Sekitar 30 menit akhirnya kami sampai di sebuah kafe tempat favorit-ku dan Nia.
Aku turun lalu Nia memarkirkan motornya di tempat parkir yang sudah di sediakan di area kafe, setelah itu kami masuk ke dalam kafe.
Terlihat saat itu suasana di dalam kafe sangat ramai, banyak para pengunjung datang ke kafe tersebut. Kami mencari tempat duduk yang masih kosong.
Kami berhasil menemukan tempat duduk kosong di dekat jendela kaca kafe.
Seorang waiter kafe datang menghampiri kami, dia memberikan buku menu kepada kami."Kayak biasa ?" Tanya Nia yang seperti sudah tahu kesukaanku apa.
"Iya. Eh, btw ngapain kesini ?"Nia yang asyik memilih pesanan di buku menu mengacuhkan aku, ia tak menjawab pertanyaanku.
"Woy !" Kataku mengejutkannya.
"Ih... apa si ?"
"Pertanyaanku belum lu jawab."
"Ya nanti bakal tahu sendiri. Eh, sekalian makanannya ya."
"Ya, terserah deh."Nia menunjukkan pesanannya kepada waiter kafe, waiter itu kemudian mencatat pesanan kami di buku pesanan, setelah itu dia pergi meninggalkan meja kami.
Sembari menunggu pesanan datang aku asyik memainkan hp-ku, begitu pun dengan Nia. Keasyikan kami masing-masing terhenti saat ada suara yang menyapa kami.
"Hai !"
Sontak aku dan Nia melihat ke arah orang tersebut. Aku terkejut melihat kedua orang itu, orang itu adalah Radith dan entah satunya lagi siapa ?
Nia berdiri dari kursinya, tersenyum kepada mereka lalu menyuruh mereka untuk ikut duduk dan ikut bergabung bersama kami.
Sedangkan aku, aku hanya diam, antara terkejut dan bingung.
Kenapa mereka ada di sini ?Ada empat kursi, Orang itu yang entah siapa duduk di samping Nia, sedangkan Radit duduk di sampingku.
Dia tersenyum padaku seakan-akan meminta izin untuk duduk di kursi itu, aku membalas senyumannya.
Seketika aku mulai sadar saat posisi duduk kami tertata seperti itu, posisi duduk berpasang-pasangan dalam satu meja. Double date !
Ya tuhan...
Nia. Kenapa dia tidak mengatakan hal ini sebelumnya ?"Em... lu pasti bingung ya Kin. Btw gue kenalin lu dulu sama Kak Revan ya. Kin, ini Kak Revan, dan Kak Revan, ini Kinan. Teman aku." Nia memperkenalkan kami.
"Hai Kin ! Salam kenal." Orang yang bernama Revan itu mengulurkan tangan kanannya padaku, menandakan bahwa dia ingin berjabat tangan denganku di sertai senyuman yang menghiasi bibirnya.Aku tersenyum dan membalas jabatan tangannya, kami pun berjabat tangan. Tak cukup lama, hanya selang satu detik kami pun mengakhirinya.
Meski Nia sudah memperkenalkanku pada Kak Revan, namun masih banyak pertanyaan terlintas di pikiranku, Nia tak begitu detail menjelaskan keseluruhannya, dan aku rasa aku masih membutuhkan banyak jawaban dari Nia. Tentu saja, ini tiba-tiba. Dan sebelumnya aku pun tak tahu-menahu atas semua ini. Mendadak. Ya, seperti itu.
Aku layaknya orang bodoh yang tersesat, tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana menangani situasi ini ?Waiter datang menghampiri kami lagi, kali itu giliran pesanan Kak Revan dan Radit yang di tulis oleh Waiter itu.
"Kamu ?" Kak Revan bertanya kepada Nia.
"Oh, aku sama Kinan tadi udah pesan duluan. Kalian aja."Setelah waiter mencatat pesanan Kak Revan dan Radit, dia kemudian pergi meninggalkan meja kami.
"Maaf, tadi ada masalah dikit di jalan. Harusnya kita yang nungguin, malah jadi kalian yang nungguin kita."
"Nggak papa kok." Jawab Nia.
"Eh Ni, btw......." Kak Revan mulai mengajak Nia mengobrol.Ya... pembicaraan Nia dan Kak Revan di mulai, aku paham sebenarnya Kak Revan itu gebetan Nia yang selama ini sering dia ceritakan padaku. Yang jadi masalahnya adalah kenapa Radith ikut kesini ? Apa hubungannya ? Apa mereka juga saling kenal ? Dan lagi pula ini tiba-tiba, Nia tak bilang apapun soal ini. Bahkan saat dia datang menjemputku tadi, ia hanya bilang bahwa ia ingin mengajakku jalan, tak ku sangka 'jalan' yang ia maksud adalah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER MY HERO
Teen FictionBagaimana jadinya hidup kalian jika mempunyai saudara laki-laki yang overprotektif ? Atau bahkan posesif ?