18. positively broken

1.1K 243 28
                                    

"buat tante jul, bun?"

bunda hanya mengangguk pelan tanpa kata saat seungmin menghampirinya di dapur, melihat kotak makanan bertumpuk yang tengah disusun rapi di atas meja makan.

"anterin ya sayang, buat tante jul sama minho makan. tante jul kan masih sakit."

"oke." sahut seungmin setengah riang, hampir terlalu banyak menunjukkan kegembirannya akhir-akhir ini.

seungmin tahu seharusnya ia tidak bersyukur—ia memang tidak bersyukur, hanya saja sepertinya kata-kata bijak yang mengatakan bahwa semua hal ada hikmahnya itu benar.

semenjak mama minho dioperasi dan diharuskan beristirahat lebih banyak untuk sementara waktu, bisa dikatakan hidup minho bergantung pada keberadaan seungmin.

yang selalu menyediakan makanan atau membantu pekerjaan rumah tangga keluarga lee adalah bunda, tapi siapapun tahu bahwa seungmin adalah yang menjadi pilar bagi mental minho yang tengah banyak menurun.

minho tidak main-main saat bilang ia hanya punya seungmin setelah mamanya. laki-laki itu menolak untuk pergi ke kampus selama beberapa hari, memilih hanya di rumah dan menemani mama sekaligus menunggu kapan seungmin akan datang dan mengelus punggung tangannya lagi—sumber ketenangannya.

seungmin tidak melihat tanda-tanda jisung, bahkan dari ponsel minho. ia tidak mengerti, dan tidak ingin mengerti. ia hanya bersyukur bahwa momen seperti ini masih tersisa di kehidupannya dengan minho.

"bilang bunda mau ke supermarket beli sayur sama lauk, nanti bunda nyusul kesana."

setelah mengacungkan jempol ke arah bunda dan memakai sandalnya asal-asalan, seungmin melenggang ke rumah bernuansa ungu muda yang nampak asri.

kedua tangannya sibuk menggenggam pegangan kotak makan yang cukup berat, sebuah senyum kecil nampak di ujung bibirnya.

"tante ju—"

seungmin memanggil, nyaris. di saat ia hampir masuk ke rumah yang pintunya terbuka lebar-lebar, di ruang tamu nampak beberapa orang asing yang tengah berhadapan dengan minho serta mamanya, yang seungmin asumsikan adalah tamu.

"waduh ada tamu." gumamnya agak heran—tumben sekali mereka punya tamu.

ia menengok ke arah halaman, dan mengernyitkan dahi saat baru menyadari ada sebuah mobil hitam mengkilat yang terparkir di depan pagar.

bukan, seungmin mengerut heran bukan karena mobilnya. melainkan karena plat terkustomisasi yang di tengah-tengahnya terdapat nama yang agak familiar.

"han? keluarga han?" pikirnya sejenak, sebelum teringat sesuatu dan serta merta mengintip kembali ke dalam rumah. "han jisung?"

dengan gerakan sangat hati-hati, seungmin menempelkan badannya ke tembok. dua tangan yang memegang kotak makanan dilipat di belakang punggung, seungmin mendekat ke balik pintu, sebisa mungkin mendengar apa yang tengah dibincangkan dua keluarga kecil disana.

seungmin masih terlampau heran, bagaimana han jisung beserta keluarganya bisa sampai disini ketika mengingat mama minho bahkan belum mengenal siapa sosok yang sering putranya ceritakan itu.

awalnya seungmin pikir mungkin jisung pada akhirnya punya nurani untuk datang menjenguk mama minho, sekalian membawa keluarganya. sebuah dugaan yang sangat positif.

tapi semua kepositivan itu menguap habis saat yang seungmin dengar dari dialog di dalam adalah,

"iya saya juga setuju, jadi kira-kira kapan tanggal yang pas untuk minho dan jisung bertunangan?"

𝙡𝙞𝙨𝙩𝙚𝙣 𝙩𝙤 𝙮𝙤𝙪𝙧 𝙨𝙡𝙚𝙚𝙥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang