COSMO

141 11 2
                                    

Tak pernah kupikirkan sebelumnya, jutaan atau bahkan miliaran sel bisa saling bergabung. Masing-masing berinteraksi, membentuk kelompok-kelompok yang lebih besar dan menjalankan fungsinya sendiri-sendiri. Tak ada rasa iri antara satu dengan yang lainya. Meskipun ada yang kebagian peran menjijikkan, semua saling bersinergi untuk membentuk kosmo kecil yang bernama manusia. Yang bisa menangis, bisa tertawa, bisa berteriak, bisa bercanda.
Ahh. Sungguh luar biasa, dari jutaan sel yang berkumpul ini bisa menghasilkan senyum seindah surga. Mulut yang merekah pun, bisa mengeluarkan warna putih dari gigi-gigi yang berjajar rapi. Itulah senyumku yang coba kusombongkan padamu. Aku benar-benar gembira sekali. Tubuhku pun saat itu merasa iri, selincah mungkin aku berusaha menari dengan diiringi hentakan musik dangdut yang terdengar dari radio. Paling tidak untuk memancing perhatian para orang dewasa.
"Dangdut, dangdut, dangdut ah, dangdut, dang dang dang dangdut. "
Para bocah yang sejawat denganku pun ikut menari. Sedangkan orang-orang dewasa menyemangati supaya kami tambah berjingkrak sehingga suasana malam itu terasa lebih menarik.
Pada masanya, suasana malam yang seperti itu memang selalu memberikan kebahagiaan yang tak terkira. Betapa tidak! Malam yang cerah, dengan bulan yang kemilau cahayanya hampir menyamai siang, selalu bisa membuat setiap orang seperti memiliki tenaga lebih untuk berbuat sesuatu ketimbang tidur meringkuk di ranjang masing-masing. Ketika ada malam terang bulan, biasanya, orang-orang di desa kami lebih suka menggelar tikar di halaman rumah. Berkumpul dengan tetangga, bercanda, ngobrol, mendengarkan sandiwara, serta mendengarkan musik dangdut dari radio yang diputar keras-keras. Maklumlah, di daerah kami yang pada saat itu belum ada listrik, padang rembulan menjadi semacam surga yang membuat hidup kami benar-benar gembira.
Sebagai warga desa yang jauh dari peradaban kota, terang bulan sering menjadi saat yang tepat untuk mengekspresikan kreatifitas dalam bermain dan bersenang-senang. Luar biasa sekali. Namun ada lagi sesuatu yang membuat suasana bermain saat terang rembulan berbeda dengan saat kami bermain biasa-biasanya: yaitu kebersamaannya. Padang rembulan membuat diriku benar-benar berinduk secara jiwa raga, tidak sekedar memiliki induk saja. Karena kami-kami sekaligus bisa bercengkrama dengan kedua orang tua, saling bercanda, bersuka ria seolah-olah tidak ada jarak yang menghalanginya. Tidak ada pekerjaan yang menjadi alasan untuk kita tidak bisa bersama.
*****

Cosmo:Rumah Masa Kecil : Update Bagian 13: Jalan PendewasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang