"Violette, Bri, bawa para tahanan ke tempat aman," bisik Casey.
"Aku tetap di sini," kata Brianna tegas.
"Kalian akan kalah jumlah!" seru Violette.
"Tidak lagi." Casey mengacungkan tongkat sihirnya dan mengirim bunga api merah ke udara, sehingga beberapa detik kemudian, belasan Auror yang Brianna lihat di bar kemarin muncul di dekatnya. Seolah mengerti situasi, Brie berputar di udara sebelum mendarat di salah satu batang pohon.
"Senang melihatmu masih hidup, Casey," sapa Magnus, menatap tajam pada pria paruh baya di dekatnya. "Dan ayahmu."
"Dia tidak bersalah," bela Casey, membentuk barrier di antara Occultis dan ayahnya yang hanya memandang kosong. "Ayahku berada di bawah pengaruh imperius. Dissentum yang sebenarnya berada di depanmu, Magnus."
Magnus menoleh pada seseorang yang berjalan di antara Dissentum. "Nicholas Dougherty."
"Nicholas!" seru Violette, terlihat putus asa dalam cengkraman Casey.
"Will, bawa pergi Violette dan yang lain ke Kementerian sampai kami kembali," perintah Casey pada Si Botak, mengedikkan kepala ke raksasa dan manusia-manusia lain di paling belakang.
"Violette?" Beberapa Auror menoleh dengan terkejut ketika Will membujuk Violette untuk ikut dengannya. Para Dissentum mengangkat tongkat sihir mereka saat para tahanan pergi, kemudian ditahan oleh pemimpin mereka.
"Kali ini aku tidak mengharapkan pertumpahan darah," kata Nicholas datar.
"Kau sudah melakukannya dengan menculik Casey dari kami, Nicholas," desis Magnus.
"Aku hanya ingin sepupuku tahu apa yang kurasakan saat ia membunuh ayahku," jawabnya. Ia mengibaskan sebelah tangan seakan baru saja mengaku telah mencuri permen. Beberapa Occultis yang menangkap pergerakan tersebut sebagai amcaman mengacungkan tongkat sihir mereka, sehingga para Dissentum mulai bersiaga menyerang sebelum Nicholas memberi isyarat untuk berhenti. "Tapi itu alasan sampingan," lanjut Nicholas. "Tujuanku mengumpulkan kalian adalah ingin melakukan perjanjian gencatan senjata."
"Ayahmu memang seoarang Dissentum, Nick," kata Casey, "tapi kau tidak harus menjadi sepertinya!"
Nicholas mendengus. Tangannya masih menenteng koper coklat, dan Brianna bertanya-tanya apakah sangkar Brie masih di dalam. "Persepsi keliru mengenai Dissentum menggerogoti pikiran kalian bagai racun tanpa penawar. Pernahkah kau berpikir berapa banyak Dissentum yang terbunuh dibanding Occultis? Kami tidak membunuh. Kami mempertahankan diri. Para Occultis lah penjahat sebenarnya, menggunakan Kementerian sebagai tameng besar yang membenarkan tindakan mereka."
"Aku tidak akan membahas itu, Casey. Para Auror dan ayahmu pun kulepaskan jika kalian mengikuti kemauanku," lanjutnya. "Pertikaian Dissentum dan Occultis berakhir di sini. Kedua golongan menjalankan kegiatan masing-masing tanpa diganggu satu sama lain."
"Hanya jika kalian berhenti mencoba menyebarkan dunia kita pada para muggle," ucap Magnus, "karena itu melanggar salah satu aturan utama dunia sihir."
"Lihat, lihat," dengus Nicholas. "Itulah yang baru saja kujelaskan, Magnus, kalau Occultis selalu berpikir bahwa diri mereka benar. Mengapa kita harus hidup bersembunyi di antara muggle? Setengah kehormatan kita sebagai penyihir hilang jika para muggle tidak mengakui keberadaan kita."
"Sebagai penyihir, kau tentu tahu konsekuensinya," balas Magnus kalem.
"Sebagai penyihir yang lebih banyak menghabiskan waktu di dunia muggle, aku memiliki cara untuk mengatasi segala konsekuensinya." Nicholas tersenyum miring.
"Kalian hanya ingin menguasai muggle ...."
"Seperti penyihir menguasai peri rumah."
"Manusia tidak sesederhana yang kau kira, Nicholas." Beberapa kepala spontan menoleh pada Brianna yang bersuara. "Tanpa tongkat sihir, kau tidak ada bedanya dengan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bewitched (End)
FanfictionA HARRY POTTER FANFICTION [Fantasy-Adventure-Minor Romance] Brianna harus menelan kenyataan pahit ketika mengetahui kalau dunia penyihir seperti di novel Harry Potter itu benar-benar ada, dan dia bukan merupakan bagian dalam dunia tersebut. Seolah...