(Untuk pembaca cerita ini sejak zaman purba disarankan untuk membaca ulang dari awal, karena aku sendiri pun harus begitu saat ingin melanjutkan ini. hehehe. //digampar
abaikan pesan ini jika ingatanmu kuat)
~○●♢●○~
Dan segalanya terjadi dengan cepat. Gilbert mendadak bangkit hingga kursi drumnya terjungkal dan menggelinding di belakang. Sebuah tongkat sihir yang agak panjang tergenggam dengan mantap di tangannya, terarah ke Arnold. "Simpan tongkatmu, Dissentum," perintah Gilbert tajam. Lalu ia melirik Nicholas dengan alis terangkat, "Bagaimana kau bisa tahu?"
Sebuah suara lain menyahut. Brianna menoleh dan mendapati Magnus mengacungkan tongkatnya ke arah Arnold. Beberapa pengunjung bar lain ikut berdiri dari beberapa meja, dan semuanya ikut memegang tongkat. Brianna refleks memalingkan pandangannya ketika matanya tanpa sengaja bertubrukan pada pria jangkung botak. Gadis itu tidak yakin apakah sekarang ia bisa menganggap Occultis sebagai lawan, tapi yang jelas ia tetap tidak begitu suka pikirannya dibaca begitu saja.
~○●♢●○~
Detik setelah puluhan penyihir muncul bersamaan dalam beberapa titik di udara dalam bar, pekikan duel menggema hingga ke atap kayu. Suara drum yang jatuh dan menggelinding memekakkan telinga, membuat sisa pengunjung yang bukan penyihir menjerit keras dan berlomba-lomba menuju pintu keluar. Arnold mengarahkan tongkat sihirnya pada Brianna. Mantra pelindung yang gadis itu ciptakan hanya mampu menangkis setengah kekuatannya hingga Brianna terhempas ke dinding kayu, persis di bawah pajangan kepala rusa.
"Expelliarmus!" Nicholas berhasil melucuti senjata penyihir gempal tersebut. Menggunakan kesempatan itu, Gilbert segera menghantam wajah Arnold dengan tinjunya yang besar hingga ia pingsan.
"Efek terbiasa melakukan pekerjaan kasar," jelas Gilbert sambil mengangkat bahu, kemudian berbalik untuk melawan penyihir Dissentum yang menyelinap di belakangnya.
Nicholas berhadapan dengan dua Dissentum berjubah hijau tua, satu wanita tinggi dengan cat kuku hitam, sedangkan yang lain pria yang sejajar dengannya, dengan sebelah mata tertutup oleh jahitan. Kilatan cahaya menyambar tubuh Nicholas, tapi berhasil ditangkisnya dengan lambaian tongkat beserta maneuver tak terbaca.
Seorang Dissentum berjanggut kasar lain menghampiri Nicholas dengan tongkat sihir teracung mantap di tangan. Merasa Nicholas akan kewalahan melawan tiga penyihir sekaligus, Brianna bergerak mendekati pria itu, hendak mencoba berduel sebelum kilatan berwarna hijau melintas sesenti di depan tubuhnya dan menghantam rak berisi bir.
Brianna menyaksikan beberapa botol bir yang pecah dan tumpah ke lantai dengan darah berdesir. Jika tangannya maju sedikit lagi, ia akan mati. Mencengkram erat tongkat sihir dengan telapak tangan berkeringat, Brianna menoleh pada seorang penyihir wanita berambut merah menyala yang menyeringai, menerima tantangannya.
"Kau si gadis Casey," serunya di tengah keributan. Wanita itu melangkah mendekati Brianna, terlihat lebih santai dengan tongkat sihir yang ia pelintir di samping tubuh. Ia memiliki tulang rahang yang tegas sampai Brianna hampir mengira kalau penyihir itu adalah laki-laki jika tidak melihat bentuk tubuh di balik mantel tipisnya. "Dari mana kau curi tongkat sihir itu, Muggle?"
"Aku penyihir," balas Brianna defensif. "Tongkat ini memilihku."
"Buktikan," katanya dingin, tepat sebelum melancarkan serangan lainnya. "Sectumsem—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bewitched (End)
Fiksi PenggemarA HARRY POTTER FANFICTION [Fantasy-Adventure-Minor Romance] Brianna harus menelan kenyataan pahit ketika mengetahui kalau dunia penyihir seperti di novel Harry Potter itu benar-benar ada, dan dia bukan merupakan bagian dalam dunia tersebut. Seolah...