PART ONE

53 7 0
                                    

Selama masih berkata ‘aku udah ikhlas kok’ selama itu juga kamu belum benar-benar mengikhlaskannya

Seperti biasa seorang Edsont junior tengah berada dihalaman rumahnya dengan sebuah majalah dewasa dan secangkir susu cokelat hangat. Maret ia biasa dipanggil. Aneh bukan?, tapi itu adalah nama panggilan yang diberikan oleh mendiang sang Oma yang meninggal sejak ia berusia delapan tahun.

Maret terkikik saat ia melihat seorang model dimajalah dewasa yang ia pegang karena pose sang model yang menurutnya bukan menggoda iman namun nampak lucu untukknya. Terkadang ia bingung. Mengapa mereka harus berpose seperti itu. Apakah tak ada gaya lain?.

Mungkin kalian berpikir bahwa Maret adalah otak cabul atau mesum. Sebenarnya tidak. Ia membaca dan melihat majalah dewasa untuk sebagai hiburan. Karena menurutnya semua model yang ada pada majalah itu lucu dan ‘sedikit idiot . Ia tau bahwa hidup itu keras, namun apakah harus mereka berpakain. Ah, bahkan apakah itu pantas dikatakan sebagai pakaian sedangkan yang lebih nampak adalah hanya pakaian dalam saja.

Ia kadang merasa miris akan pekerjaan para model majalah dewasa. Dan lebih menyedihkannya adalah ayahnya seorang pengusaha dibidang Entertaiment dan ayahnya sering juga mencetak majalah-majalah dari yang untuk Kids sampai Adult. Dan itu membuatnya harus putar otak agar ia tak menjadi penerus perusahaan ayahnya. Bahkan saat ini ia sedang menempuh pendidikan kelas Business and Menegement. kelas itu adalah kelas tambahan untuk dirinya yang sengaja diadakan oleh ayahnya dan dilakukan selama tiga kali dalam seminggu. Padahal ia juga kuliah dengan jurusan yang sama.

“ Maret. Ayo kelas mu akan dimulai dalam lima belas menit lagi.” Pria paruh baya dengan rambut yang hampir seluruhnya telah memutih itu keluar dari sebuah ruangan dengan daun pintu berwarna coklat kayu.
Maret yang merasa ia dipanggil pun hanya menghela nafas berat sebelum ia menengok kesumber suara.

” Iya paman. Aku akan datang lima belas menit lagi.” Pria paruh baya itu membalas dengan senyuman hangatnya.

Pria paruh baya mengahampirinya dan menaruh tangannya pada pundak Maret. “ Hahaha. Mau sampai kapan Edsont junior membaca dan melihat majalah dewasa yang diterbitkan oleh perusahaan ayahnya sendiri,hm?.” Lelaki itu terkekeh dengan garis keriput yang ada dimana-mana.

“ Paman Sam. Aku pun tak tau kapan akan berehenti. Aku membenci jika harus menjadi penerus perusahaan yang menjijikan itu. Bahkan para pegawainya pun berpakaian yang kurang bahan.”

Paman Sam menatap Maret dengan tatapan iba. Ia tau bahwa beban yang Maret pegang sangat berat dan Maret menolak jika ia harus menanggung itu.

“ Yasudah. Sekarang Maret hanya perlu mengikuti alur cerita yang telah Tuhan ciptakan ya. Ingat, Maret harus seperti air yang terus mengalir walau ia tak tau akan bermuara dimana.” Setelah mengucapkan kalimat itu paman Sam pun pergi maninggalkan Maret.

                                     oOo

kelas tambahan bagi Maret telah usai sejak tiga puluh menit yang lalu. Kini Maret tengah menatap langit-langit kamarnya yang ia dekor menyerupai langit pada malam hari yang penuh dengan bintang. Sengaja ia dekor demikian agar ia merasa tenang seperti langit pada malam hari yang tenang dengan kemerlap cahaya bintang dan bulan.

Maret bukanlah anak tunggal. Ia memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Merlione Edsont. Atau yang biasa dipanggil Lione. Lione dengan Maret berbeda lima tahun. Saat ini Lione tengah berada di Sanghai mengikuti sang suami yang kebetulan adalah Warga Negara China.

Hampir saja lupa, Maret mempunyai dua keponakan dari sang kakak yang sama sekali tak ada miripnya dengan Lione. Cassandra Chen dan Zenora Chen. Cassie berusia tiga tahun dan Nora berusia delapan bulan.

Terkadang Maret berfikir akan menyuruh Lione untuk tinggal bersamanya agar ia tak kesepian. Lione dan keluarganya akan berkunjung ke Indonesia tiga bulan sekali itu pun dengan jangka waktu yang sangat cepat disini.

Maret merasa kesepian dan kosong semenjak mendiang ibunya pergi meniggalkannya untuk selamanya. Sang ibu meninggal saat usia nya berusia lima belas tahun.

Tok tok tok.

“ masuk. ” Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari langit kamarnya.

Uncle Ret. Essie And Zenola comeback. ” ucap seorang gadis dengan rambut yang dikuncir dua dan langsung menaiki ranjang Maret. Maret yang mengenal suara cempreng itu pun sontak terkejut akan kehadiran gadis itu.

Gadis itu langsung menghujami Maret dengan kecupan-kecupan dipipinya. Maret hanya terkekeh melihat tingkah laku sang keponakan yang menurutnya sangat mengemaskan.

“ Hahaha, Cassie stop it. Uncle Ret merasa geli Cassie.”

Uncle, Ola sudah bisa memanggil ‘Ma’.” Cassie mengucapkan kalimatnya dengan sangat gembira. ‘Ma’ dalam bahasa China yang artinya adalah ‘Ibu’.

“ Wah, hebatnya adik Cassie. Pasti Cassie ya yang mengajari adik Ola.” Ucap Maret sembari mencium pipi Cassie yang gembil.

Saat mereka asik dengan candaan dan tawa. Di ambang pintu kamar Maret terlihat seorang wanita dengan seorang bayi digendongannya dan ia kini tengah bersandar pada daun pintu memperhatikan mereka dengan sebuah senyuman yang mengembang.

“ Maret, ayo turun ada mas lee cheu dibawah. Temenin dulu mas mu, Mbak mau nidurin Ola dulu.” Setelah mengucapkan itu Lione pergi berlalu. Ya, wanita yang memperhatikan Maret dan Cassie adalah Lione.

“ Ayo Cass, ntar papa nya Cassie nungguin kita jadi batu lagi, karena kelamaan kita turunnya.”

Hai...

DiMulmed itu visualnya Maret yaaa

Makasih buat yang udah mau baca cerita gaje ini,wkwk

Jangan lupa vote and komen yaw, karena itu semangat author buat cerita ini😊

Salam acyeem

Author gaje

Kisah dipenghujung MaretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang