9-STALKER DADAKAN

860 22 0
                                    

***
Keesokan harinya.

"Nih !" Kakakku memberikan helm padaku.

Aku menerimanya kemudian memakainya lalu naik ke boncengan motornya. Sebenarnya aku masih kesal padanya, tapi apa boleh buat ? Tak ada pilihan lain.
Awalnya aku sudah meminta tolong pada Nia untuk menjemputku dan pergi ke sekolah bersama, tapi dia tidak bisa karena ia di antar oleh pacarnya.

Setibanya di tempat parkir, aku yang telah turun dan melepas helm-ku pergi begitu saja tanpa berkata apapun kepada Kakakku.

Saat aku tiba di depan kelasku aku bertemu dengan Radith.
Aku mencoba menyapanya.

"Pagi." Aku tersenyum.
Ia membalas senyumanku.
Tiba-tiba ia menyapa seseorang "Pagi Kak." Lalu buru-buru masuk kelas.

Siapa ?
Aku menoleh ke arah belakangku, terlihat Kakakku berada di sana. Jaraknya lumayan jauh dariku.
Rupanya sedari tadi saat di parkiran ia sudah berencana membuntutiku tanpa ku sadari.

Aku kemudian bergegas masuk ke kelasku, terlihat ia masih mengawasiku dari luar jendela kelasku.
Apa yang dia lakukan kali ini ?
Hal itu makin membuatku kesal, benar-benar kesal.

"Ngapain tadi Kak Fahmi ?" Tanya Nia padaku.
"Tahu ah!" Gerutuku.

***
Jam istirahat Nia mengajakku ke kantin, sebenarnya aku malas namun Nia terus memaksa.

Saat aku keluar dari kelasku, aku melihat Kakakku berada di depan kelasku.

"Kak Fahmi ? Ada apa ?" Tanya Nia.
Kakakku tak menjawab.

"Udah, nggak usah ngurusin dia. Mending kita pergi aja." Kataku menarik tangan Nia mengajaknya pergi.

Tak ku sangka, Kakakku ikut pergi juga. Ia membuntutiku.

Aku menghentikan langkah kakiku.

"Ngapain ? Mau ngikutin ?." Kataku.
"Nggak tuh." Jawabnya.
"Terus?" Kataku.
Ia diam.

Aku kembali berjalan menuju kantin, dan Kakakku kembali mengikutiku.

Aku duduk di kursi kantin, Nia langsung bergegas menuju ke lemari es.
Aku melihat Kakakku juga duduk di kursi kantin bergabung dengan teman-temannya.
Setelah ku pikir seperti ada yang aneh, apa iya ini hanya kebetulan ? Lalu tadi pagi kenapa ia seperti membuntutiku saat aku ke kelas ? Padahal arah kelasnya dan kelasku berbeda. Apa iya, ia mencoba untuk mengawasiku kali ini ? Sebegitunya kah ?

"Nih! Minum dulu !" Nia meletakkan sebotol minuman dingin di depanku. Kemudian ia duduk di kursi sebelahku.
"Mau pesan makanan juga nggak? Batagor Pak Sikun enak tahu." Katanya lagi.
"Nggak selera." Jawabku ketus.
"Hm...." Nia menghela napas panjang.

Tiba-tiba seseorang meletakkan semangkuk bakso di depanku.
"Tuh!" Katanya.
Ternyata Kakakku.
"Nggak laper." Jawabku.

Aku beranjak dari tempat dudukku, berniat meninggalkan Kantin, namun Kakakku mencegahnya.

"Makan nggak ! Kalau udah makan baru lu boleh pergi dari sini." Katanya.
"Kalau aku bilang nggak ya nggak. Denger nggak sih."

Aku pergi dari kantin tanpa memperdulikan Kakakku.
Lagi-lagi ia mengikutiku dari belakang.
"Nggak usah ngikutin!" Kataku.

Namun rupanya ia tak perduli, ia terus mengikutiku layaknya seorang stalker.
Apa ini ? Kenapa ia begini ?
Aku mencoba lari, ia pun ikut lari seperti tak mau kehilangan aku dari pandangannya.

Karena hal itu aku terus saja berlari sambil melihat ke arah belakang, memastikan Kakakku sudah jauh dan tak mengikutiku lagi, hingga aku pun tak memperhatikan sekitarku dari arah depan.

Bruukk!!

Aku tak sengaja menabrak seseorang yang ternyata adalah Radith, ia membantuku berdiri.

"Maaf ya." Kataku.
"Nggak papa. Kenapa lari-lari?" Tanyanya.

Belum selesai aku menjawab pertanyaannya, tiba-tiba Kakakku datang lalu mencengkram lengannya kuat-kuat karena ia melihat Radit memegang lenganku.

"Lepasin !" Suruhnya.

Radith melepas tangannya dari lenganku. Kemudian Kakakku juga melepas cengkraman tangannya dari lengan Radith.

Kelewatan.

"Radith megang tangan aku karena dia mau ngebantuin aku berdiri, apa Kak Fahmi nggak lihat kalau aku jatuh tadi ? Itu juga karena Kak Fahmi." Kataku membela Radith.
"Diem nggak !" Katanya.

Ia kemudian mengandeng tanganku dan mengajakku pergi.
Aku berusaha melepas pergelangan tanganku, namun cengkramannya sangat kuat, sampai lenganku panas dan memerah.

"Sakit tahu Kak." Kataku.

Kakakku melepas cengkramannya dari tanganku.

"Mau Kakak apa sih ? Kenapa Kakak jadi kayak stalker gini ?" Kataku.
"Itu karena Ayah pengen gue ngejagain lu." Jawabnya.
"Halah... nggak usah muna. Emang niat Kakak kan kayak gini." Kataku. "Aku nggak habis pikir ya, ternyata perilaku Kak Fahmi masih kayak anak kecil."
"Apa lu bilang ? Eh, lu-nya aja yang sekarang bandel. Susah di atur, ngebangkang mulu."
"Ya karena aku udah nggak tahan sama sikap Kakak." Jawabku. "Udah deh, males aku debat terus sama Kak Fahmi, nggak ada ujungnya."

Aku pergi meninggalkan Kakakku, lagi-lagi ia mencoba mengikutiku.

"Please deh! Nggak usah jadi ekor !" Kataku.

Kakakku akhirnya tak mengikutiku lagi.

Entah apa yang terjadi padanya ? Makin hari ia makin kelewatan.
Ada saja hal-hal yang membuatku kesal dan akhirnya naik darah, aku tak tahu lagi harus seperti apa menghadapinya ?
Aku benar-benar ingin ia segera lenyap dari bumi ini.
Sungguh.

- -○○- -

MY BROTHER MY HEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang