Setahun kemudian.
Aphrodite meletakkan sebuah bunga mawar putih di atas tanah yang sudah ditumbuhi rumput segar itu. Ia tersenyum sembari mengelus batu nisan yang bertulisan nama Edmund Micah Connor. "Aku merindukanmu, Ed. Terima kasih sudah pernah hadir di hidupku. Kau pasti bahagia di samping-Nya," bisiknya lirih.
"Aphrodite! Aphrodite!" Seorang wanita dari kejauhan berlari ke arahnya.
"Arts?"
Artemis—adik Ares—mendekatinya dengan nafas tersengal. "Aku butuh pertolonganmu."
Aphrodite, masih dengan wajah terkejutnya, bertanya, "Maksudmu? Dan– apa yang sedang kau lakukan di sini?"
"Ares mencoba untuk bunuh diri."
---
"Aku sudah membawa Aphrodite. Apa kakakku baik-baik saja?" tanya Artemis setibanya mereka di rumah sakit.
Elena—ibu dari Ares dan Artemis—langsung memeluk Aphrodite tanpa mengubris pertanyaan Artemis. "Terima kasih sudah datang. Kami sangat membutuhkan kehadiranmu."
Aphrodite tersenyum tipis, "Tidak masalah, Ma."
Aphrodite yang sudah mengenal keluarga Ares sejak dini memang memanggil kedua orang tua pria itu dengan sebutan 'Mama' dan 'Papi'.
"Ares masih dalam tangan dokter. Ia mengonsumsi obat lebih banyak dari yang seharusnya. Ia bahkan telah meninggalkan surat untukmu," Elena mengelap air matanya yang kembali turun kemudian mengeluarkan sebuah kertas dari saku celananya.
"Kami akan memberimu beberapa waktu," ucap Artemis kemudian membawa Elena pergi.
Aphrodite perlahan membuka kertas itu.
Untuk dewiku yang sangat cantik.
Aphrodite Elizabeth Binley. Entah sejak kapan aku mencintaimu, tapi aku ingin kau percaya, aku sangat sangat mencintaimu. Meski kau tak percaya, aku sanggup mengatakannya setiap detik, setiap menit, setiap jam dan setiap hari. Sayangnya mungkin sekarang aku sudah tak ada di sisimu. Setahun ini aku mencoba untuk hidup tanpamu. Nyatanya aku tak sanggup. Kau adalah nafasku, hidupku. Setelah memikirkan ini hampir selama 6 bulan, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku sendiri.
Aku juga minta maaf atas segalanya. Segala perkataan jahatku, hinaanku, penolakanku. Aku sangat menyesal. Karena aku sendiri yang membuatmu pergi. Aku juga minta maaf telah membunuh Edmund secara tak langsung. Aku minta maaf telah membuat pria yang kau cintai pergi.
Aphrodite-ku, kuharap kau dapat memaafkanku. Aku juga berharap kau menemukan pria yang jauh lebih baik dariku setelah aku menyingkirkan Edmund-mu. Maafkan aku, Sayang.
Aku sangat mencintaimu. Selamanya.
Ares.
Tangis Aphrodite pecah. Wanita itu melipat surat Ares dan memeluknya erat. Ia mendongak pada pintu yang tertutup rapat. Di mana di balik pintu itu, nyawa Ares sedang diselamatkan oleh para dokter ahli.
"Tidak, Ares.. Jangan tinggalkan aku.. Aku tidak mencintai Edmund. Aku mencintaimu, Ares. Selalu mencintaimu.."
Seorang pria berjas rapi dengan perawakan tubuh tinggi menghampiri Aphrodite yang sedang menangis seorang diri. Pria itu menaikkan sebelah alisnya. "Aphrodite?"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Goddess
סיפור קצרAres adalah milik Aphrodite. Begitulah mindset wanita itu beberapa tahun lalu. Untungnya sekarang ia sudah dapat merelakan pria itu dan kembali membuka hatinya. Kebalikannya, Aphrodite adalah milik Ares. Begitulah mindset pria itu hari ini. Dan Ares...