***
"Woy!!" Nia mengejutkanku. "Btw, katanya ada yang mau lu ceritain ke gue, apaan?""Semalem gue chatt sama Kak Riko, nggak banyak info sih... ya tapi lumayan." Terangku. "Kak Riko bilang kalau ada cewek yang suka sama Kakak gue waktu kelas 2." Lanjutku.
"Terus?"
"Ya bagus dong, seenggaknya ada target. Namanya Ela. Lu pernah dengar nggak ?"
Nia mencoba berpikir. "Nggak tahu tuh."
"Makanya hari ini gue mau nyari tahu."
"Nyari tahunya kemana ?"
"Kak Riko lah."
Dddrrr... Ddrrrttt...
Hp ku bergetar, terlihat ada notif chatt masuk.
Kak Riko : Ketemuan di taman sekolah ya.
"Nih, Kak Riko ngajak gue ketemuan di taman sekolah." Kataku. "Yuk!"
"Kemana ?" Tanya Nia.
"Ke taman. Gimana sih." Jawabku.
"Lu ngajakin gue."
"Udah ayo !" Aku menggandeng paksa tangan Nia.
Saat kami sampai, terlihat Kak Riko sudah menanti kami di kursi taman.
"Hai Kak." Sapaku.
"Hai. Oh, Nia juga ikut. Hai Ni."
Nia tersenyum.
"Aku sengaja ngajak kamu ketemuan di sini soalnya pas banget."
"Pas apanya Kak ?"
"Mau tahu soal Ela kan, tuh !" Kak Riko menunjuk ke arah siswa.
Karena ada beberapa siswa yang bergerombol, aku tidak tahu yang mana.
"Mana sih?"
"Itu tuh... yang rambutnya pendek sebahu."
"Yang mana ?" Aku masih belum tahu.
"Yaelah... ya udah, nih... El... Ela." Tiba-tiba Kak Riko memanggil nama Ela dengan sangat kencang, dan salah seorang siswa yang mendengarnya langsung menoleh ke arah belakang. Ternyata dia yang bernama Ela.
Ia tersenyum ke arah kami, kemudian terlihat berbicara sebentar dengan teman-temannya seperti meminta izin untuk pergi, lalu ia pun menghampiri kami.
"Hai Rik !" Sapanya dengan senyuman ramah.
"Hai ! Lama nggak ketemu. Oh iya, kenalin ini adkel ku dari jurusan IPA. Ini Nia."
"Hai Kak !" Sapa Nia.
Kak Ela tersenyum.
"Dan ini Kinan, adiknya Fahmi."
Kak Ela yang mendengarnya terlihat sedikit syok.
"Hai Kak !" Sapaku.
"Oh, hai ! Senang bisa ketemu sama kalian."
"Si Ela dari jurusan Bahasa, jadi ya... dia nggak se-terkenal itu di jurusan kita."
"Hahaha... yups, benar." Kak Ela tertawa.
Cantik, hanya itu keteranganku mendiskripsikan sosok Kak Ela.
Secantik dan seramah dia Kakakku nggak mau. Gila, benar-benar nggak waras."Tapi dia cukup terkenal di kalangan anak bahasa." Kak Riko tak henti-henti memujinya.
"Apaan sih... udahlah..." Kak Ela terlihat malu.
Ya, tak bisa di pungkiri. Sekolah tempatku ini cukup besar, meskipun hanya ada 3 jurusan, tapi jurusan itu terbagi dalam beberapa kelas, seperti kelasku kelas XI MIPA2, MIPA3 dan seterusnya, terkadang ada 3 sampai 4 kelas, tergantung berapa banyak siswa dalam jurusan itu. Siswa di sekolah tempatku pun tak kalah banyak.
Hanya siswa teladan dan pintar yang benar-benar berprestasi dan prestasinya di akui oleh sekolah lah yang namanya di kenal oleh siswa satu sekolah."Btw, kenapa nih ?" Tanya Kak Ela.
"Em... gini. Kinan mau bicara sama lu bentar, bisa kan ?" Jawab Kak Riko.
"Bisa kok ? Tentang apa ?" Tanya Kak Ela lagi.
"Kalian ngobrol aja langsung, ok. Gua tinggal ya. Yuk Ni !" Kak Riko mengajak Nia pergi.
"Oh... ya udah. Entar kalau udah selesai balik ke kelas ya." Kata Nia.
"Ok." Jawabku.
Kak Riko dan Nia pergi.
Agar obrolan kami nyaman aku pun mencari tempat duduk di sekitar taman laou mengajak Kak Ela duduk bersama.
"Em... gini nih Kak, maaf sebelumnya. Dengar-dengar Kakak sempat kenal Kakakku ya, Kak Fahmi." Aku membuka obrolan dengan sangat canggung dan berhati-hati.
Kak Ela tersenyum.
"Maaf sebelumnya Kak, nggak ada maksud. Aku cuma...."
"Iya, kenal kok. Bahkan dulu sempat deket. Bukan... maksud aku aku yang deket, Fahmi mah enggak. Hahaha..." Jawab Kak Ela memotong pembicaraanku.
"Denger-denger, Kak Ela pernah suka sama Kak Fahmi. Ups..." aku menutup mulutku dengan tangan kananku.
"Hahaha... nggak papa, santai aja. Emang benar kok. Bahkan di tolak di muka umum juga."
"Hah? Serius. Jahat banget sih Kak Fahmi." Aku terkejut.
"It's ok. Semua orang berhak nolak siapapun, semua orang berhak buat nggak suka dengan apapun, dan semua orang juga nggak harus suka balik ke kita. Kita juga nggak berhak buat maksa, sebab mereka punya hak mereka sendiri, mereka punya hak atas keinginan mereka. Tapi ya... caranya nggak gitu juga. Tapi ya udahlah... itu kejadian udah lama banget aku aja agak lupa. Bahkan hampir lupa. Hehehe..."
"Em... aku boleh minta kontak Kakak nggak ? Bukan apa-apa, cuma ya... buat bisa ngobrol-ngobrol aja lewat chatt."
"Boleh kok... mana 5 kamu ?"
Aku memberikan hp-ku kepada Kak Ela.
Ia pun langsung mengetik nomornya di kontak hp-ku dan tak lupa mencantumkan namanya sebelum menge-savenya.
Setelah selesai ia pun mengembalikan hp-ku padaku lagi."Makasih ya Kak."
Ia hanya tersenyum. "Btw... udah dulu ya, mau bel masuk nih. Lain kali kita ketemu lagi. Mungkin bakalan sering deh mulai sekarang, kan udah tukeran kontak. Jangan lupa nanti chatt ya, aku belum save nomor kamu kan."
"Ok."
Kak Ela berdiri dari bangku tempat duduknya." Bye Kin." Katanya.
Aku tersenyum lalu melambaikan tangan di selingi kepergian Kak Ela.
Setelah itu aku pun bergegas kembali ke kelasku.Tahap awal berhasil, tinggal susunan tahap selanjutnya.
Good job Kinan.- -○○- -
Hai~~~🤗
Mohon maaf yaa...🙏 up-nya telat lagi😔
Sebelumnya aku ucapin makasih ya buat kalian yang udah vote cerita aku.
Alhamdulillah... ada perkembangan.
Dan makasih juga buat kalian yang masih setia nunggu sambungan cerita ini😊
Makasih banyak😄Buat yang baru baca, selamat menikmati ya...
Dan makasih juga karena udah mampir😉 semoga kalian suka.Salam : ~penulis amatir~😘
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER MY HERO
Ficção AdolescenteBagaimana jadinya hidup kalian jika mempunyai saudara laki-laki yang overprotektif ? Atau bahkan posesif ?