- -○○- -
Radit mendadak menghentikan motornya. Ia menghentikan motornya di lokasi taman kota
"Maaf yaa... kamu turun dulu." Katanya.
Aku pun turun dari boncengan motornya.
"Aku parkir bentar ya... kamu tunggu di sini."
Aku menunggunya memarkirkan motornya, setelah mendapat karcis ia pun kembali menghampiriku.
Ia mengajakku masuk ke area taman. Ramai, banyak sekali orang-orang di sini meski waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Duduk bentaran yuk !" Ajak Radit.
Aku dan Radit duduk di kursi panjang yang ada di taman.
"Bentar, aku beliin kamu minuman dulu yaa."
Radit pergi sebentar meninggalkan aku yang duduk di kursi, lalu beberapa saat ia kembali membawa minuman dan snack.
"Nih !" Ia memberikan satu minuman padaku.
Aku pun meminumnya, ia juga meminum minumannya."Gih, di makan juga snack-nya." Katanya lagi.
Aku tersenyum. "Makasih yaa.."
Ia tersenyum.
"Btw, sekarang bisa dong jelasin ke aku apa yang sebenarnya terjadi. Jujur tadi itu aku sempat bingung mau ngajak kamu pergi kemana ? Habis kamu juga maksa banget ngajak pergi. Yaa... bukan apa-apa sih... bukannya aku nggak suka atau gimana, cuma rasanya tuh... aku kayak ngebawa lari anak orang gitu, kayak semacam kabur. Bener ya kamu kabur ? Jangan-jangan bener tadi pas di kafe. Kabur dari Kak Fahmi ?"
Karena Radit bertanya dan aku pun tak bisa menyembunyikan segalanya lagi darinya, akhirnya aku pun menceritakan semuanya.
"Kenapa gitu ? Kenapa kamu ngotot ngecomblangin Kak Fahmi. Alasannya ?"
Saat Radit bertanya seperti itu padaku, aku tak bisa mengelak. Bingung harus ku jawab apa ?
Apa aku katakan saja bahwa semua ini ku lakukan agar aku bisa dekat dengannya.
Tapi... kalau aku bicara terus terang, aku takut Radit akan tersinggung dan akhirnya akan menjauhiku perlahan.
Aku harus memutar otak."Em... itu... kamu tahu sendiri kan Kakakku kayak gimana. Aku sengaja ngelakuin ini biar bisa bebas dari dia. Biar dia nggak ngintilin aku mulu. Risih tahu, tertekan." Jawabku sedikit berbohong.
Iya, memang itu yang aku mau. Tapi di balik kata itu ada hal lain yang lebih aku inginkan, yaitu bisa lebih dekat sama Radit. Tapi maaf Dit, aku tidak bisa mengatakan itu.***
Radit memeriksa jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Radit mengajakku segera pulang.
Sebenarnya aku masih mau di sini bersamanya. Aku tahu jika aku pulang pasti aku akan mendapat masalah.
Ayah akan marah karena aku telat pulang tepat waktu, dan juga Kak Fahmi. Hufftt... rasanya hidupku seperti di neraka.Radit mengantarku pulang.
Perjalanan menuju rumahku memakan waktu sekitar 45 menit-an.
Saat sampai aku turun dari motor Radit.
"Makasih ya." Kataku tersenyum. "Maaf aku nggak bisa nawarin kamu masuk dulu.
"Iya nggak papa, aku juga mau langsung pulang aja."
Radit menyalakan kembali mesin motornya.
"Aku pulang ya." Katanya.
"Iya. Hati-hati." Kataku.
Radit pergi meninggalkan rumahku.
Aku membuka pagar rumahku.
Sudah terasa hawa menyeramkan saat aku melangkah masuk ke lingkungan rumah.
Ayahku juga sudah berdiri menunggu di teras rumah bersama dengan Kakakku yang duduk di kursi teras dengan berpura-pura membaca sebuah buku, entah buku apa ?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER MY HERO
Teen FictionBagaimana jadinya hidup kalian jika mempunyai saudara laki-laki yang overprotektif ? Atau bahkan posesif ?