Chapter 8

87 12 6
                                    

Makanya, jadi cowok peka, dong!!

     Setelah menenangkan Glorya, Gideon dan George pun membawa adiknya itu ke kamar.

"El, disini aja, ya. Nanti Abang bawain makanan" jelas Gideon.

Glorya hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Tanda bahwa Ia mengerti dan mendengarkan ucapan Kakaknya itu.

"Aurel kenapa nangis?" tanya George setelah Gideon menutup pintu kamar Glorya.

"Tadi Aurel dimarahin Ayah, Bang"

"Dimarahin Ayah? Kok bisa? Aurel ngapain emangnya?"

Aih, kalo aku jawab karna aku nyetir mobil sendiri, nanti Bang George jadi merasa bersalah. Tapi, kalo nggak jawab, pasti bakalan ditanyain terus. Bo'ong aja kali, ya? Batin Glorya.

"Nggak papa kok, Bang. Aurel dimarahin karena minta dibeliin handphone baru" jawab Glorya. Ia memalingkan pandangnnya ke lantai, tak mau menatap George. Takutnya, nanti malah ketahuan kalau Ia bohong.

"Aurel bohong. Udah, bilang aja ke Abang" sudah Glorya bilang bukan? Abangnya ini sangat mengenal gelagatnya. Jadi, seharusnya Glorya tidak perlu repot-repot berbohong kalau ujung-ujungnya bakalan ketahuan. Nambahin dosa aja.

     George melihat gelagat adiknya yang aneh. Glorya tak menatapnya saat berbicara. Itu sudah cukup sebagai bukti bahwa Glorya berbohong.

"Tapi Abang janji ya nggak bakalan bilang apa-apa ke Ayah?"

"Iya, Abang janji deh. Udah cepetan ngomong"

"Aurel dimarahin Ayah karena nyetir mobil sendiri ke sekolah, Bang"

Jadi....................

     Glorya melihat tatapan bersalah yang dipancarkan oleh kedua bola mata George. Kakaknya itu pasti merasa bersalah sekali sekarang.

"Aurel, maaf A--"

"Nggak papa kok, Bang. Abang nggak salah. Malah Aurel mau berterimakasih ke Abang karena udah ngijinin Aurel nyetir sendiri" ujar Glorya dengan menampilkan senyun termanisnya. Berharap menenangkan Abangnya.

"Tapi, gara-gara Abang biarin Aurel nyetir, Aurel jadi dimarahin Ayah. Maaf ya, Rel" ujar George dengan pandangan lurus menatap Glorya. Pandangan itu menyimpan banyak makna. Entahlah. Namun, Glorya rasa Abangnya ini sedang menghadapi masalah. Bukan hanya karena Glorya, namun ada masalah lain.

"Nggak papa, Bang" kata Glorya sambil mengusap bahu Abangnya, "Abang jangan cerita sama siapapun soal ini, apalagi sama Bang Deon, entar Abang dimarahin lagi"

George hanya menjawabnya dengan anggukan kepala, disertai dengan senyum lesu, mungkin?

"Abang ada masalah, ya? Kok jadi pendiem, gini?" tanya Glorya.

"Nggak. Abang cuman capek, aja. Lelah sama hidup"

Ini Bang George apa bukan, sih? Kok jadi sok melow gini? Batin Glorya.

"Masalah kuliah, ya?" tebak Glorya.

George menggelengkan kepalanya.

Magic CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang