"Dek, cepetan kenapa si lama banget." Teriak Kakakku dari luar.
"Iya iya bentar." Jawabku yang juga berteriak sembari keluar rumah.
Aku merapikan lengan baju putihku, aku sedikit melipat lengannya agar tanganku sedikit terlihat, lengan baju seragam putih abu-abuku memang panjang, rok-nya pun juga begitu, itu karena Ayah memintaku untuk memakai seragam yang menutup auratku, aku juga memakai hijab ke sekolah.
"Entar kalau telat, lu yang nanggung semua hukumannya, kan gara-gara lu." Kata Kakakku.
"Apaan si, ini juga masih ada waktu. Udah cepatan berangkat !" Kataku kesal.
Kakakku mulai menaiki motornya dan menyalakan mesinnya, kemudian dia memakai helm. Setelah motor di arahkan ke jalanan, akupun juga langsung memakai helm dan naik ke boncengan motornya.
Ya, setiap hari aku dan Kakak berangkat dan pulang dari sekolah selalu bersama, itu karena kita satu sekolah, hanya saja kelasnya berbeda.Oh iya, aku lupa memperkenalkan diriku pada kalian. Namaku Kinanti Ayudia, aku mempunyai seorang Kakak yang bernama Fahmi Renanto. Umurku dan Kakak hanya selisih 2 tahun. Aku kelas X MIPA 3, sedangkan Kakakku kelas XII MIPA 1.
Kami mengambil jurusan yang sama bukan berarti bahwa kami merencanakannya atau bahkan telah membuat sebuah perjanjian. Kakakku itu sangat pintar di bidang Sains, bahkan dia sudah berkali-kali menjadi juara dan memborong semua penghargaan dalam kompetisi sains, seperti Olimpiade dan perlombaan. Jadi tidak heran jika dia memilih IPA sebagai jurusannya. Sedangkan aku, sebenarnya aku tidak memiliki bakat apapun dalam hal sains, IQ-ku pun terlampau jauh dari Kakakku. Aku mengambil jurusan ini karena dorongan dari kedua orangtuaku, mereka menginginkan agar aku mampu mengikuti jejak Kakakku dan bisa menjadi sepertinya. Keberadaannya membuatku tak betah di rumah, apalagi saat dia memamerkan kepintarannya itu kepada Ayah dan Ibu, rasanya saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah dan tak kembali lagi.
Ya, boleh di bilang bahwa Kakakku itu adalah anak emas di keluarga kami, dia kebanggaan keluarga, tidak sepertiku yang selalu merasa menjadi pecundang di hadapan Ayah dan Ibu. Maka dari itu, Ayah dan Ibu selalu membanding-bandingkan aku dengannya yang semakin membuatku merasa bahwa aku tak berharga di mata mereka, hal itulah yang membuatku tak menyukainya, bahkan membencinya. Bukan itu saja, ada banyak sebab di dalam dirinya yang juga membuatku tak menyukai keberadaannya. Dia adalah seorang Kakak yang overprotektif, kasar dan perkataan-perkataannya yang selalu menyinggung perasaan orang lain. Dia juga posesif padaku. Tak heran jika aku sering bertengkar dengannya karena sifatnya itu.
- -○○- -
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER MY HERO
Teen FictionBagaimana jadinya hidup kalian jika mempunyai saudara laki-laki yang overprotektif ? Atau bahkan posesif ?