Jenguk Glo

79 10 7
                                    

     Sepulang sekolah ini, Geoffrey dkk akhirnya memutuskan untuk menjenguk Glorya dikediaman gadis itu.

     Mereka telah tiba di rumah berlantai tiga itu. Sekarang, mereka tinggal masuk dan akan segera  bertemu dengan Glorya.

"Kok ini rumah sepi banget, sih?" celetuk Joshua, saat ia baru saja turun dari motor sportnya.

"Iya, njir!! Bikin takut, aja." kali ini, Haikal membela Joshua.

"Udah deh, nggak usah komentar. Mending masuk aja langsung." kata Agatha yang entah sejak kapan sudah berdiri dipintu utama kediaman keluarga Sanjaya.

"Eh buset! Sejak kapan tu anak naik tangga? Tiba-tiba udah di depan pintu aja," kaget William.

     Setahunya tadi, Agatha masih berdiri di sebelah Arnold. Tapi, entah sejak kapan, cewek itu menaiki tangga yang ada didepan rumah Glorya dan sampai di depan pintu utama.

     Geoffrey dkk segera menyusul Agatha. Mereka menaiki tangga dihadapan mereka, lalu segera berjalan ke pintu utama.

Ting tong

     Agatha memencet bel rumah bergaya Eropa klasik itu. Tak berselang lama, seorang wanita paruh baya membuka pintu rumah itu.

     Kalo Agatha tidak salah, namanya Bi Ajeng, "Assalamualaikum, Bi!" sapa Agatha, sedangkan para cowok hanya tersenyum tipis.

"Eh? Teman-temannya non Glo, ya?" tanya Bi Ajeng. Ia merasa masih mengenali beberapa wajah diantara keenam orang yang berdiri dihadapannya ini.

     Agatha mengangguk, "Iya, Bi. Kita temennya, Glo. Mau ketemu sama Glo, bisa nggak?"

     Bi Ajeng menghela nafas pasrah, "Non Glory teh lagi sakit, non. Dia dirawat dirumah sakit."

     Agatha dkk begitu syok mendengarnya. Cewek itu bahkan baru beberapa hari masuk ke sekolah barunya, tapi dia sudah harus absen.

"Kalo boleh tau, Bi, Glo dirawat di rumah sakit mana, ya?" tanya Agatha. Ia merasa harus menjenguk cewek manis yang beberapa hari yang lalu sudah menjadi temannya.

"Aduh, maaf, non. Bibi teh nggak tau. Nanti--"

     Suara Bi Ajen terhenti, karena suara deru mobil yang baru saja masuk ke pekarangan rumah.

"Alhamdullilah. Itu teh, den George. Kakaknya non Glory. Sebentar ya, biar  Bibi tanyain ke dia." George melangkah menaiki beberapa tangga, ia melihat beberapa anak SMA sedang menatap ke arahnya.

     Apakah ini adalah fansnya? Ya, George akui, dari dulu ia selalu menjadi pusat perhatian dan diincar oleh semua orang. Tapi, biasanya fansnya adalah orang yang seangkatan atau setidaknya sudah kuliah.

     Tapi, kenapa kali ini malah segerombolan anak SMA? Dan yang anehnya, dari mana mereka bisa tahu alamat rumahnya?

"Siapa, Bi?" tanya George saat ia sudah berada di hadapan Bi Ajeng.

"Ini den, temen-temennya non Glo. Mereka teh dateng karna mau jengukin non Glory." papar  Bi Ajeng.

     George mengangguk, ternyata ia salah duga. Ia pikir, anak-anak SMA ini adalah sebagian kecil dari fans  fanatiknya. Tapi, ternyata bukan.

     Enam orang anak SMA ini ternyata teman adiknya. Dan--ah!! Kenapa George baru menyadarinya! Seragam mereka sama persis dengan seragam sekolah baru Glorya.

     Dan, seorang cewek yang ia lupa namanya, merupakan teman baru Glorya. Dia ingat. Dia pernah mengantarkan cewek ini pulang ke rumahnya.

"Ehm, Assalamualaikum, Bang George. Masih ingat sama aku, 'kan?" itu suara Agatha.

Magic CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang