"Hai, Vivi sayang!"
Aku memutar bola mata. Namun aku juga nggak bisa memungkiri, senyum lebar pasti akan selalu mengembang kalau berhadapan dengan cowok satu ini.
Maunya sih ingin merajuk karena kelakuannya yang menyebalkan. Dengan tebal muka, Bima membajak hapeku. Membuat akun Instagram-ku jadi saling mengikuti dengan akun orang itu. Semua dia lakukan tanpa sepengetahuanku.
Ish!!
"Aduh, pagi-pagi masa aku harus ketemu sama kecebong menel!" keluhku sembari memijat kening. Bersikap dramatis seolah-olah terpaksa menghadapi bocah paling bandel sejagad raya.
Bhimasena tertawa dengan cerianya. Keluhanku terdengar seperti banyolan terlucu di abad ini baginya.
"Kagak ada yang namanya kecebong menel seganteng gua, Vi."
"Lagian, kamu ini pagi-pagi sudah panggil orang pakai sayang-sayangan. Nanti banyak yang fans kamu yang salah paham lho! Seperti yang dulu itu, masa aku sampai diprotes nggak boleh makan siang sama kamu. Heran aku!" dumalku.
"Jangan didengarin, Vi. Fans gua emang pada beringas ya, makanya sampai begitu."
Aku cuma bisa menggelengkan kepala. Sudah nggak heran dengan kelakuan serta keadaan Bima sang vokalis band yang terkenal seantero kampus itu. Cowok yang selalu menonjol dan menjadi pusat perhatian sejak masa Ospek itu memang sangatlah supel. Dia selalu bersikap terlampau baik pada semua orang. Terutama cewek. Hal yang paling fatal karena dapat menciptakan kesalahpahaman.
Fyuh, untung saja aku bukan tipe cewek yang dikasih perhatian sedikit langsung baperan. Kalau iya, pasti aku sudah bergabung dalam Bhimasena Fans Club dan melakukan aksi gila pada teman-teman perempuan cowok itu.
"Eh, betewe, Vi." Bima menyejajarkan langkahnya denganku. "Lu kenal sama Aghi, nggak?"
Uhuk!
Aku hampir saja tersedak air liur sendiri saat mendengar nama tersebut dari mulut Bima. Bisa-bisanya dia bertanya demikian. Padahal dia sendiri yang menyambungkan akunku dengan akun orang itu.
Akan tetapi, aku cepat-cepat memperbaiki air muka agar tampak normal dan polos. Jangan bilang kenal orang itu di depan Bima, nanti dia penasaran dan ujung-ujungnya pasti mencari tahu asal muasal bagaimana cara aku bertemu dengan orang itu. Pertemuan pertama kali dan yang sebenarnya.
"Siapa?"
"Aghi. Senior. Anak FEB," kata Bima lagi. Memperjelas.
Ya, aku tahu Aghi yang dimaksud Bima itu siapa. Aku juga tahu kalau Aghi itu teman karibnya Bima. Hanya saja, ada rasa gengsi untuk mengaku pada Bima bahwa aku mengenal dan beberapa kali bertemu dengan cowok tersebut. Entahlah. Aku sendiri nggak mengerti.
Dan lagi, kemarin petang aku juga mendapatkan sebuah notifikasi. Selesai menunaikan shalat maghrib, aku memeriksa ponselnya yang terbengkalai di atas kasur. Berhubung terbiasa meninggalkan hapeku dalam mode diam dan getar, jadi aku nggak terlalu sering membuka hape.
Lagipula, nggak ada hal penting. Aku bukan tipikal cewek yang punya teman ngobrol di mana-mana. Bisa dihitung dengan jari. Dari teman sekelas dan satu jurusan, teman-teman satu UKM, teman masa sekolah, atau kadang keluarga. Itu-itu saja. Oh, belum terhitung Bella dan Dina yang aku kenal dari Sarah.
Hari itu aku sedang bersantai di kafe. Seperti biasa, sama Bima dan Sarah. Cerobohnya, aku meninggalkan ponsel dalam keadaan nggak terkunci saat ingin ke toilet. Rupa-rupanya, Bima telah melakukan aksi gilanya. Setelah aku kembali dari toilet, iseng-iseng aku pun membuka laman notifikasi Instagram. Di sana, aku mendapati akun milik teman karibnya Bima. Si Aghi Aghi itu. Dia menyukai salah satu foto lamaku. Yang artinya orang itu telah membuka banyak foto di galeriku. Dia juga mengikuti akunku.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEMONADE LOVE
Romance"When life gives you lemons, make lemonade." Pribahasa lain dengan makna yang sama adalah seperti "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." Terdenger keren, bukan? Akan tetapi, mungkin bag...