' Setidaknya aku tau bahwa setiap yang terjadi pasti memiliki sebuah makna di baliknya, Aku hanya perlu mencoba untuk ikhlas saja '
Setelah acara melow-memelow dibawah naungan pohon besar, Gia dan Maret berada pada zona canggung atau lebih tepatnya hanya Gia saja. Pasalnya Gia terbangun dalam keadaan sedang berada dalam Dekapan Maret yang ikut tertidur dibawah rindangan pohon.
" hmmm, kak?." Gia mencoba untuk mencairkan suasana dengan memanggil Maret. Maret yang sedang asik memainkan game online di ponselnya hanya menatap Gia sebentar lalu kembali pada layar ponselnya.
" Gu- gu--." belum sempat Gia menyelesaikan ucapannya Maret sudah terlebih dahulu menginterupsi
" Lo kalo habis nangis jadi gagu ya." Maret menatap Gia dengan tatapan yang tajam bak sebuah pedang yang siap menghunus siapa saja.
Keberanian Gia menghilang entah kemana setelah menerima tatapan yang tajam dari Maret. " Gue mau bilang Makasih buat elo yang tadi udah nenangin gue," Ucap Gia dengan tulus.
" Hahahaha, sumpah muka takut lo lucu abis. Parah sih yaaa, hahhaahaha," Maret tertawa setelah melihat wajah takut dari Gia.
" ihhh, gak asik lo." Gia memukul lengan Maret dengan keras hingga membuat Maret mengaduh kesakitan.
" Aduh, sakit pe'a." Karena Maret gemas sendiri dengan sikap Gia dan jadilah Maret mengapit leher Gia disela ketiak dan lengannya
" Aw aw aw." Gia terus mengaduh kesakitan tapi, Maret hanya menganggap angin lalu sembari terus mengapit leher Gia dan terus menjitak kepala Gia.
Oke oke biar jelas mereka ada dimana, jadi mereka berada disebuah Cafe yang tak jauh dari sekolah Gia. Jangan tanya Gia membolos atau tidak, karena jawabannya adalah Gia tengah membolos atas paksaan Maret. Sebenarnya Gia tak ingin membolos namun, Maret menghasut Gia agar tak usah masuk kelas lagi.
"Gi ayo ikut gue gak usah masuk kelas lagi," ucap maret sesaat Gia hendak pergi menuju kelasnya.
" ihhh, nggak deh kayak nya. Soalnya ini pelajarannya bu Mute, garang abisss dia mah." Gia bergidik ngeri saat membayangkan wajah Bu Mute yang seakan siap menelannya hidup-hidup karena Ia telat masuk kelas.
" Udah deh Gi, gak usah takut ada gue kok. Ayok ahh." Maret menarik pergelangan tangan Gia dan berakhir di sebuah Cafe.
" Kak gue laper masa." Gia memasang wajah melasnya kepada Maret.
" Yaelah Gi inikan cafe yang pasti buat makan sama nongki-nongki. Kalo laper mah tinggal pesen sonoh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah dipenghujung Maret
Teen FictionKisah yang menceritakan tentang aku dan dia. Tentang apa yang menjadikan kita terpisah. Tentang jarak yang selalu menjadi momok untuk kita. Kamu dan Aku tercipta hanya untuk saling mengenal bukan untuk saling melengkapi.