🌷01- part 1

168 10 2
                                    

"uuhh cantik bangetttt", gumamku sontak melihat air terjun terselimuti oleh pelangi indah penyejuk hati. Ku pandang sejauh mata memandang, sembari berjalan menuju arahnya.

"Mengapa engkau sejenak datang, lantas lalu pergi. Aku mengagumi dari kejauhan, tanpa bisa menggapai. Kini baru saja aku melihat keindahan, namun secara perlahan kau memudar tanpa alasan. "Gumamku tanpa sadar menuai kata kekecewaan melihat pesona indah yang menyelimuti, namun berapa detik aku mendekat, pelangi itu langsung menghilang.

Lantas , secara tiba-tiba pundakku terasa ada sentuhan tangan, dan itu sangat terasa.

"Bukankah kenikmatan dunia itu tidak abadi? Bagaimana engkau tidak bersyukur telah lahir kedunia? Lantas, karena apa? Melihat kenikmatan sejenak, kau rundu bagai ombak menerpa angin melawan arus. Lihatlah kedepan, lihatlah disekitarmu. Banyak kenikmatan lain yang tak kau sadari, "Ucap sosok yang tak ku kenali, yang sejenak menepuk pundak. Kini telah  tepat di sebelah kanan, dan aku memandang menatapnya.

Apa maksud dari perempuan ini, kenapa dia bilang diriku ombak yang menerpa angin? Yahh aku memang kecewa, tapi bukan berarti diriku tidak bersyukur. bambang, *eh ",gumam dalam hati.

"Hey, aku tau itu. Masih banyak kenikmatan yang lain, tapi kali ini berbeda. " Ucapku tegas.

Perempuan itu terlihat senyum, selayaknya meremehkan apa yang telah aku ucapkan. Enak saja, dia bilang aku tidak bersyukur. Terkadang perkataan sering disalah artikan bukan? Yah bisa jadi, and padahal bisa jadi semua itu ku utarakan sebagai keluh kesah, yang tak jarang sama dengan kejadian yang sebenarnya.

"Dunia itu adalah batu yang licin dan kampung yang kumuh. Apa yang dikumpulkan akan ditinggalkan, dan apa yang dibanggakan akan disesalkan. Janganlah lalai dan tertipu seolah olah akan hidup di dunia selamanya." ucapnya lalu berjalan sedikit demi sedikit menjauh. Sekitar sepuluh langkah jaraknya dengan ku, sontak ia berhenti sejenak.

"Ali bin Abi Thalib said : "aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia." ingat ituh", Teriaknya dari kejauhan.

"Hey apa maksudmu... , Heh belom selesai kita bicaraaa,"teriakku sembari berlari ke arahnya. "Hey tungguin...

****

"Lusy... bangun nak.., " teriak ibunya memanggil sambil membuka gorden kamarnya,yang telah menunjukkan matahari sudah bersinar dengan cahayanya.

Terdengar sayup-sayup mendengung ditelinga, seperti panggilan namaku. Mata perlahan membuka, dan akupun terbangun. secara sadar, diriku menyimpan kata-kata dari mimpi, yang sangat jelas seperti nyata.
"Aduuh, jam berapa ini bu??.."tanyaku, sambil melihat ibuku yang tak jelas karena sinar matahari yang menyilaukan mata.

"Setengah tujuh."jawabnya tegas,  dengan mata yang menatap ke arah ku.

"Ha? ,"gumam lusy yang terlihat cemas, dan langsung bergegas ke kamar mandi.

Hari ini adalah hari senin, lusy takut terlambat ke sekolah karena seperti biasa nya setiap hari senin melaksanakan rutinitas upacara bendera. Selain itu, dia tak mau berurusan dengan pak cecep selaku guru yang bisa dibilang sangat disiplin, dan dengan kehadiran guru baru tersebut, kini sekolahnya menetapkan peraturan jika ada murid yang terlambat, tidak segan-segan pasti disuruh pulang yang artinya tidak boleh mengikuti pelajaran apapun pada hari itu juga.

"lusy,kamu tidak makan??" Ucap ibunya, yang melihat lusy tergesa-gesa karena takut terlambat.

"Tidak bu, aku sudah terlambat..assalamu'alaikum ..." ucap lusy dengan mencium tangan kanan ibunya.

Women In IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang