20. twisting you out ✔

2.2K 284 91
                                    

sudah sebulan? dua bulan?

lebih dari empat minggu sejak seungmin terakhir kali bertemu minho.

kala itu mereka berhadapan di koridor kampus seungmin, dengan minho yang merengkuh bahu yang lebih muda, membuat baju mereka saling terbasahi air mata satu sama lain.

seungmin kira sakit hatinya akan berhenti saat minho meminta maaf, sekaligus mengiyakan bahwa seungmin mungkin akan benar-benar menghilang dari kehidupannya.

ia memang pergi, jauh dari pandangan minho dan keberadaannya. tidak ada lagi minho yang menjemput, melupakan tugas dan meminta untuk diantarkan, atau minho yang duduk di balkon sambil bermain gitar karena insomnia.

seungmin merasa separuh dari kehidupannya mati menghitam seiring punggung tegar minho tidak lagi dapat ia saksikan.

tapi paling tidak ia terbiasa, atau lebih tepatnya terpaksa untuk membiasakan diri karena sebuah keharusan.

harus, seungmin harus bisa menghilangkan minho dari rotasi kehidupannya, terutama saat dua minggu lalu ia menyaksikan si laki-laki lee menyematkan cincin pertunangan di jari manis han jisung.

hari itu seungmin bersikukuh untuk tidak keluar dari kamar. inginnya pergi jauh saja dari rumah agar bebas dari kejaran bunda yang terus mengajaknya datang ke pesta pertunangan lee minho dan han jisung.

seungmin menatap undangan yang bernuansa biru muda, dengan foto minho dan jisung tersenyum lebar, keduanya tampak sempurna dan menawan.

dengan ketukan bundanya di pintu kamar yang semakin kencang, maka tidak ada lagi yang bisa seungmin lakukan kecuali menurut.

ia menginjak lantai gedung yang sama dengan minho setelah sekian hari. ia menatap minho yang dibalut kebahagiaan hari itu, meski saat netra mereka bertemu yang seungmin rasakan hanya kekosongan.

bohong jika seungmin pamit duluan beralasan punya janji belajar bersama dengan hyunjin—mungkin minho akan bertanya-tanya sejak kapan hyunjin belajar—karena nyatanya ia berakhir pergi kemanapun hanya untuk menangis keras-keras.

seungmin sedih dan bahagia di waktu yang sama.

"sayang?"

lamunan sendu seungmin berhenti saat suara bunda menggema dari arah pintu kamarnya.

"bunda pergi dulu ya, kamu jangan lupa makan. bunda udah masak di bawah."

"iya bun."

setelah menjawab seadanya dan mendengar langkah bunda menuruni tangga, seungmin menghela napas dan menyandarkan punggung di kursi belajar.

jemarinya bergerak, mengelus pelan satu-satunya benda yang membuatnya teringat dengan minho yang tersisa. yang lain sudah entah ia buang, bakar, atau simpan di gudang dan dibiarkan berdebu.

pelupuk seungmin kembali membasah. fotonya dengan minho di liburan musim panas tahun lalu, dibingkai rapi di dalam pigura kayu yang minimalis dan cantik.

"tck, i gotta throw this away."

hati seungmin semakin perih seiring waktu ia menatap foto minho. ia terlihat menyedihkan, hanya bisa menyaksikan minho dalam jarak dekat lewat selembar kertas.

seungmin hendak beranjak. entah ke halaman atau gudang untuk memusnahkan benda kenangan terakhirnya, saat pintu kamar dibuka tiba-tiba dan hampir membuat seungmin terjungkal.

"d-dek."

dunia seungmin berhenti. kakinya mundur selangkah, tidak percaya dengan apa yang matanya tengah tampakkan.

"k-kak minho?"

itu minho. orang yang sama yang selalu ia puja-puja. orang yang sama yang membuat hidupnya penuh sendu selama beberapa bulan terakhir.

seungmin mengernyit. berani-beraninya minho muncul dengan tiba-tiba? seolah ia tidak sedang menahan diri dari kerinduan yang seakan ingin merenggut nyawanya.

kalau boleh, seungmin ingin menghilang. ingin menutup mata dan hati yang begitu lemah terhadap minho, menghapus imagi yang membuatnya langsung terenyuh saat mendapati lengan minho jauh lebih kurus, tulang pipi yang menonjol, dan kedua sorot mata yang sayu.

seungmin tidak berani bilang, tapi minho terlihat sangat-sangat kacau.

"kak minho ngapain disini?" protes seungmin, suaranya serak karena menahan emosi yang ditularkan figur menyedihkan minho yang juga tidak bisa berkata-kata. "gue udah gak mau ketemu sama lo, inget?"

minho rupanya lemah. entah ia memang selemah itu, atau tingkat ketegaran hatinya yang semakin memudar.

dengan kalimat sederhana yang terlontar dari mulut seungmin, minho jatuh. ia terduduk secara mendadak, lututnya mencium lantai kayu kamar seungmin. kepalanya tertunduk dalam, menahan suara isakan yang tidak bisa untuk tidak terdengar.

seungmin terhenyak tapi kakinya tidak bergerak. minho terlihat seperti orang sekarat.

"d-dek, gue putus sama jisung."

end.

so this book supposed to be the first of a series but i'm still not sure if i'm gonna continue it so well yeah, doain aja dapet mood buat ngelanjutin :D

thank you for reading! hope you enjoyed it♡

🎉 Kamu telah selesai membaca 𝙡𝙞𝙨𝙩𝙚𝙣 𝙩𝙤 𝙮𝙤𝙪𝙧 𝙨𝙡𝙚𝙚𝙥 🎉
𝙡𝙞𝙨𝙩𝙚𝙣 𝙩𝙤 𝙮𝙤𝙪𝙧 𝙨𝙡𝙚𝙚𝙥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang