Gua sudah ngasih tau berita ini, belum? Gua punya mobil, saudara-saudara.
Nggak tahu ada angin apa yang bikin Ayah tiba-tiba nyamperin gua di malam itu. Sekitar seminggu lalu. Tepatnya, sehabis gua sama Big boss balik dari masjid, selesai shalat maghrib berjamaah. Gua lagi asyik ngudud di teras, baru beres memoles Optimus. Beliau muncul begitu saja di ambang pintu. Sambil mainin hape, Ayah duduk di kursi sebelah gua.
"Ghi, tabungan kamu sudah berapa?"
Gua otomatis jawab, "Sekitar seratus dua puluhan, Yah. Kenapa?"
Banyak ya? Benar, lumayan banyak pula diri ini menahan penderitaan demi nabung beli mbem.
"Lumayan juga," komentar beliau.
Gua cuma bisa nyengir sambil lanjut ngudud. Merhatiin beliau yang ngangguk-ngangguk sambil mainin hape lagi.
Kalau kalian bertanya-tanya, kenapa Ayah nggak gabung gua buat ikutan ngudud, jawabannya adalah karena beliau sudah berhenti.
Dulu Ayah juga perokok, tapi beliau sudah pensiun semenjak ngerasain sakit di dada. Sejak itu, beliau benar-benar berhenti. Nggak tahu alasannya kenapa, Ayah sama Bunda nggak mau jelasin. Di masa pensiun ngudud itu, kesehatan beliau memburuk. Kerjaannya makan mulu. Pola makan beliau sampai berantakan, bahkan perut Ayah sempat buncit.
"Ada teman Ayah yang mau jual mobilnya. SUV keluaran dua tahun lalu. Kalau kamu mau, Ayah tambahin sisa kurangnya."
MASYA ALLAH!
Ini sih namanya rezeki anak shaleh! Ya, jelas lah gua nggak bisa nolak!
Kapan lagi punya mbem dengan biaya yang bebannya dibantu sama bokap sendiri? Dan mobil itu bakalan resmi jadi milik sendiri!
Alhasil, sekarang mobil itu gua bawa kemana-mana. Misalnya, ke pasar atau ke mall buat nganterin Bunda atau ke sekolah dan tempat bimbelnya Olivia.
Nggak usah ketawa. Iya, gua tau. Punya mobil sendiri malah bikin gua kelihatan kayak supir taksi online. Sadar kok, gua tau diri.
Dua kaum hawa yang paling berpengaruh dalam kehidupan gua itu senangnya kebangetan saat mereka menyaksikan mobil yang ternyata berwarna merah menyala itu tiba di halaman rumah. Bunda dan Olivia bersorak sorai saking senangnya. Kompak dan berpelukan seperti Teletubbies sambil berteriak;
"Akhirnya, Bunda nggak perlu pusing kalo mau shopping!"
"Akhirnya, Oliv nggak perlu pusing ngatur rambut kalo udah sampai di sekolah! Rambut Oliv nggak akan kusut gara-gara angin lagi! Yeaay!"
Hm.
Sudah terlalu sangat jelas bagaimana masa depan gua setelah mendapatkan sebuah mbem, bukan?
Senyuman Ayah bikin gua cepat-cepat mengusir berbagai keluhan yang sempat singgah di kepala. Nggak boleh begini, Ghi. Lu punya mobil juga karena bantuan dana dari Big Boss. Jadi, sebagai anak sulung dan cowok paling jantan di rumahnya Om Kautsar, elu nggak boleh ngeluh. Yaah, walaupun ujung-ujungnya sekarang gua udah kayak sopir taksi online.
Kalau di rumah gua dibikin begitu, beda lagi sama konco-konco persempakan ataupun di kampus. Saking seringnya dipinjam, bisa-bisa gua buka jasa rental mobil. Makanya, jangan heran kalau gua lebih memilih Optimus buat berangkat ke kampus.
Bukannya pelit, gua cuma nggak suka kalau mobil gua dijadiin asbak rokok. Terserah, mau dipake selama apapun, mau dipake kemanapun, mau bensinnya diisiin atau nggak, gua nggak peduli. Terserah. Camkan ini, jangan sekali-sekali merokok di dalam mobil gua.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMONADE LOVE
Lãng mạn"When life gives you lemons, make lemonade." Pribahasa lain dengan makna yang sama adalah seperti "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." Terdenger keren, bukan? Akan tetapi, mungkin bag...