Begin VIII

196 29 8
                                    

"Aku dan siapa tadi?. Krystal?. Dear dengarkan aku. Mas tidak pernah bertemu dengan orang lain. Mas tidak yakin orang suruhan mu itu melaporkan hal yang sebenarnya."

Yewon sebenarnya tidak ingin mengajukan pertanyaan seperti tadi. Rasanya seperti mengganjal dan sangat tidak nyaman jika ia tidak mengajukan pertanyaan yang mengganggu pikiran dan hatinya. Kini ketika mendengar jawaban dari suaminya, rasanya ia ingin tertawa saja. Mengapa pria di depannya ini harus terlihat seperti pencuri?. Ia menghirup udara sekitar dan melepaskannya secara perlahan. Udara disekitarnya terasa seperti menyesakkan hatinya. Yewon menatap mata tajam suaminya dengan tatapan hangat nya, berkata dengan intonasi seperti biasanya. Tidak ada intonasi tinggi dari mulutnya atau rasa kesal. Ia hanya mencoba berbicara baik-baik. Yewon hanya ingin Sehun jujur. Jujur dari sekarang akan lebih baik daripada suatu hari nanti, walaupun hal itu sangat menyakitinya. Kali ini, Yewon mampu membuat suasana sekitarnya menjadi tegang dan hampir tidak terkendali.

"Mas mau bilang jika dia berbohong?."

Yewon sangat tenang saat melanjutkan ucapannya, hari ini ia harus pastikan mendapat jawaban yang ingin dia dengar.

"Tidak ada yang tau bukan, Dear?."

Yewon masih berusaha menahan dirinya untuk tetap tenang dan tidak terbawa emosi sama sekali. Ia hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaan dari suaminya.

"Kau benar-benar mengira jika orang itu bodoh dan berbohong?."

"Hey Dear, Kau ini kenapa, ji?. Bukankah memang dia bodoh karena sudah berbohong padamu?."

Yewon melangkah mundur dari hadapan Sehun, sebanyak 3 langkah dan kali ini, Ia ingin mendapatkan jawaban yang ia inginkan bukan pertanyaan yang tidak berguna seperti tadi. Yewon menatap suaminya dengan ekspresi datar, sifatnya benar-benar berubah. Ia berubah dengan cepat dan berusaha mendominasi situasi saat ini. Akan tetapi, sifat nya masih berusaha tenang.

"Aku benar-benar tidak mengerti dengan mu, Mas. Sikap dan ucapan mu terlihat seperti kau membenarkan perkataan ku."

"A-apa?. Bisa kau ulangi Yewon?. Kau menuduh Mas melakukan hal menjijikan seperti itu?."

"Bahkan sekarang Mas berkata jika itu adalah hal yang menjijikan?. Sekarang, seseorang yang bodoh itu dia atau dirimu, Mas?."

Yewon tersenyum lebar dan hampir saja tertawa terbahak-bahak, ia mengenal Sehun sudah dari semasa menjadi pasangan kekasih hingga saat ini.

"Mas tidak ingin ada pertengkaran hari ini, Ji. Kita selesaikan ini besok."

Yewon tidak ingin menyelesaikannya besok. Ia harus menyelesaikan nya sekarang juga. Ia tidak mau terus-menerus tidak tenang seperti ini. Tidak ada wanita manapun yang hatinya akan tenang saat ternyata seseorang yang kau cintai bisa saja menduakan dirimu.

"Besok?. Mas selalu saja berkata besok, besok, besok tidak bisakah kita selesaikan ini sekarang juga?."

"Yewon, saya tidak suka ada orang yang membantah perkataan saya, termasuk kamu Yewon."

Yewon terkejut ucapan suaminya. Ia tidak menyangka Sehun mampu menggertak dirinya untuk tidak terus bertanya dan mengakhiri percakapan ini dengan cepat.

'aku sudah mengira jika ini akan terjadi, harus kah aku menggertak nya kembali?.'

Yewon tampak berpikir dengan pasti, sedangkan Sehun sudah mulai melangkah memasuki kamar tidur mereka. Sehun terlihat sangat lelah, terlebih ia terkejut mendengar pernyataan dari istrinya.

Cklek

Pintu kamar mereka terbuka dan Sehun berhenti di ambang pintu dengan tangan yang masih memegang kop pintu dan membelakangi sang istri. Sehun menghela nafas, ia menyadari tingkah dan perilakunya. Jika, dirinya sudah kelewatan. Ia berbalik badan tersenyum hangat dan mencoba mencairkan suasana rumah yang terlihat tegang seperti ini. Sehun merasakannya jika rasa sesak di dadanya akibat situasi semacam ini membuat nya muak sampai-sampai ia membuka kancing teratas baju kemejanya.

"Kita sudahi situasi seperti ini ya, Ji. Mas tau kita lagi sama-sama lelah jadinya seperti ini. Apa yang orang suruhan mu lihat itu ia tidak lebih dari orang bodoh, bisa saja ia salah lihat bukan?. Aku tidak pernah bertemu wanita siapapun di luar sana. Jadi, sebaiknya kita istirahat, Ji."

Yewon mendekati Sehun dengan perlahan, tidak lupa mengeluarkan kata-kata yang benar-benar tidak terlihat seperti seorang Yewon  William Zahra mampu berkata dengan kata-kata yang tidak terbantahkan.

Langkah pertama ia menyebutkan nama suaminya begitu tenang diiringi dengan senyuman hangatnya

" Mas Sehun."

Langkah kedua, mata nya terlihat mengintimidasi dengan langkah tenang serta senyuman manis dan hangatnya masih terpampang jelas di wajah nya.

"Saya harap kamu mendengarkan ini baik-baik."

Langkah ketiga tepat ujung kaki nya mengenai ujung kaki Sehun, tidak lupa ia berusaha menyamakan tinggi nya dengan tinggi sang suami. Ia membisikkan kata-kata yang membuat Sehun terkejut dan terdiam cukup lama. Yewon mulai membisikkan kalimat selanjutnya dengan tenang.

"Saya akan benar-benar membenci anda jika ucapan saya terbukti benar dan saya pastikan hidup kalian akan hancur."

Yewon kembali menatap wajah sang suami dan memandangnya dengan hangat. Ia tersenyum manis dan tidak lupa ia mengelus pipi sang suami dengan lembut.

"Semoga kau tidak akan menyesal ya dan selamat malam, Mas. Semoga mimpi mu indah. Aku akan tidur di kamar atas, jadi renungkan lah atas sikap mu itu."

Ekspresi wajah Sehun begitu datar tidak ada emosi sama sekali. Yewon menghentikan usapan lembut di pipi suaminya. Ia berbalik dan melangkah untuk tidur di kamar atas. Saat ini, ia ingin sendiri dan membutuhkan ketenangan. Ia tidak bisa bersama dengan Sehun untuk sekarang. Sehun memperhatikan Yewon mulai dari ia berbalik hingga mulai menaiki anak tangga satu persatu.

Drap!

Drap!

Drap!

Suara langkah Yewon mulai menipis yang berarti ia sudah mulai masuk ke dalam kamar nya. Sedangkan Sehun masih terdiam. Rahangnya terlihat mengeras, bahkan urat-urat nadinya terlihat di tangan kekarnya. Ia menggenggam kop pintu dengan erat dan mungkin hampir bisa patah saking kencangnya ia menggenggam kop pintu tersebut. Ia sedang menahan emosi yang membuncah di hatinya. Yewon dengan beraninya mengibarkan bendera perang di antara mereka. Sehun tersenyum tipis dan tertawa kecil.

'Bisa-bisanya kamu menggertak saya yewon.'

Ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamar dan mulai menjernihkan pikirannya.

































'Kamu sudah melangkah terlalu jauh, hingga saat ini yang harus saya lakukan adalah membuat mu terdiam sejenak sampai saya bisa sejajar dengan mu kembali.' -------- Yewon William Zahra


































Hai readers. Apakabar kalian?. Semoga sehat selalu yaa. Terimakasih sudah memberikan dukungan berupa vote disetiap chapter nyaa. Semoga kalian tetap jadi pembaca setiap ku yaa~. Gimana chapter kali ini?. Adakah kritikan dan saran?. Jika, ada kritikan silahkan tapi usahakan yang membangun yaa agar ke depannya menjadi lebih baik. Silahkan tinggalkan jejak vote atau komen. Biar aku tambah semangat yaa readers .


I love you 3000, readers. 😘














Hurt || The First StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang