampus minho itu tiba-tiba diinterupsi oleh segerombol gadis dengan make-up menyala, mendatangi seungmin mendadak dan menatapnya tajam.

seungmin menegakkan tubuhnya waspada, berusaha keras untuk tetap terlihat tegar meski dalam hatinya sedikit takut—terutama ketika memeriksa keadaan sekitar yang memang tengah lengang.

"iya. lo siapa?"

sebuah kekehan sarkastis pun muncul, persis seperti scene pembulian yang sering seungmin saksikan di film. laki-laki itu berusaha tenang, sambil meneguk liur kasar menyadari ia benar-benar kalah jumlah.

"udah gak usah bacot." sahut salah satu yang paling di depan, kemudian mengabakan sesuatu kepada gadis-gadis di belakangnya. "bawa dia."

seungmin melotot seketika dan berusaha keras memberontak saat gadis-gadis di depannya mulai menyeretnya kasar. mungkin seungmin masih bisa mengatasi jika hanya gadis, tapi tanpa diantisipasinya, tiba-tiba muncul dua laki-laki bertubuh semampai yang mungkin juga antek-antek dari gadis paling depan tadi.

"bangsat lo siapa sih? ada urusan apa sama gu—ah!"

baru saja seungmin berusaha membalas dan melepaskan diri, laki-laki yang memegang lengan kanannya melayangkan tinju ke sisi wajahnya, membuatnya lemas seketika.

"diem lo jing."

dengan sisa-sisa tenaga, seungmin pun terus memberontak dan berteriak di dalam perjalanan penuh kesakitan yang entah menuju kemana ini.

"lepasin gue—ah!"

seungmin kembali mengerang saat entah pukulan keberapa ia dapatkan, di saat yang sama ia dilempar ke salah satu bilik kamar mandi dengan kasar.

"lo siapa sih ngaku-ngaku pacarnya kak minho, hah?" ucap gadis tadi, tidak peduli bahwa mereka tengah berada di toilet pria. "ngerti gak lo siapa pacar kak minho sebenernya, hah?"

dengan susah payah seungmin menghapus darah yang mulai mengucur di sudut bibirnya, berusaha keras berdiri dan menatap balik ke segerombol mahasiswa yang lebih terlihat sebagai preman itu.

"gue gak ada urusan ya sama lo semua atau pacarnya kak minho, gue cuma—"

"tck gak bisa kerja ya lo pada, ini kenapa masih bangun gini anaknya."

pembelaan singkat seungmin mendadak hilang menguap begitu saja saat sosok lain muncul dari balik para laki-laki semampai.

mata seungmin terbelalak menyaksikan siapa yang datang. ia terlampau familiar dengan wajah itu, wajah yang selalu ada di foto-foto yang disimpan minho di ponselnya.

"h-han jisung?"

jisung, yang baru saja datang itu, berdecak kasar. tidak peduli dengan panggilan tidak percaya dari seungmin.

"buruan siram, habis itu pukulin lagi. tapi jangan sampe mati." perintahnya dingin, semakin membuat seungmin tidak percaya bahwa orang ini adalah orang yang sama yang selalu minho elu-elukan setiap saat.

"t-tunggu, jis—"

dengan sekali perintah, para pembuli yang seungmin kini yakini sebagai anak buah jisung itu pun melempar seember penuh air bekas pel lantai, membuat seungmin basah dan bau di saat yang sama.

seungmin terjatuh lagi, samar-samar ia mendengar kekehan puas dari han jisung. ia hendak membela diri lagi, tapi maupun fisik dan batinnya serasa hancur.

jadi ini, orang yang seungmin percaya membawa kebahagiaan kepada minho? orang yang selama ini ingin seungmin ucapi terimakasih karena selalu berhasil memunculkan senyum di kurva bibir minho.

"udah pukulin cepet."

perintah terakhir jisung sebelum ia melenggang pergi sedikit banyak membuat seungmin takut, membayangkan apa yang akan terjadi dengan minho di masa yang akan datang jika sekarang saja pujaan hatinya sudah berbuat sejauh ini.

seungmin memejamkan matanya, sudah pasrah akan perlakuan macam apa lagi yang akan ia terima saat secara tiba-tiba pintu toilet dibuka dengan paksa—tadinya dikunci rapat dari luar—menimbulkan pekikan keras dari para gadis sekaligus menghentikan dua laki-laki semampai yang baru akan menghujam seungmin dengan pukulan lain.

"han jisung lo udah gila ya?"

"tck lo ngapain sih ke kampus gue?"

"lo—"

percakapan yang seungmin yakini adalah antara si pendobrak dan jisung itu berhenti begitu akan mencapai puncak. seungmin perlahan membuka mata, dan sedikit banyak terkejut melihat sosok lain yang ia kenal.

"kim seungmin lo kenapa bisa ada disini?!"

"k-kak changbin?"

seungmin mengernyit, tapi bersyukur. ia bisa melihat changbin melayangkan tatapan super tajam ke jisung yang terbingung-bingung sebelum mendekat ke arah seungmin dan dengan hati-hati membopongnya keluar dari toilet.

"ayo, ikut gue. disini gak aman."

seungmin harusnya merasa takut, karena jika jisung adalah preman disini maka changbin adalah preman di kampusnya.

"m-makasih, kak."

namun nyatanya seungmin lebih banyak berterimakasih hari itu, saat changbin berhasil menyelamatkan hidupnya.

𝙡𝙞𝙨𝙩𝙚𝙣 𝙩𝙤 𝙮𝙤𝙪𝙧 𝙨𝙡𝙚𝙚𝙥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang