13. 1 : Menandai

476 21 0
                                    

Happy reading
Part 13

Karena cinta ini semakin kuat
Maka aku tak ingin menunggu lebih lama
Aku hanya ingin katakan pada dunia bahwa kau adalah milikku.
-One-D-
(they don't know about us)

Author pov...

Suasana apartemen Moza terlihat hidup saat Moza memutar musik didapur sambil menyiapkan sarapan, dimeja duduk Maizo yang tengah membaca koran ditemani secangkir kopi, keduanya terlihat seperti sepasang suami istri. Memikirkannya saja membuat Moza senyam-senyum sendiri.

"apa yang membuatmu cengengesan seperti itu?" Pertanyaan santai Maizo membuat senyum diwajah Moza hilang, gadis itu memajukan bibirnya kesal apalagi saat Maizo melipat koran dan menoleh padanya dan tersenyum menyebalkan dimata Moza.

"suamimu lapar istriku, cepatlah" kata Maizo membuat Moza memerah dan bibirnya tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Maizo berdiri dan mendekat, melirik apa yang tengah Moza masak. "apa kau sudah memikirkannya?" pertanyaan itu membuat jantung Moza berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

"aku ingin menikah denganmu Maizo" Moza telah menyelesaikan masakannya dan berbalik menghadap Maizo yang berda dibelakangnya, pria itu memandanginya dengan pandangan intens, mata biru apinya berkilat. "namun aku harus sekolah, kau tau.. "

"aku tau" sela Maizo lalu mendekat dan mengurung Moza, menempatkan dua tangannya disisi kiri dan kanan tubuh Moza yang tampak kaku "aku hanya tidak ingin seseorang mengambilmu dariku. Aku terlalu takut jadi kita..."

Ting.. tong...

Bunyi bel menghentikan kata-kata Maizo membuat mata pria itu menggelap melirik kearah pintu. Ia mengeram kesal lalu menjauhkan diri dari Moza yang segera menuju pintu, lari dari kungkungan Maizo yang membuat jantungnya berpacu cepat.

Membuka pintu Moza dikejutkan sosok bermantel besar dengan mata biru keunguan yang memandangnya disertai cengiran tak berdosa. Moza tersenyum lalu mempersilahkan Louise masuk namun tangan kuat memegang bahu Louise menghentikan langkah pemuda itu masuk.

Dua tatapan bingung mengarah pada sosok Maizo yang menjulang disamping Moza dengan pakaian hitam, "siapa yang menyuruhmu kemari?" pertanyaan itu bernada dingin menusuk. Moza terkejut namun Louise hanya tersenyum polos.

"Maizo" Moza berbisik lirih, ia tak menyangka akan sikap Maizo terhadap sang adik akan separah itu.

"pergi, aku tidak menginginkan kemunculanmu disini" Maizo mengabaikan panggilan lirih Moza dan terus menatap Louise.

"biarkan aku masuk, kau tau betapa dinginnya diluar?. Moza katakan padanya biarkan aku masuk" pinta Louise, pemuda itu tau bahwa Maizo tak akan menolak permintaan Moza.

Moza menatap Maizo dan hendak berucap saat telapak tangan hangat Maizo membekap mulutnya, menariknya hingga tubuh kecil Moza menempel ditubuh hangat Maizo. Maizo mendorong Louise dan menutup pintu lalu menguncinya. Membiarkan anak muda itu berdiri didepan pintu dengan wajah tak percaya.

Moza terdiam melihat sikap Maizo, ternyata pria itu tidak main-main saat marah pada Louise. Melirik langkah Maizo yang menjauh Moza mengikutinya "kenapa kau melakukan hal itu? Dia adikmu, jauh-jauh kemari dan diluar dingin" kata Moza mengekori langkah cepat Maizo.

Maizo berbalik cepat hingga tubuh kecil Moza menabraknya, gadis itu mendongkak sambil mengelus jidatnya, pipi gadis itu memerah membuat Maizo menunduk hanya untuk melihat semu dipipi Moza. "aku tidak ingin ada penganggu" kata Maizo menangkup pipi dingin Moza.

Moza terdiam lalu menutup matanya saat merasakan hangatnya tangan Maizo yang menenangkan dipipinya, namun benda kenyal dan kuat menekan bibir Moza membuat gadis itu terbelalak keget hendak memberontak namun satu tangan Maizo telah melingkar dipinggangnya, menahan gerakannya untuk menghindar. Moza terlalu terkejut dengan perlakuan Maizo padanya.

She Is My Mate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang