Like a Fool (A)

1.5K 74 17
                                        

Semua orang memandangnya seperti bintang top di kelas, ah bahkan di sekolah. Dia sosok yang baik, pintar, dan pandai dalam segala hal, menjadikannya idola di sekolah. Aku dan dia sudah lama bersahabat, mungkin sejak sekolah menengah pertama di tahun pertama.

"Hey, hari ini olahraga bukan? Apa kamu sudah menyiapkan semuanya?" Ia mendatangi ku, membuatku terkejut karena tak sadar akan kehadirannya.

"Oh tentu saja! Aku bukan orang pelupa seperti mu." Yah, terkadang dia selalu melupakan hal-hal sederhana seperti lupa meletakkan pulpen, lupa meletakkan sepedanya, bahkan terkadang lupa dengan buku komik yang seharusnya ia kembalikan padaku hari itu.

"Hey, aku tidak pelupa ya. Hanya saja aku.."

"Aku apa? Tidak ingat?" Tanyaku. Ia hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Oh celaka, aku lupa membawa air minum! Bagaimana ini? Ia menatapku seperti orang kebingungan.

"Ada apa? Kamu kehilangan sesuatu?"

"Ah, aku lupa membawa air minum ku. Padahal hari ini cuaca sangat panas."

"Ini. Aku sudah tahu bahwa kamu pasti melupakannya."

"Bagaimana kamu tahu?"

"Yaa, aku peramal mu."

"Jangan bercanda."

"Hehehehehe. Oh tidak, tadi ibu mu menitipkan botol ini padaku."

"Oh Tuhan. Terima kasih." Aku memeluknya tanpa sadar.

"Sama-sama. Jika kamu masih memelukku seperti ini, aku tidak yakin akan nasibmu."

"Nasib ku seperti apa?" Tanya ku sambil bersedekap dada.

"Kamu tahu kan dengan para penggemarku yang sangat agresif itu." Ucapnya sambil melihat ke arah sekitar.

"Jadi kamu lebih mementingkan penggemarmu dari pada diriku ini? Hah?"

"Bukan seperti itu, aku tidak mau kamu terluka karena penggemarku. Aku tidak bisa melihatmu terluka. Sudah jangan cemberut seperti itu, nanti cantikmu akan hilang." Ucapnya sambil mengusap kepalaku.

"YAK!!! Jadi kamu pikir aku tidak cantik gitu?" Marahku sambil mencubit pinggangnya.

"Aduh...duhh...lepaskan Minari, ini sangat sakit." Ucapnya sambil menampilkan wajah yang kesakitan.

Aku tidak tega dengan wajahnya yang tampak sangat kesakitan itu. Aku pun melepaskan cubitan ku dari pinggangnya.

"Maafkan aku Tzuyu. Benerkah ini sangat sakit?" Ucapku sambil mengelus pinggangnya yang habis aku cubit.

"Lihat saja ini pasti akan merah. Aku heran kenapa wanita seanggun dirimu bisa memiliki tenaga yang mengalahkan pegulat." Ucapnya sambil terus merintih kesakitan.

"Kau sangat menyebalkan sekali Tzuyu. Mau merasakan cubitanku lagi hah?" Ucap ku sambil berpura-pura kesal kepadanya.

"Tidak-tidak. Ampun Mina, cubitanmu sangat sakit. Sudah jangan cemberut lagi."

Aku hanya bisa mematung setelah ia mencium pipi ku. Aku merasakan jantungku berdetak sangat kencang dan aku pun merasakan jutaan kupu-kupu berada di perutku.

"Kamu kenapa Mina? Kenapa mukamu memerah seperti kepiting rebus begitu?" Tanyanya sambil menunjuk ke arah wajahku.

"Ti...dak apa-apa. Cepat kita harus ke lapangan." Ucapku sambil berjalan mendahuluinya.

"Tunggu aku Mina."

Aku tidak menghiraukan ucapannya. Aku terus berjalan, berusaha menormalkan detak jantungku.

One Shot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang