Like a Fool (B)

948 55 12
                                    

Perlakuannya kepadaku tidak sama sekali berubah walaupun kita sudah masuk ke Universitas. Dia masih menjadi idola di kampus tempat kami menuntut ilmu, malah bisa dibilang Dia semakin terkenal setelah membawa nama UKM basket kampus kami menang dalam perlombaan tingkat nasional. Aku dan Dia tidak satu jurusan, Aku mengambil jurusan kedokteran dan Dia mengambil jurusan bisnis. Aku tersadar dari lamunanku setelah merasakan benda hangat yang menyentuh pipi ku.

"YAK TZUYU!! Apa yang Kamu lakukan? Kamu mau membuat pipi ku melepuh karena minuman panas itu?"

"Salah sendiri Kamu dipanggil ga dengar - dengar. Aku tempelin aja itu minuman, siapa tau otak Kamu beku, kan kalau dikasih panas bisa meleleh. Hahahaha."

"Terus aja terus Kamu iseng sama Aku Tzuyu?" Ucapku sambil mengembungkan kedua pipiku.

"Ga usah gitu, udah kayak ikan fugu aja itu pipi. Hahahaha."

"Tau ah Tzuyu."

"Yah... tuan putriku ngambek. Udah ga usah ngambek-ngambek. Ini minuman yang aku tempel ke pipi itu buat Kamu. Ini coklat panas. Cuaca sekarang lagi dingin, Aku ga mau kamu kedinginan, makanya aku beliin Kamu coklat panas."

"Gomawo Tzuyu."

"Tzuyu kenapa Kamu datang ke kampus? Bukannya hari ini Kamu tidak punya jadwal sama sekali?"

"Oh Aku datang ke kampus cuma mau memberikanmu coklat panas ini saja Minari."

"Kamu niat sekali Tzuyu, padahal Aku tidak akan sakit hanya karena cuaca seperti ini."

"Aku harus niat dong kalau berhubungan dengan tuan putri Minari."

Jantungku berdetak sangat kencang setelah mendengar jawaban Tzuyu. Aku takut pipiku kembali memerah.

"Kamu bercanda mulu Tzuyu. Aku kan serius bertanya."

"Aku juga serius tahu Minari. Aku mana pernah ga serius sama Kamu. Apa itu pipi dikembung-kembungin gitu? Mau dicium pipinya?"

"Apaan sih Tzuyu, kayak berani aja cium di lingkungan kampus ini."

"Wah nantangin."

Aku langsung terdiam setelah Tzuyu mencium pipi ku. Aku yakin muka ku memerah. Kenapa kamu selalu membuat diriku merasa menjadi orang yang sangat spesial Tzuyu.

"Minari, apa Kamu demam? Muka kamu merah banget itu." Ucap Tzuyu sambil meletakkan tangannya di dahiku.

"Hawa tubuh Kamu juga panas Minari. Kamu demam? Ayok kita ke rumah sakit sekarang. Apa perlu aku ijinkan Kamu ke dosen yang selanjutnya mengajar di kelas Kamu."

"Kamu ga usah berlebihan deh Tzuyu, Aku ga kenapa-napa kok. Lagipula nanti Aku ada ujian jadi Aku ga bisa ijin."

"Nanti kalau Kamu makin sakit gimana Minari?"

"Aku ga akan sakit Tzuyu. Aku juga ga kenapa-napa kok. Udah sana Kamu pulang aja."

"Aku ga akan pulang Minari."

"Kamu kenapa ga mau pulang? Karena Kamu mikir Aku demam? Aku ga kenapa-napa Tzuyu. Kamu pulang aja, kan Kamu ga ada jadwal kuliah sama sekali."

"Beneran Kamu ga kenapa-napa Minari?"

"Beneran Tzuyu." Ucapku sambil menangkup kedua pipi Tzuyu.

"Kamu bisa lihat sendiri kan kalau Aku ga kenapa-napa Tzuyu. Kamu lihat kan kalau wajah ku tidak menunjukkan tanda-tanda sakit?"

"Udah lihatnya? Aku ga sakit kan?"

Tzuyu hanya mengangguk kepalanya.

"Aku akan pulang, tapi Aku mau anterin Kamu sampai ke kelas mu selanjutnya dan Kamu ga boleh nolak sama sekali."

One Shot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang