2-KAKAKKU (bagian 1)

2.7K 59 0
                                    

Sekitar 45 menit, akhirnya kami sampai di sekolah. Aku turun dari motor lalu Kakakku memarkirkan motornya. Aku melepaskan helm-ku dan menaruhnya di tempat khusus penitipan helm yang berada di samping pos satpam sekolah, aku mencoba untuk merapikan hijabku yang sedikit berantakan saat aku memakai helm tadi.

Di sekolahku tidak ada peraturan yang mewajibkan siswinya untuk memakai seragam sekolah yang tertutup sepertiku, jadi tak heran jika di sekolahku rata-rata banyak yang memakai seragam dengan lengan dan rok yang pendek, siswa yang berpakaian sepertiku jarang di jumpai di sekolah ini, tapi meski begitu tetap ada aturan yang harus di taati jika ada siswi yang memakai seragam lengan dan rok pendek.

"Aku duluan ya." Kataku kepada Kakakku.

Tanpa menunggu jawabannya aku langsung meninggalkan tempat parkir dan bergegas menuju ke kelasku.

"Hai." Sapa temanku Nia.

Aku dan Nia sudah bersahabat sejak SMP, kami pun memutuskan untuk bersekolah di SMA yang sama. Bahkan kami juga telah sepakat saat nanti melanjutkan ke perguruan tinggi kami akan memilih universitas yang sama, itu karena kami ingin persahabatan kami tidak putus selamanya. Kami sudah seperti keluarga.

Aku tersenyum kepadanya lalu duduk sebangku dengannya.

"Tumben nih, biasanya jam 6 pagi udah di sini. Nggak biasanya lu berangkat jam segini Kin." Kata Nia.
"Udahlah, yang penting kan nggak telat." Kataku menaruh tasku di atas meja.
"Iya tapi nggak biasanya aja." Kata Nia lagi.

Tak berapa lama, guru mata pelajaran masuk ke kelas dan pelajaran pertama pun di mulai.
Sekitar 3 jam belajar di dalam kelas, akhirnya jam istirahat tiba. Seluruh siswa mulai membereskan buku dan alat tulis mereka dan kemudian bergegas keluar kelas.

"Kin, ke kantin yuk ! Tapi teraktir ya." Kata Nia.
Aku mengernyitkan alisku.
"Soalnya tadi gue berangkat belum sempat sarapan, laper nih. Tadi kesiangan juga, jadi lupa nggak bawa uang deh, hehe..." Kata Nia cengengesan.
"Hadeh... iya iya." Kataku.
"Ok Boss, besok gantian deh." Kata Nia.

Kami meninggalkan kelas lalu menuju ke kantin sekolah.

"Tunggu di sini ya ! Biar gue aja yang pesan." Kata Nia.

Nia pergi menuju ke tempat penjual makanan untuk memesan, sedangkan aku duduk di kursi kantin yang sudah di sediakan.

Aku merogoh sakuku dan mengambil hp-ku untuk sekedar memainkannya sesaat sembari menunggu Nia kembali membawa pesanan. Saat aku sedang asyik memainkan hp-ku, aku di kejutkan dengan suara kursi yang di tarik oleh seseorang. Aku mengira bahwa orang itu adalah Nia yang telah kembali membawa pesanan, tapi ternyata bukan. Setelah menarik kursi yang berada di sebelahku, orang itu langsung duduk di kursi tersebut.
Ternyata orang itu adalah Radith, teman sekelasku.

"Aku boleh duduk di sini kan." Katanya tersenyum padaku.

Aku berhenti memainkan hp-ku dan menaruhnya di atas meja.

"Udah duduk baru minta izin, gimana sih ?" Kataku sedikit tertawa.
Dia pun tertawa. "Eh Kin, kok nggak pesan si. Mau aku pesanin ?" Katanya.
"Nggak usah, tadi si Nia udah pesan, entah kemana dia ? Lama banget." Jawabku.
"Oh, kirain." Kata Radith lagi.

Aku cukup tegang saat bicara dengan Radith, tanganku tiba-tiba dingin. Ya, bisa di bilang aku menyukainya. Memang aku menyukainya. Sudah lama. Tapi sikapnya yang biasa saja kepadaku membuatku mencoba untuk sedikit berusaha menghapus rasa itu, apalagi aku sempat mendengar bahwa dia telah berpacaran dengan Kakak kelas. Lagi pula selama ini dia memang tidak tahu bahwa aku mempunyai perasaan padanya.

Dan lagi ia selalu memanggilku dengan panggilan 'aku kamu', bukan 'lu gue' seperti yang lain. Meskipun aku selalu memanggilnya dengan panggilan 'lu gue', ia tetap memanggilku dengan kata 'aku kamu'.
Wajar kan kalau aku jadi semakin berharap dengannya.

Tak lama Nia datang membawa pesanan makananku dan di lanjut dengan Ibu kantin yang membawa 2 es teh manis.

"Sorry Kin, lama ya. Tadi antri banget soalnya." Kata Nia. "Eh, Radith. Lu juga di sini." Lanjut Nia saat melihat Radith duduk di sampingku.

Nia kemudian menarik kursi yang berada di depanku lalu ia pun duduk.

Nia segera menyantap makanan dan minuman yang dia pesan tanpa menghiraukan keberadaan Radith di situ.

"Em... Rad, lu... eh kamu nggak pesan apa gitu ?" Kataku.

Karena merasa tak enak, terkadang aku mencoba memanggil Radith dengan panggilan 'aku kamu.' Seperti yang ia lakukan padaku, meski teekadang berubah-ubah karena sudah terbiasa dengan panggilan 'lu gue.' Maklumlah.

"Eh nggak, udah santai aja Kin. Kamu nikmatin aja, gk usah perduliin aku. Cukup ngelihat kamu makan, aku udah ngerasa kenyang." Jawab Radith tersenyum.

Seketika wajahku memerah, bibirku sedikit mengembang mendengar perkataannya itu.

"Yaelah... sa ae lu kecoa terbang." Kata Nia. "Gombal banget." Lanjut Nia sambil melahap makanannya.

Aku tak dapat menyembunyikan hal itu, aku yakin Radith pun sadar akan hal itu. Senyum di bibirku yang tanpa aku rencanakan itu pasti telah membuatnya paham akan semuanya.

"Dek." Kata seseorang tiba-tiba.

Seketika wajah dan perasaanku berubah dengan sekejap saat aku mendengar suara sapaan itu.
Aku melihat ke samping kananku, ternyata dugaanku benar. Terlihat Kakakku berdiri tepat di sampingku.

"Apa ?" Jawabku ketus.

Tanpa menjawab perkataanku, Kakakku langsung menarik tanganku hingga aku pun berdiri dari kursi tempat dudukku.

"Gue nggak suka lu deket sama dia." Kata Kakakku menatap Radith dengan tatapan tajam.

"Kenapa si ? Aneh deh." Kataku tidak mengerti.

"Udah, pokoknya lu ikut gue." Kata Kakakku lagi.

"Kemana ?" Tanyaku.

"Yang jelas jauh dari orang kayak dia." Jawab Kakakku.

Kakakku menarik tanganku dengan paksa.

"Lah, makananku." Kataku.

"Entar gue ambilin." Kata Kakakku yang masih menyeret tanganku dan mengajakku pergi.

Aku pikir dia akan membawaku pergi meninggalkan kantin, ternyata hanya pindah tempat ke meja lain yang agak menjauh dari tempatku sebelumnya.

"Duduk !" Suruh Kakakku.

Aku pun duduk di tempat itu.

Dia kemudian kembali lagi ke mejaku sebelumnya untuk mengambil makanan dan minumanku lalu kembali lagi ke tempatku.

"Mendingan lu makan di sini sama gue. Dari tadi gue ngelihatin dari sini, dan gue risih." Kata Kakakku duduk di kursi yang berada di depanku.

Aku malu sekali akan perlakuan Kakakku tadi. Bukan apa-apa, hanya saja aku merasa tidak enak kepada Radith, apalagi sikap Kakakku tadi sangat keterlaluan, menarik tanganku dengan kasar dan mengajakku pergi dengan paksa, seakan-akan aku ini anak kecil yang butuh sekali di lindungi. Di lindungi ? Hah, apakah seperti itu caranya seorang Kakak melindungi Adiknya ? Overprotektif. Aku rasa bukan.

- -○○- -

MY BROTHER MY HEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang