Masalah (2)

38 9 1
                                    

Sorry for typo ☺☺

💙💙

          George membawa Bi Ajeng dan Glorya ke ruang makan. Lalu, menyuruh keduanya untuk duduk.

"Bi Siti, tolong ambilin air, ya." pinta George.

"Iya, den."

     Bi Siti, yang melihat kedatangan kedua majikannya, dan salah satu teman seprofesinya, terkejut dan heran, karena mereka seperi orang ketakutan. Terlebih Bi Ajeng dan non Glorya.

"Bi Ajeng nggak papa?" tanya George sambil memberikan segelas air putih yang sudah disiapkan oleh Bi Siti.

"Nggak apa-apa, den. Non Glo yang harus dikhawatirkan," Bi Ajeng menerima segelas air putih itu, lalu ia meminumnya.

     George segera beralih menatap adiknya, "Aurel," sapa George lembut.

     Glorya yang merasa dipanggil, segera menatap Abangnya.

"Aurel takut?" Glorya langsung mengangguk.

     Gadis itu segera memeluk Abangnya, dan menumpahkan segala ketakutannya, "Bbbb---bang...diddd--dididii--diaa---"

"Shutttt," George mengelus punggung adiknya itu.

"Bang----ta--tataaaaa--takut....."

     George mengusap rambut Glorya sambil sesekali mencium kening adiknya itu.

"Aurel, Everything is gonna be okay. Calm down, can you?" sugesti George sepertinya berhasil, karena sesaat setelah mengucapkan kalimat barusan, isakan Glorya mulai mereda.

"Aurel inget, dia nggak bakalan ngapa-ngapain. Bang Deon udah habisin dia, okay sweet heart?"

     Glorya mengangguk dalam dekapan abangnya.

"Abang sama Bang Deon, akan lindungin Aurel terus. Aurel nggak akan kenapa-kenapa. Kejadian beberapa tahun lalu, itu semua nggak ada.

"Kejadian itu--itu---itu cuman--cuman mimpi, aja. Nggak perlu diinget, ya?"

     George tahu, tangisan adiknya ini pasti dikarenakan gadis ini mengingat kejadian beberapa tahun silam, yang hampir membuat dirinya ternodai.

"Mimpi? Itu cuman mimpi Aurel, aja, Bang?" tanya Glorya memastikan.

     George mengangguk pasti, "Ya. Ya. Ya. Itu cuman mimpi, Sayang. Jangan dipikirin terus," sugesti George lagi.

     Ia berusaha menguatkan hatinya, saat memberikan sugesti kepada adik perempuannya ini. Ia tidak mau adiknya semakin larut dalam trauma.

     George masih ingat betul, beberapa tahun silam adiknya ini sepat menjadi 'korban pelecehan seksual' walau tak sempat dirusak.

     Tapi, Aurel-nya ini sempat disentuh. Hingga, menimbulkan trauma pada adik semata wayangnya ini. Beberapa bulan, Glorya tidak mau bicara. Gadis itu hanya menangis dan selalu menyalahkan dirinya sendiri yang sudah kotor.

Magic CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang