Sebrang Jalan

31 1 0
                                    

Hujan telah menghentikan serangannya ke bumi. Sedikit demi sedikit airnya meluruh ke dalam resapan tanah. Laki-laki yang oleh Nandira diberi nama Zafrain itupun menjulurkan tangannya keluar dari lindungan atap halte. Tangan yang hangat itu tetap hangat hingga ia memutuskan untuk melangkah ke arah utara.

"MBAAAAAAA BEEEEEEE!" teriak Nandira

"Iyah Kak Nandira ?"

"TAGIHAN NANDIRA TARUH MEJA YAH!"

Nandirapun mengangkat tubuh rampingnya itu dan melesat begitu cepat menyambar pintu cafe. Ia berlari ke arah utara mengejar Zafrain. Dari kejauhan kemeja putih yang dikenakan Zafrain nampak jelas melewati gang kecil sebelah Starbuck.

Demi dapat berkenalan dengan Zafrain, Nandira harus memanjat jembatan penyebrangan begitu cepatnya. Ia dengan gigih naik dan menuruni tangga dengan ritme tak beraturan. Napasnya terengah-engah dan keringat menetes pada musim yang begitu dingin.

Nandira segera menyelipkan tubuhnya di gang kecil sebelah Starbuck. Ia terus mengikuti Zafrain yang tidak terlihat lagi tubuhnya. Nandira hanya meruntut bau parfum Axe coklat yang menurutnya adalah bau Zafrain.

Langkahnya terhenti hingga perempatan jalan dan ia pun merundukkan tubuhnya. Bau parfum itu terpecah antara tiga jalan yang harus ia pilih. Kemana kira-kira Zafrain memilih jalan?

"Cepat sekali laki-laki itu perginya" gumam Nandira dalam hati

"BUUU BUUU PERMISI, APA IBU LIHAT LAKI-LAKI TAMPAN BERKEMEJA PUTIH LEWAT SINI?"

Ibu-ibu yang membawa tongkat itu hanya terdiam. Mata yang mengkerut itu mulai dikerjap-kerjapkan dan tangannya meraba tubuh Nandira. Kulitnya keriput dan badan merunduk seperti bunga yang telah layu. Mungkin ibu itu berusia kurang lebih 80tahun. Sialnya hanya dia yang berada di perempatan jalan itu.

"Boo...boo..boleh min...ta disabrangkan cu?"

"Boleh bu... Mari pegang tangan saya"

Pelan-pelan Nandira membawa ibu tua itu ke seberang jalan walaupun sebenarnya tidak ada satupun kendaraan melewati jalan.

"Terimkasih cu"

"Sama-sama Bu" Nandira mencium punggung tangan ibu itu. Tiba-tiba tercium bau parfum yang sedari tadi ia ikuti. Begitu menyengat di antara tangan ibu tua itu.

"Apa mungkin parfum yang kucium itu bukan parfum Zafrain?" Gumam Nandira sambil meninggalkan ibu tua itu.

Setelah beberapa langkah, ia membalikkan badannya seakan masih tidak percaya. Dari kejauhan Nandira melihat seorang wanita menuntun ibu tua itu menyebrang jalan tepat di tempat awal Nandira bertemu ibu tersebut.

"Sudah pikun ternyata" ujar Nandira sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian matanya terbelalak mengingat sesuatu.

"Jangan-jangan!"

Nandirapun berlari menuju perempatan jalan yang telah ia tinggalkan tadi. Di tengah perempatan ia membolak-balikkan badannya. Bau parfum itu masih tercium terpecah di antara empat jalan.

"Apa mungkin Zafrain telah empat kali membantu ibu tua itu menyebrang jalan?"

"ZAAAAAAFRAAAAAAAAAAAAAAAAIIIIN!"

RAINMEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang