20: Kembang Api

93 10 0
                                        

Happy reading guys
Part 20

-Cinta-

Layaknya kembang api, memancarkan cahaya berbagai warna, suara letusannya layaknya degupan hati. Indah, namun secapat ia bercahaya, secepat itupula meredup, hilang dan menyisahkan kenangan indahnya.

"Kau baik-baik saja?" pertanyaan Rose mengejutkan Moza. Sedari tadi Moza hanya diam, keadaannya tanpa semangat kali ini, ia terlihat lesu. "Kau pucat" Rose menyentuh bibir pucat Moza dengan pandangan khawatir, wanita itu mulai memperhatikan setiap detail keadaan Moza.

Moza menggeleng lalu tersenyum memberitahukan pada Rose bahwa dirinya baik-baik saja. Deringan ponsel Moza mengetkan keduanya. Juel menghubunginya setengah kesal, pria itu meminta Moza menemuinya segera membicarakan pasien kecelakaan yang berada dalam keadaan trauma dan membutuhkan Moza.

"Aku harus pergi, Dr. Juel membutuhkanku" ucap Moza buru-buru berdiri dan berlari kembali kedalam rumah sakit. Dalam langkahnya matanya tanpa sengaja melihat sosok berambut pirang dengan pakaian kasual melangkah menjauh.

Louise!!....

Kaki Moza beralih mengejar sosok yang ditelan manusia diloby rumah sakit, setengah panic gadis itu berjalan sesekali menatap sekitar dengan penuh harap. Berharap menemukan pria itu. Namun sosok Louise telah menghilang entah kemana. Ugh!!... Moza meraba kepalanya, rasa sakit kembali menyerangnya dan kali ini rasa sakit itu membesar hingga membuat Moza tak tahan dan meringis.

"Moza!!" pandangan Moza buram saat tatapannya menangkap sosok berjubah putih berlari kecil kearahnya, sosok tinggi itu sepuluh langkah darinya, Moza tak tahan dengan rasa sakit dikepalanya membuat ia membungkuk memegang kepalanya dan setelahnya kegelapan memenuhi penglihatan Moza.

Sosok muda berdiri diam saat melihat kerumunan mengelilingi sosok berjas putih yang pingsan ditengah loby, sosok pria tampan dengan panic berusaha menyandarkan Moza, gadis yang pingsan itu. Beberapa dokter juga mendekat. Louise yang sedari tadi bersembunyi setelah menyadari Moza mengikutinya menatap kejadian itu dengan khawatir, ia ingin menyelamatkan Moza namun takut jika orang-orang yang memata-matainya melihat dan menyadari ada hubungan antara ia dan Moza.

Louise meraih ponselnya dan mengirimkan pesan singkat pada juel lalu menghapus pesannya kembali lalu berbalik pergi tanpa melirik kebelakang.

Juel dengan nafas terengah-engah memasuki ruangan setelah berlari dari gedung satu kegedung lainnya setelah mendengar mengenai keadaan Moza. Menghela nafas Juel mendekat lalu melirik Williem yang berdiri menatap Moza yang masih terbaring tak sadarkan diri. "Keadaan?"

Williem terkejut mendengar suara Juel dan dengan cepat ia memaparkan keadaan Moza. Saat ini Moza dalam keadaan yang memprihatinkan. Gadis itu mengalami insomnia, pola makan yang berantakan, dan fisik lemah. "Bius dia dan biarkan dia tidur dua hari" Juel hanya mengatakan hal itu dan berbalik pergi dengan wajah datar aura dingin menguar dari tubuhnya membuat dokter yang hendak menyapa bungkam tak berani.

(

Dua hari berlalu dengan cepat, dua hari itupula Rose dan Williem selalu datang melihat perkembangan Moza, kulit seputih kertas Moza kini berangsur kembali dengan warna aslinya. Wajah lesu akibat kurang tidur dari Moza kini mulai bercahaya dengan warna hidup. Williem yang sedang menatap Moza yang sedang terbaring itu hanya bisa mendesah. "Kau pasti menderita dibawah kepemimpinan dokter menakutkan itu hingga kau mengalami insomnia" gumamnya kasihan dan sebuah tamparan dibelakang kepalanya membuat Williem meringis dan menoleh cepat menatap kesal Rose.

"Aku berdoa semoga kau baik-baik saja jika yang mendengar ucapanmu itu adalah Prof. Juel, selama dua hari ini tempramen dokter itu menakutkan, aku harus menjauh sejauh sepuluh meter darinya jika bertemu. Dia mengeluarkan aura mengerikan" ucap Rose lalu menarik kursi dan duduk disamping Wiliem. Keduanya terlalu asik berbincang sampai mengabaikan Moza yang baru saja terbangun.

She Is My Mate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang