14. a smile to your wound

1.1K 248 27
                                    

"astaga sayang, bangun dong udah siang ini masa masih ngulet aja di kasur."

seungmin mendesah gusar begitu cahaya matahari mulai menembus penglihatannya saat bunda masuk ke kamar dan membuka satu-persatu gorden yang ada.

"bunnnnn aku mau tidur aja seharian." keluh seungmin, mengecek ponsel hanya untuk melihat bahwa perkiraannya benar bahwa hari ini hari minggu.

kini giliran bunda yang berdecak. wanita yang sudah rapi itu menyibak paksa selimut tebal anak semata wayangnya.

"kamu nih ya, akhir-akhir ini males-malesan mulu." rutuk bunda. "jogging kek, biasanya juga diajakin minho."

mendengar kata minho membuat seungmin semakin malas saja untuk membuka mata. ia membalikkan tubuh sambil berdecak, berusaha menutup kepalanya dengan bantal agar tidak mendengar omelan sang bunda.

"kak minho sibuk." gumam seungmin pelan, berusaha tidak peduli meski nyatanya ketika ia ingin menghindar, kepalanya justru hanya dipenuhi minho dan minho.

sudah lebih dari seminggu, tapi seungmin masih juga tidak mampu menghilangkan minho dari kehidupannya.

inilah mengapa jika disuruh memilih, seungmin akan dengan senang hati memendam perasaannya saja seumur hidup daripada harus mengaku dan membuat hubungannya dengan minho menjadi tidak karuan.

kalau sudah seperti ini, seungmin bisa pastikan minho hidup dengan baik sementara hanya ia yang menderita.

"sibuk apanya itu dia mau kencan sama ceweknya." sahut bunda sambil menunjuk jendela seungmin yang mengarah langsung ke halaman rumah minho.

seungmin bersumpah ia tidak cemburu, ia hanya terkejut saja saat bunda menyebut tentang perempuan, berhubung yang seungmin tahu minho kemungkinan sudah mengencani jisung.

"HAH? CEWEK?" seru seungmin nyaring, dan dengan serta merta meloncat dari ranjangnya hanya untuk menyusul bunda yang tengah melongok keluar jendela seungmin—mungkin saja hendak memanggil minho.

"astaga kamu ini dibilangin minho punya cewek aja baru bangun." ejek bunda mencibir anaknya yang kini membelalakkan mata melihat pemandangan di halaman rumah minho. "ya udah bunda berangkat arisan dulu ya, kamu jaga rumah."

kalimat pamit bunda sebelum figurnya melenggang pergi serasa sudah tidak terdengar di rungu seungmin. si laki-laki kim sibuk memfokuskan indera penglihatan ke depan, dimana minho yang rapi dengan jaket denim serta celana hitam tengah berbincang dengan perempuan yang cukup familiar bagi seungmin.

"anjir itu kan cewek yang ngejar-ngejar kak minho." monolog seungmin heboh. "lah sampe kesini juga serem banget."

akhirnya dengan setengah kesadaran—nyawanya belum terlalu terkumpul karena baru saja bangun dari hibernasi—seungmin yang hanya memakai celana pendek dan kaus itu turun dari lantai atas rumahnya dengan tergopoh-gopoh, setengah berlari ke arah halaman minho namun kemudian mengendap-endap untuk mendengar konversasinya dengan perempuan tadi.

"tck udah gue bilang, gue gak suka sama cewek. lo maksa banget, sih." keluh minho, terlihat sangat kesal dan terganggu dengan keberadaan si gadis yang seungmin ingat sebagai teman kampusnya itu.

alih-alih percaya, perempuan itu malah melengos curiga.

"mana buktinya emang kalo lo maho, ha? gak ada kan?" rutuk si gadis.

minho mendesah frustasi, hendak membalas lagi entah dengan kalimat macam apa lagi ketika tiba-tiba seungmin muncul dan memotong laju percakapan mereka.

"kak ini siapa?" tanya seungmin, tangannya bergerak bebas mengait lengan minho dengan posesif, menghasilkan tatapan lebar dan terkejut dari si laki-laki lee maupun gadis tadi.

"lo siapa?" tanya gadis itu, matanya memicing tidak suka.

seungmin menatapnya balik dengan tajam dan hampir dibuat-buat—untung saja bakat aktingnya di ekskul teater semasa SMA dulu masih tersisa.

"gue pacarnya kak minho. lo siapa?"

pernyataan tanpa persetujuan minho itu lantas membuat dua orang lain terkejut bukan main.

seungmin berusaha mempertahankan ekspresi datarnya sementara minho diam tak berkutik, entah bersyukur atau ingin memaki seungmin. seungmin tidak peduli untuk sesaat, membiarkan kaitan tangan mereka mengerat sebelum si gadis pergi.

"tck, gak mungkin. mana mau minho sama cowok model beginian?" ledek perempuan tadi, yang mana sama sekali tidak seungmin antisipasi.

seungmin sakit hati tapi tentu ia harus membalas. baru saja ia akan melepas diri dari minho dan hendak maju mengembalikan kalimat kurang ajar si gadis tidak tahu malu, tapi minho mendadak bergerak.

dengan cepat minho melepas tangannya dari jemari seungmin, untuk kemudian merengkuh pinggang laki-laki yang dianggapnya adik sendiri itu. kini giliran seungmin yang terkejut dan menatap minho dengan mata bulat tidak percaya.

"apa lo bilang? cowok model beginian nyatanya yang bikin gue jatuh cinta, bukan cewek desperate kayak lo yang mulutnya gak bisa dijaga."

balasan minho tajam dan menyakitkan, berhasil membuat seungmin mendapat serangan jantung untuk yang kedua kali. namun sisi baiknya, juga mampu mengusir si gadis dari pekarangan rumah minho.

"tck, awas lo berdua." sulut gadis itu dibalut amarah sekaligus malu, sebelum kemudian memasuki mobilnya yang terparkir di pinggir jalan dan pergi dengan tergopoh-gopoh.

setelah mobilnya berbelok dan menghilang di ujung gang, seungmin bisa merasakan tangan minho yang membalut pinggangnya lepas begitu saja.

ia pun menoleh, menemukan minho yang mengalihkan tatapannya dengan bingung.

"s-sorry kak, gue gak maksud, ng, gue cuma mau bantuin lo aja ngusir dia." celetuk seungmin diantara spasi keheningan yang canggung, hendak langsung melenggang pergi saja namun minho menahannya.

"gak, gak. gue yang minta maaf sama terimakasih sama lo." balas minho, ia menggaruk tengkuknya canggung.

mereka berdiaman setelahnya, larut dalam pikiran dalam masing-masing. seungmin yang ingin kabur dari situasi ini, serta minho yang merangkai kata agar hubungan mereka yang dulu bisa diperbaiki.

tujuan mereka tidak sama, nampak jelas bagi seungmin. minho ingin bertingkah seolah tidak ada apa-apa, sementara seungmin ingin mengakhiri kesakitan yang sudah ia tahan selama ini.

"ng, dek, lo hari ini free?" tanya minho kemudian, membuat seungmin tergagap.

"h-ha? iya, free. kenapa?" jawab seungmin, jujur meski sebenarnya ingin sekali berbohong dan menghindar dari minho secepat mungkin.

minho melirik sejenak ke arah kanan, dimana motornya yang mengkilat—baru saja dicuci—terparkir rapi.

"gue awalnya mau jalan sama jisung, tapi dia mendadak gak bisa." ucap minho. "kalo motornya dibuat jalan sama lo aja, gimana?"

seungmin tahu ia akan merasa sakit lagi, tapi entah kenapa ia mengangguk yakin saat minho menawarkan.

"boleh."

karena paling tidak, seungmin bisa melihat senyum minho mengembang lagi hari itu.

𝙡𝙞𝙨𝙩𝙚𝙣 𝙩𝙤 𝙮𝙤𝙪𝙧 𝙨𝙡𝙚𝙚𝙥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang