Ayah

89 6 3
                                    

Ayahku seorang yang unik dalam kewajarannya.
Dia seorang yang kuat dalam kesabarannya.

Tak seperti Pak De An yang hebat karena bisa memiliki barang-barang menarik dan luar biasa pada zamannya. Kehidupan ayah dan keluargaku jauh lebih sederhana.

Waktu itu kami tak punya mobil seperti yang dimiliki Pak De An, kami juga tak punya motor dan televisi seperti yang dimiliki Pak De An.

Satu-satunya benda yang kami miliki untuk menghibur diri adalah sebuah radio transistor warna hitam dengan corak garis-garis warna silver yang sangat modern sekali.

Namun, tentu saja benda seperti itu sudah dimiliki hampir seluruh keluarga di desaku.

Kesederhanaan yang seperti itu tidak membuat rasa banggaku memiliki ayah seperti ayahku meluntur.

Ayah tetap ayah yang luar biasa.

Dengan kesahajaannya, dia sanggup memberi kebahagiaan lebih, meskipun itu tidak berasal dari apa yang kami miliki, tapi berasal dari apa yang kami jalani.

Entah kenapa, saat bersama ayah aku juga merasa menjadi luar biasa.

Aku lebih bebas bertindak, merdeka, melakukkan hal-hal yang menyenangkan.
Bersama ayah selalu bisa tercipta kesenangan dengan benda seadanya.

Harus kuakui, Ayahlah yang pertama-tama memancing fantasiku bisa berkembang seluas awan dan lautan.
Dialah yang pertama-tama mengajariku definisi benda, dan membuatku paham terhadap sesuatu yang belum kupahami. Sebagai ayah, dia merupakan guru yang baik. Yang membuat segala hal ku pahami tanpa tekanan, ku ketahui dengan menyenangkan, layaknya orang bermain.

Dimanapun, asal bersamanya, dunia seperti taman bermain.

Di pertegalan, di sawah, di sungai, di hutan, semuanya terasa nyaman, bahkan membuatku tahu lebih banyak hal lagi.

Ayah pernah mengajariku untuk melihat berbagai hal dengan teliti.

Katanya itu sebagai dasar hidup, karena dengan teliti melihat segala sesuatu kita akan tahu hakikat sesuatu, sehingga kita tidak akan salah dalam bertindak.

Bukankan segala sesuatu itu sebenarnya merupakan gabungan dari partikel kecil yang punya kesamaan pandangan sehingga berupaya membentuk sesuatu yang lebih besar.

Sama seperti tubuh kita yang merupakan cosmo kecil, seluruh dunia ini pun adalah cosmo yang memiliki kedetilan yang luar biasa.

Berbagai hakikat terkombinasi menjadi sebuah keseimbangan maha dasyat, sehingga lahirlah kehidupan.

Lalu apa hakikat keseimbangan itu.

Keseimbangan terletak pada takarannya.

Kehidupan punya porsinya sehingga bisa berjalan dengan sewajarnya. Jangan sampai ada yang menyalahi aturan atau porsi. Kalau sampai pelanggaran itu terjadi maka pasti akan ada yang tidak baik nantinya.

Akan terjadi benturan yang dapat memporak-porandakan segalanya.

Hidup itu seperti rantai sepeda, harus berjalan runut seperti ketentuannya, tak boleh saling mendahului. Kadang kita tak bisa menentukan gerigi mana yang akan dipijak. Karena kepastiannya harus seperti itu.

Pada suatu hari ayah pernah mengajakku ke pertegalan yang baru saja dia dapat dari kakek.

Sangat amburadul sekali tegal itu. Batu berserakan dimana-mana dengan bongkahan besar maupun kecil. Semak belukar tumbuh tinggi dan sangat lebat.

Sempat ku bartanya, buat apa ayah datang ke tempat seperti itu dengan membawa perlengkapan bertaninya lengkap. Baru kali itu kulihat ayah seserius itu membawa peralatan bertaninya. Tidak sewajarnya. Karena selain cangkul yang biasa dibawanya, dia juga membawa parang besar, ganco, juga kapak.

Cosmo:Rumah Masa Kecil : Update Bagian 13: Jalan PendewasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang