Mendung membawa hujan
Kau datang membawa tawa
Hujan pergi meninggalkan genangan
Kau pergi meninggalkan kenangan.
Gia menatap kosong kearah lapangan out door yang dimiliki oleh sekolahnya. Pandangannya lurus kearah para siswa-siswi yang tengah mendapati jam pelajaran olahraga." Iyaaaa, Gianella Fatwa Rianika apa kamu mengerti apa yang saya sampaikan?." Suara rendah itu menyapa pendengaran Gia dan sontak saja Gia menatap kearah depan yang telah berdiri seorang wanita paruh baya dengan jilbab lilit, lipstick berwarna merah menyala serta kaca mata yang bertengger manis di hidung mungilnya itu menatap tajam kearah Gia.
Gia yang gugup langsung gelagapan. " I- iya bu? " Dengan takut-takut Gia memberanikan diri untuk bertanya.
" Apakah diluar sana jauh lebih indah Gianella?," Ucap Bu Indah. Bu Indah adalah salah satu jejeran guru yang ditakutin di SMA
" A-Anu bu ituuu, apa yaa bu? Oh, itu bu mang ucup ikut maen basket padahal kan dia gak bisa bu. Bisanya mau bola bekel." Sontak saja semua penghuni kelas tertawa akibat ucapang ngawur Gia.
" KELUAR GIA DARI KELAS!, DAN BERBEDIRI DI TENGAH LAPANGAN SEKARANG JUGA!," Ucap bu Indah dengan kedua mata yang melotot.
" Gak mau sekalian hormat bendera bu?." Celetuk Gilang. Teman sekelas Gia yanh terkenal akan lelucon dan kejahilannya. Ucapan Gilang tadi sontak membut Gia melototkan matanya ke arah Gilang. Yang dipelototin hanya nyengir tanpa dosa.
" SEKALIAN HORMAT BENDERA SAMPAI JAM ISTIRAHAT NANTI." Mau-mau tak mau Gia pun pergi menuju tempat yang disebutka oleh bu Indah.
oOo
Panas terik matahari mampu membuat semua orang mengucurkan keringatnya, daun daun menjadi kering akibat kepanasan. Begitu pula dengan gadis yang masih setia ditengah lapangan sembari memberi hormat kepada bendera merah-putih
Laki-laki itu menyipitkan matany guna menajamkan penglihatannya.
'Nika? Ngapain dia disana?' gumam Maret.
Dengan langkah mantapnya Maret berjalan menuju dimana Gia berada.
" Nik, ngapain? Yhaaaaa dihukum ya lo," Ucap Maret dengan tawa meledeknya, Gia yang diberi ejekan seperti hanya menatap sinis.
" Ngapain lo kak kesini?."
" Lah? Suka suka gue dong. Gue kan alumni sini trus gue yang punya sekolah ini," Ucap Maret dengan gaya sombongnya.
" Dih. Sok banget sih, ngaku ngaku yang punya ini sekolah lagi."
" GIANELLA SEDANG APA KAMU?! SAYA MENYURUH KAMU UNTUK HORMAT BENDERA BUKAN NGOBROL!," Teriak bu Indah dengan murka.
" Aduh bu Indah jangan kasih marah marah buat adik saya yaaa bu." Maret menyalami bu Indah.
" Gianella ini adik kamu? Pantes kelakuannya mirip." Setelah itu Bu Indah pergi meninggalkan Maret dan Gia sendirian.
Secara tiba-tiba tangan Maret sudah menarik tangan Gia. Gia yang terkejut langsung mengikuti langkah Maret.
" Eh?." Gia menatap pergelangan tangannya yang ditarik oleh Maret. Tanpa disadari oleh Gia, kedua sudut bibir Gia terangkat.
" Lo capekkan? Jadi mending kekantin aja beli minum sekalian ngadem."
" Hukuman gue belum selesai kak."
" Udah tenang aja, soal hukuman lo entar gue yang urus. Eh, btw. Elo sekarang pake gue-elo kagak saya- kamu an lagi."
" Yaaa itu tadi gerak refleks aja."
" Gue lebih seneng lo pake bahas gue- elo. Jangan dirubah yaaa Nik."
Setelah keduanya sampai dikantin, dengan segera Maret memesankan minum untuk Gia yang telah kehilangan sebagian tenaganya.
" Ini es Dawet sama es susu cokelatnya Den Maret," Ucap pak Uus sembari meletakkan minuman yang ia sebutkan tadi.
" Makasih ya pak."
" Den Maret apa kabarnya Den?."
" Baik baik aja pak."
" Ini non Gia kok bisa sama den Maret? Opo jangan-jangan non Gia ini pacare den Maret?."
" yohh mboten no pak. Niki mau lho ketemu neng dhalan yowes tak ajak ae de'e mamper neng kene," ucap Maret mengikuti gaya bahasa yang digunakan oleh pak Dhimin.
" Oh Bapak kira pacarnya Den." Pak Dhimin terkikik dengan ucapannya sendiri. Gia dan Maret? Mereka berdua hanya menggelengkan kepalanya saja.
" Jadi, Lo beneran pemilik sekolah ini?," Gia bertanya dengan berhati-hati, atau lebih tepatnya ragu.
Alis Maret terangkat " Iyaa, lebih tepatnya bokap yang punya. Kenapa?." Maret menatap Gia sangat dalam.
Gia yang di tatap seperti itu lantas salah tingkah. " Hah?, oh nggak. Cuman tanya doang sih." Gia melihat jam tangannya yang kini telah menunjukkan pukul 10.30.
' Waktunya anak-anak istirahat nih, bisa mampus kalo Sarah sama Dennis liat' pekiknya dalam hati.
" kek nya gue mesti balik deh, ada tugas yang belum selesai." Belum sempat Gia melangkah sebuah suara yang tak asing di telinga Gia itu menyapa pendengarn Gia dan membuat Gia berhenti.
" GIAAAAAAAAA, Wah parah lo," Teriak Sarah heboh. " WAHHHH, Hmmpth hmpttt." Dennis membekap mulut Sarah.
" Berisik lo tai kuda," Ucap Dennis setelah melepaskan bekapannya kepada Sarah.
Sarah mendelik kearah Dennis." Lo jahat Den." setelah itu, " Kenalin gue Sarah dan yang disebelah gue itu upik abunya gue namanya Dennis." Sarah mengulurkan tangannya yang disambut oleh Maret.
" Maret." hanya berupa senyum kecil.
MAAPKEUN KE TYPOANNYA.
AYO COMMENT AND DON'T FORGET TO CLICK THE STAR YAWWW
MAACIW,MUACHHH😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah dipenghujung Maret
Teen FictionKisah yang menceritakan tentang aku dan dia. Tentang apa yang menjadikan kita terpisah. Tentang jarak yang selalu menjadi momok untuk kita. Kamu dan Aku tercipta hanya untuk saling mengenal bukan untuk saling melengkapi.