Keterdiamannya

28 2 1
                                    

Setelah kejadian dimana Gia dan Kia bertengkar. Kini, Maret menjadi sering bertemu dengan Gia. Yah, Walaupun itu memang sengaja atas kemauan Maret yang tukang 'Modus'. Tapi, setidaknya ada kemajuan untuk Gia tersenyum

" Hey " Panggil Maret yang sontak membuat Gia tersenyum dan berbalik menatap Maret dibelakang.

" Tayo " Mendadak senyum Gia pudar dan menatap Maret dengan datar. Jangan tanya bagaimana ekspresi Maret. Ia sedang tertawa terbahak bahak.

" Sumpah lo ngeselin kak, gak usah ketawa mulut lo lebar bau naga." Gia meninggalkan Maret yang masih tertawa. Sadar akan dirinya ditinggal, Maret langsung mengejar Gia dan menggandeng tangannya.

" Jangan cemberut ah jelek tau ga."

" Apaansih lo Kak."

" Ciee sok cuek ciee. Kan elo kagak bisa cuek Nik." mendengar itu justru membuat Gia semakin cemberut.

" Tau ah. Sebel gue sama elo kak."

" Iye iye, udah ah gak usah cemberut gitu. Bibir lo minta gue cium yah." Sontak mata Gia membulat sempurna dan berlalu meninggalkan Maret

Kali ini Gia benar-benar marah. Ia tau bahwa Maret hanya bercanda saja. Namun, itu untuk Gia adalah yang sangat sensitif. Mungkin menurut sebagian orang itu hanya hal biasa atau bahlan menurut sebagian orang Gia itu lebay. Namun, apakah kalian berfikir jika itu termasuk pelecehan melalui lisan?. Lagi pula semua orang itu kan berbeda persepsi bukan, tentang sesuatu?.

oOo

" JUBAEDAH, PINJEM PENGAPUS ELAH."

" Apaansih Nis, berisik tau gak? Pengapus juga ujung ujungnya cuman lo potong-potong trus lo lempar-lempar buat ngejailin anak anak," Gia berbicara dengan ekspresi wajah yang datar. Dennis? Ia hanya tersenyum kikuk sembari menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal itu.

Karena emang kenyataannya penghapus itu akan dipotong-potong dan dilempar untuk menjailin teman-temannya. Hanya kereatifitas anak sekolahan yang alami tanpa melalui penyaringan. Pasti kalian dulu waktu sekolah juga seperti itu untuk menjailin teman kalian kan?.

" Iye deh Gi gak lagi mainin pengapus. " dan ya, memang dennis tak bermain pengapus lagi namun saat ini ia tengah melakukan hal yang lebih gila lagi. Yakni, melempar pulpen,pensil dan Stip X melalui ventilasi jendela yang terdapat pada kelas mereka dan Alhasil para pemilik segala barang itu berteriak-teriak karena kelakuan Dennis yang diluar nalar.

" Nis berhenti elah, elo tuh dari tadi gangguin anak anak kelas. Sekarang gue mau tanya, elo udah ngerjain tugasnya bu Mute emang? Udah belom? Jangan ujung ujungnya ntar lo nyontek gue yang berakhir buku gue gak lo kumpulin."

" Aw aw. Sakit Gi, ga kira-kira lo kalo jewer telinga gue." ringis Dennis sembari mengusap telinganya

" Kerjain sekarang itu tugas atau nggak gue kasih contekan lagi lo," Ancam Gia. Setelah mengatakan itu Gia pun kembali kemejanya dan melanjutkan tugasnya. Mau tak mau Dennis pun duduk mengambil bukunya lalu mengerjakan tugas bersama dengan Gia.

Hening. Satu kata yang menggambarkan suasana antara Dennis dan Gia. Bukan karena mereka tengah bertengkar, bukan. Hanya saja Gia tak ingin mengajak Maret berbicara karena ia ingin Dennis mengerjakan tugasnya dengan baik. Anak itu jika diajak berbicara sedikit saja, sudah bisa dipastikan ia akan lupa tugasnya dan akan bercerita panjang lebar. Itulah Dennis.

" Gi. "

" Hmm. "

" Lo sama kak Maret makin deket ya keliatannya?." secara mendadak Gia menghentikan kegiatan menulisnya dan mengangkat alisnya sebelah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah dipenghujung MaretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang