20. Why Did You Do It?

2.2K 257 500
                                    

DIBERITAHUKAN : Bahwa cerita ini masih akan sangat panjang sekali, dan kalian pasti akan mengambil kesimpulan ceritanya bertele-tele dan membosankan.

Jadi sebelum kalian berjalan lebih jauh dan menyesal lalu mengutuk saya, kalian boleh tinggalkan cerita saya. Boleh kritik saya sepedas SAMYANG sekalipun asal memberikan solusi atau jalan kemana saya harus mengambil jalan cerita yang kalian suka. Itulah gunanya kolom komentar, aku berlapang dada jika kalian mengkritik dengan kritikan membangun. Sungguh, aku akan terima sesakit apa pun itu.





AUTHOR POV

Ketika jam makan siang tiba, Tiffany mencari Siwon untuk berpamitan pulang membawa Daniel ke rumah sakit, dalam pemeriksaan rutin. Tapi, dia tidak menemukan Siwon dimana pun. Jadi Tiffany meninggalkan pesan di meja kantornya.

Daniel terlihat tegang sekali siang itu, jadi sebelum pergi ke rumah sakit, Tiffany membawanya ke kedai es krim sampai anak itu tenang.

Dokter mengatakan, bahwa keadaan Daniel semakin baik. Hanya saja mereka harus mengoperasinya satu kali lagi agar Daniel bisa kembali berjalan seperti dulu. Tiffany meringis di kursinya mendengar Daniel harus dioperasi lagi, sedangkan Daniel merasa senang mendengar dia akan segera bisa berjalan setelah dioperasi. Bahkan Daniel meminta Dokter segera mengoperasinya sekarang juga.

Mereka kembali ke rumah dalam keadaan suasana hati yang bagus. Melihat Nenek dan Han Ahjumma sedang menunggu di gazebo, Tiffany pun menghampiri kedua wanita tua yang terlihat tegang menunggu kabar yang Tiffany bawa.

"Bagaimana hasil pemeriksaannya?" Tanya Nenek sembari meraih Daniel untuk memberikan kecupan manis dipipinya.

"Keadaan Daniel semakin membaik, Nenek." Tiffany tersenyum, tapi ketika dia duduk senyumnya hilang dan dia bergidik. "Tetapi kata Dokter mereka harus mengoperasinya lagi."

"Dioperasi lagi?" Han Ahjumma pun mengeluarkan ekspresi sama seperti Tiffany, saat Dokter memberitahunya di rumah sakit tadi.

"Itu yang aku takutkan." Nenek mengusap kepala Daniel yang berada disampingnya.

"Tapi aku tidak takut jika dioperasi, Nenek. Karena kalau aku dioperasi lagi, aku tidak memerlukan tongkat. Dan Daddy berjanji akan membelikan aku kuda."

Tiffany tersenyum haru melihat semangat dalam diri Daniel timbul kembali. "Kita semua kan sudah tahu, kalau Daniel akan bersikap dewasa pada saat dioperasi nanti, Nenek."

"Kapan dioperasi lagi, Nyonya Stephanie?"

"Dua minggu lagi, Han Ahjumma." Jawab Tiffany dengan bibir melengkung.

Karena saat hari itu tiba, dia tidak akan bisa menemani Daniel. Stephanie yang akan menemani Daniel saat dioperasi nanti. Kesedihan naik kepermukaan. Ponsel didalam tas nya berdering, itu dari asistennya yang memberitahu bahwa Tiffany harus kembali ke pabrik karena ada beberapa berkas yang harus ditanda tangani sesegera mungkin.

Daniel menempatkan bokongnya di pangkuan Tiffany. "Mommy mau kembali ke pabrik lagi?"

"Iya, Sayang. Sebentar lagi." Balasnya dengan malas, semakin sedikit waktunya, Tiffany semakin ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak. Tapi pabrik pun tak bisa dia tinggalkan begitu saja.

"Kalau nanti aku sudah besar, Mommy tidak perlu bekerja." Daniel seperti mengerti bahwa Ibunya mulai lelah berada di pabrik. Tiffany tak menjawab, dia hanya memeluk Daniel dan menyandarkan kepalanya di leher anak itu dengan mata terpejam.

"Ibumu bekerja karena dia yang mau." Suara Yoona menggema di telinganya. Entah wanita itu datang dari mana dan sejak kapan. Dia datang begitu cepat seperti hantu.

Glorious StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang