17. egoistic boy

1.1K 250 20
                                    

seungmin dengan tergopoh-gopoh mengikuti langkah kaki bundanya menuju salah satu lorong rumah sakit bagian unit gawat darurat.

jantungnya berdetak lebih kencang, karena berlari dan mungkin juga karena membayangkan seburuk apa keadaan minho yang mamanya tengah masuk ke dalam salah satu ruang operasi karena kecelakaan.

"bun, ruangannya dimana?" tanya seungmin, berusaha menggapai lengan bundanya yang tidak kalah panik karena mama minho adalah sahabatnya sejak di bangku kuliah.

"ini sayang, di depan." sahut bunda seadanya, nafasnya bersahutan ketika menunjuk salah satu pintu putih dimana minho terduduk di salah satu kursi panjang, menangis tersedu-sedu.

hati seungmin serasa melebur saat itu juga. selama hidupnya, ia belum pernah melihat pemandangan minho menangis kecuali saat ia kehilangan mainan truknya kala mereka masih kecil.

"sayang kamu temenin minho dulu, mama mau nanya ke bagian administrasi."

tanpa menjawab, seungmin hanya mengangguk pelan dan beringsut mendekat ke arah minho yang ia yakini datang ke sini terburu-buru karena hanya memakai celana selutut serta hoodie hitam yang tudungnya menutup hampir seluruh permukaan wajahnya.

seungmin meringis dan menghela napas, rasa iba langsung menggerogotinya begitu ia menyentuh pundak minho, membuatnya mendongak dan menyaksikan sekeras apa minho telah menangis.

"dek..."

tanpa disuruh, seungmin duduk di samping minho dan menariknya untuk dipeluk. minho dengan lemas menenggelamkan kepalanya di perpotongan leher seungmin, melanjutkan tangis yang entah kapan akan berhenti.

seungmin mengeratkan pelukannya seolah tidak sedang dirundung permasalahan terkait hubungan mereka. ia melupakan segalanya sejenak, untuk paling tidak membuat minho merasa sedikit lebih baik akan kehadirannya disini.

dengan lembut tangan seungmin menepuk-nepuk punggung yang lebih tua, mengelusnya sesekali untuk menyalurkan kehangatan yang sedikit banyak diharapkan bisa mengisi ruang kecil yang mendingin di hati minho.

"nangis aja gak apa-apa, kak. ada gue disini." ucap seungmin tulus, meski seiring waktu makin merasa hancur karena mendengar suara isakan minho yang kini sedang dalam keadaan paling rapuhnya. "tante jul kuat, tante jul pasti gak apa-apa."

ada sekitar tiga puluh menit mereka berada dalam posisi yang sama. minho terlalu lemas untuk menjawab atau berganti posisi, dan rasa pegal pundak seungmin pun tidak ada apa-apanya jika sudah disodori pemandangan menyedihkan seperti ini.

tangisan minho mereda secara perlahan, membuat seungmin refleks mengeratkan pelukannya, seolah mengatakan bahwa minho tidak perlu menangis lagi karena ada ia di sisinya.

"m-makasih, dek." ucap minho dengan suara super serak, kepalanya pelan-pelan terangkat dari pundak seungmin. "g-gue gak tau lagi, gue gak punya siapa-siapa selain mama sama lo."

kalimat yang singkat namun menyakitkan itu berhasil membuat seungmin kembali meringis. dengan raut sendu, iya mengusap sisi wajah minho dengan sentuhan selembut sutra. ia menghapus sisa air mata minho, berharap bahwa kesedihannya juga akan turut berkurang.

"gak kak, lo punya banyak orang. ada bunda juga, ada temen-temen lo di kampus, ada kak donghan, ada—"

seungmin memotong kalimatnya sendiri, tidak yakin apa ia harus menyebut nama yang sangat krusial di kehidupan minho itu.

"ada jisung juga,"

namun egonya kalah telak hari ini. demi membangkitkan semangat minho yang sedang turun kadar ke nol persen, seungmin rasa tidak ada salahnya untuk mengorbankan sedikit kepedihan hatinya.

minho tidak menjawab. ia masih mengumpulkan nyawa seiring seungmin membersihkan wajahnya dari air mata.

si laki-laki lee mendongak setelah menunduk agak lama, mencari arah tuju netra seungmin, menatapnya lekat-lekat.

"dek."

"iya?"

seungmin menyahut cepat, ujung bibirnya naik sesenti untuk menyalurkan sedikit kehangatan kepada minho.

"tolong janji sama gue, jangan pernah pergi dari hidup gue."

akhirnya, akhirnya minho mengucapkannya.

sepatah kalimat yang sering ia pendam akhir-akhir ini. sepatah kalimat yang mungkin jika tidak ia ucapkan, akan benar-benar terjadi dan bisa membuat hidupnya terasa berkeping-keping hancurnya.

minho mengatakannya, jujur dan sedikit memaksa.

"gue tau, gue egois, ya?" lanjutnya kemudian saat seungmin tidak menjawab melainkan justru memalingkan wajahnya dari minho.

"h-hah?" respon seungmin gagap, tidak punya ide harus menjawab seperti apa.

karena seungmin tidak yakin pada dirinya sendiri bahwa ia akan tetap mampu berada di sisi minho, jika beberapa minggu terakhir saja ia mati-matian menghindar dari tetangganya itu.

minho terkekeh, sarkastis terhadap dirinya sendiri.

"iya, gue emang egois." ujar minho sendu. "boleh gak lo biarin gue egois buat hal ini aja?"

minho berucap final, dan ia ingin diiyakan.

seungmin mengerti.

"iya, kak."

ia mengangguk, namun hanya sebagai syarat.

𝙡𝙞𝙨𝙩𝙚𝙣 𝙩𝙤 𝙮𝙤𝙪𝙧 𝙨𝙡𝙚𝙚𝙥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang