By the way, di chapter kali ini Gio adalah anak SMP dan Gen adalah anak SMA. Mereka satu sekolah. Sekolahnya menggabungkan SD, SMP, dan SMA. Mohon ini dibaca agar tidak bingung.
Giovanni berusaha menahan kantuk pada jam pelajaran matematika. PR yang diberikan gurunya minggu lalu telah membuat semua teman sekelasnya kebingungan. Hanya Gio yang mendapat nilai 100. Yang lainnya 0 karena mereka memakai teknik 'cap cip cup kembang kuncup jawaban mana yang harus di cup'.
Alhasil, satu kelas memuji Gio.
Padahal ia hanya mengerjakan 25% nya saja. Sisanya? Gentiana yang dipaksa untuk membantu Gio mengerjakan PR malam-malam.Tak terhitung sudah berapa kali Gio menguap. Rasa kantuk sudah hampir menguasai tubuhnya. Matanya terpejam sesaat.
"GIOVANNI AUGURELT! BANGUN!"
Gio terbangun kaget mendengar gurunya berteriak. Entah kenapa, rasa kantuk yang tadi menyelubunginya hilang begitu saja. Seperti debu yang tertiup angin.
"KAMU KETIDURAN YA DARI TADI?"
Guru matematika Gio meneriakinya dengan suara yang mungkin akan memecahkan jendela satu sekolah."Nggak bu, mata saya cuma terpejam sebentar kok."
"AH, ALASAN! KAMU DIHUKUM KARENA TIDUR PAS JAM PELAJARAN! MENTANG-MENTANG NILAI BAGUS TIDUR SEENAKNYA. BERSIHKAN LAPANGAN SANA!"
"Tapi, bu....."
"NGGAK ADA TAPI-TAPI!"
*****
"Menyebalkan." Gio menggerutu sambil memungut sampah-sampah berserakan. Mulai dari botol kosong, kertas, bungkusan snack dan permen, sampai kantong plastik.Ia menyusuri lapangan dari pojok ke pojok. Meskipun hari panas ia tidak capek. Hanya kesal.
Sementara itu, Gentiana tengah asyik-asyiknya menulis cerita pada saat jam pelajaran IPA. Soalnya pelajarannya ngebosenin, mending nulis aja biar nggak ngantuk.
Ia melihat keluar jendela sejenak. Ada Gio dipojok lapangan lagi mungutin sampah. Pasti ia sedang dihukum. Aku ikutan ah, bosen juga kalau nggak ada kegiatan yang harus dikerjakan. Hihihihi.
Gen mengangkat tangannya.
"Pak! Hukum saya pak! Hukum saya ngebersihin lapangan!"Semua murid menatap Gen heran. Gen adalah ketua kelas sekaligus ketua osis SMA ini. Kalau ia angkat suara, satu kelas langsung mendengarnya. Dan kalau ia berbuat sesuatu, satu kelas juga akan mengikutinya.
Bapak guru mengangkat alisnya.
"Dihukum karena apa toh? Kamu nggak ada salah apa-apa minta dihukum.""Lah, saya mau dihukum karena saya emang mau pak."
Pak guru meninggikan nada bicaranya. "Jangan ngaco kamu! Permintaan kamu nggak jelas banget! Kembali duduk!"
Gen malah berjalan menuju pak guru.
*SPLASH!*
Ia menumpahkan air minumnya tepat ke wajah gurunya yang berkacamata."Ups."
Gen memasang wajah tidak bersalah."DASAR ANAK KURANG AJAR! KAMU DIHUKUM! KELUAR KAMU SEKARANG!" Pak guru mulai naik darah.
*PLAK!*
Cookie melempar buku tulisnya ke muka guru itu lagi.
"Saya juga mau dihukum pak!"
"Kamu ini ya benar-bena~
*BLETAK!*
Murid lainnya melempar tempat pensil ke muka pak guru."Saya ikut pak! Tolong hukum saya!"
*CRASH!*
Kali ini buku paket tebal yang dilempar."Saya berbuat kesalahan pak! Hukum saya juga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Writer's Notebook
FantasiPerfeksionis, clean freak, pintar nya minta ampun dan baik hati pula. Seorang penulis kaya raya yang baru berusia 18 tahun sering dicap sempurna oleh banyak orang. Gentiana Augurelt memiliki banyak kisah dibalik kesempurnaannya itu. Mulai dari dark...