PART FOUR

21 4 2
                                    

Bebas ku terenggut, dihari pertama ku telah terpikat. Tidak masalah, aku menikmati terkurung oleh mu.


Sudah seminggu berlalu. Kini Gia lebih terlihat lebih ‘hidup’ dari sebelumnya.

Bahkan saat ini Gia tengah bersiap-siap menuju sekolahnya. Dengan rok pendek kotak-kotak berwarna pink dan abu-abu serta baju seragam putihnya yang senada dengan warna roknya.

Gadis itu terus menatap penampilan dirinya dari atas hingga kebawah. Merasa sudah pas, Gia pun keluar dari kamarnya dengan sebuah tas bergambar Rilakkuma menuju meja makan untuk sarapan.

Sampai didekat meja makan. Gia menatap dengan tatapan yang sulit diartikan hingga akhirnya Gia menarik salah satu kursi yang ada dimeja makan itu dan memakan sarapannya dalam diam ditelan keheningan.

Gia menatap gerbang sekolahnya dalam diam. Sekolah yang ia tinggalkan hampir selama seminggu ini.

" GIIIII!! " teriaknya laki-laki bertubuh jangkung itu dan langsung menghambur kedalam pelukan Gia.

" Nis, Nis lepas kali ah. Engap ini lo meluk gue kekencangan tai." Gia berusaha melepaskan pelukan Dennis.

Dennis Wicaksono. Sahabat dari Gia sejak mereka berusia tujuh tahun. Sudah sembilan tahun lamanya mereka bersahabat. Mereka membuktikan bahwa pertemanan antara laki-laki dan wanita itu ada bukan hanya sekedar bualan saja.

" Gila lo Gi kagak masuk selama seminggu. Lo ngerem apa di rumah hah?." tanya Dennis dengan menggebu-gebu.

" Bukan ngerem sih dirumah tapi gue betelor biar gue punya temen dirumah." raut wajah Gia berubah sendu saat mengucapkan kalimat itu.

" Eh, Gi bukan gitu maksud gue. Niatnya mau hibur lo malah jadi buat lo sedih gini." Dennis yang awalnya ceria kini berubah menjadi raut yang tak enak. Pasalnya ia tau bahwa kalimatnya tadi membuat Gia merasa sedih kembali.

" Santai kali Dann, udah yok, kita ke kelas. Bentar lagi jam nya Bu Lastri kan?." Gia berjalan mendahului Dennis yang masih merasa tak enak denagn dirinya.

" Dennis! Ayo, lo mau dihukum buat bersihin taman belakang yang deket toilet trus baunya nauzubillah itu?,hah?!" Dennis berlari mengejar Gia.

XI IPA 3.

Kelas yang ia tinggalkan selama seminggu ini. Ia melihat bangku dan meja yang biasa ia tempati. Banyak sticky note berwarna-warni dengan berbagai macam ucapan untuk menyemangati dirinya.

'Gia Fightinggggggg'

Gia Xoxo

Gia lop yu Muachh :*

Gia keep strong yewww.

Dan banyak lagi ucapan yabg tertulis. Gia mengambil satu persatu sticky note yang ada pada mejanya dan menyimpannya dalam sebuah kotak yang selalu ia bawa dan berisi berbagai macam surat.

" Thank's guys " senyuman yang dirindukan teman-temannya kini muncul lagi diwajahnya. Teman-temannya langsung mengahambur kedalam pelukan Gia. Gia yang terkejut sedikit terhuyung. Untung saja, masih bisa berpegangan pada meja.

" Hahaha, gue gak papa gaes. Udah ah ntar kalo ketauan bu Lastri kita dihukum semua lho."

" Biarin aja yang penting tetep bareng elo Gi."

" Gue gak bakal kemana mana Novia."

" Tetep aja kita khawatir tau Gi."

" Iye deh makasih lho yaa udah mau khawatirin gue. Terutama buat Novia sama Dennis."

Setelah acara termewek-mewek mereka mendapatkan kabar bahwa guru akan rapat pada pagi hari ini yang disambut dengan suka cita.

Seorang pria dengan almamater  salah satu Universitas yang ada di Jakarta. Gia tertegun saat matanya bertemu dengan pemilik mata teduh. Hingga akhirnya Gia lebih dulu memutuskan kontak mata itu.

Sang pemilik mata teduh itu pun sama. Sama sama tertegun dan terkejut.

'Ah, jadi dia bersekolah disini. Bahkan diluar dugaan, gue pikir dia adik tingkat gue.' batinnya.

Hai haiiiii ketemu lagi bareng author gaje ini.

Voment yawwww.

Lop yu ol😻😻

Kisah dipenghujung MaretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang