Senyuman Mobil

100 4 7
                                    

Apa yang kusukai dari fase hidupku di masa kecil?

Arusnya yang begitu saja mengalir, seperti air melewati sungai yang tak berbatu dan tak berkerikil.

Hmmm,

kira-kira apa ya yang menyebabkan pada waktu itu hidup seolah tak berbeban.

Kalau disebabkan oleh kekayaan rasanya tidak mungkin, karena aku tidak berasal dari keluarga yang berlimpah uang.

Kekayaan selalu diidentikkan dengan kebahagiaan, tapi bagiku itu hanya pandangan hedonis yang terbiasa membaca kehidupan tanpa perhitungan.

Bukankah hidup sendiri itu keseimbangan.

Orang yang hedonis akan memperhitungkan hidupnya dari sisi materialis saja, tak memandang kalau selain beraga, tubuh juga berjiwa.

Tak memperhitungkan perasaan yang berbicara.

Hidup tak berbeban kurasa disebabkan kepolosan.

Kusimpulkan demikian dengan pikiran yang mendalam, agar tak lagi ada keraguan kalau pikiran bersihlah yang menyebabkan hidup tenang.

Bukankah itu sumber kebahagiaan?
Ahh.

Masa kecil memang selalu terkenang.

Masa kecil yang membahagiakan itu bagaikan sate kuda yang rasanya begitu nikmat sehingga sayang kalau cepat ditelan.

Pada masa itu aku bisa mengekspresikan berbagai tindakan yang luar biasa.

Hebat.
Mengagumkan.
Sulit kubayangkan, imajinasiku berkembang laksana awan dan lautan.

Pikiran dan gerakku seolah bebas bertindak tanpa keterkungkungan.

Maluku hilang, dan aku bebas berfantasi mempermainkan semua hal yang kubayangkan.

Aku suka itu.

Percayakah kamu, jika dalam fantasiku pada masa itu, seluruh benda, baik benda mati maupun hidup sepertinya berjiwa.

Mereka bisa menunjukkan rasa senang susahnya dengan bahasa bentuk yang mengesankan. Batu bisa berbicara tentang keteguhan dengan kekerasannya.

Air berisik dengan gemericiknya.
Api marah dengan baranya.
Angin lembut dengan spoinya.
Tanah kuat dengan kerendahannya. Rumput serakah dengan cabang-cabangnya.

Alangkah luar biasa mereka ketika berbicara dengan bahasa yang tak kuduga.

Aku seolah memahami semua.
Bahkan, ada satu kemampuan yang sering kupamerkan pada setiap orang yang aku akan bangga bila ada orang yang merasa tertarik dengan kemampuan itu dan ingin melihat langsung dariku.

Itu adalah kemampuan menirukan senyuman-senyuman mobil yang dimiliki orang-orang di daerahku.

Kurasa mobil punya raut muka yang sangat menarik, hampir sama menariknya dengan raut-raut muka orang disekitarku.

Mereka tersenyum dengan menawan, membahagiakan, seperti tak punya kesedihan.

Dan jika dilogika dengan pikiran dewasa tentu saja mereka memang tak punya kesedihan karena cuma barang.

Pak De An yang biasanya sering mengerjai aku.

Hampir setiap kali bertemu dia selalu memintaku untuk meniru senyuman-senyuman mobil itu.

Satu per satu dia akan menyebutkan mobil sekaligus pemiliknya dengan harapan aku akan menirukannya.

Kurasa, seluruh mobil yang ada di daerahku dia tahu pemiliknya.

Cosmo:Rumah Masa Kecil : Update Bagian 13: Jalan PendewasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang