Halo, cerita ini nggak ada hubungannya sama Ties Destiny.
Cerita ini hanya bentuk dari kegabutanku selama lock down dan kalau kalian suka baca aja, kalau ga suka tinggalkan. Terimakasih
💔💔💔
''Ampun, Om! Ampun...'' Nana mengaduh kesakitan saat pamannya, Anton kembali memukulinya hingga dia terjatuh di lantai.
Nana berusaha melundingi dirinya dengan kedua lengan kecilnya. Tapi apa daya, kekuatan seorang gadis remaja tidak akan mempu melawan tenaga pria dewasa.
''Dasar anak tidak berguna! Dua hari tidak pulang tapi duitnya cuma dapat segini?!''
Dengan kasar Anton melempar uang lima puluh ribu dalam bentuk ribuan kecil di tangannya itu pada wajah Nana.
''Ngapain aja kamu?! Kalau terus-terusan begini lebih baik om jual saja kamu!''
''Jangan Om!'' Nana langsung meraih kaki Anton dan memegangnya erat. ''Nana janji bakal depat duit lebih banyak lagi.. tapi Nana mohon jangan jual Nana, Om..''
Nana tak kuasa membendung Air matanya.
Tak apa meski Om Anton memukul dan menendangnya seperti ini. Tak apa meski Om Anton menamparnya sampai pipinya memerah dan sudut bibirnya mengeluarkan darah, asalakan dirinya tidak di buang atau di jual, Nana tidak apa-apa. Jika hal itu sampai terjadi, Nana tidak tau sehancur apa lagi hidupnya.
Anton menepis tangan Nana dari kakinya. ''Malam ini kamu tidur di gudang! Om tidak mau tau. Pokonya besok kamu harus dapat lebih dari ini!'' Anton meninggalkan Nana yang terduduk lesu di tempatnya.
Sepeninggal Anton, Nana menekuk kedua lutut nya menyembunyikan wajahnya di sana. Napasnya masih tidak teratur. Sudut bibirnya agak lebam dan kepalanya terasa pening akabit tarikan tangan Anton pada rambut panjangnya.
Nana mengusap sudut matanya yang berair. Dengan tangan bergetar ia ngumpulkan uang hasil jerih payahnya di lantai yang berceceran. Uang yang begitu berharga bagi Nana tapi belum cukup bagi Anton.
Dua hari ia tidak pulang demi mengumpulkan uang ini. semua pekerjaan ia lakukan. Menjual koran, tukan cuci piring di rumah makan, bahkan menjadi tukang parkir di toko-toko kecil ia lakukan. Tapi semua pekerjaan itu tidak langsung membuahkan hasil. Harus ada jangka tertentu untuk menerima hasil kerja. Uang yang baru saja ia berikan pada Om Antoh adalah uang hasil menjual koran.
Naura Zeina Ivanka atau kerap kali dikenal dengan sebutan Nana hanyalah seorang gadis remaja biasa seperti kebanyakan remaja lainnya. hanya saja ia tidak mempunyai orang tua. Satu-satunya keluarga yang dia punya hanyalah Anton, pamannya yang merawatnya sejak kecil. Bahkan sejak bayi.
Nana memang tidak pernah bertemu kedua orang tunya sejak lahir. Kata Anton, Nana ada karena sebuah kesalahan. Ayahnya tidak menerima kehadirnnya dan malah pergi lalu menghilang begitu saja.
Sedangkan Ibunya meninggal setelah melahirkan Nana.
Mungkin dulu Nana akan menangis jika mengingat semua kenyataan tentang dirinya dan kedua orang tuanya. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Ia sudah terbiasa dengan kenyataan pahit itu. tidak ada anak yang tidak sedih jika keberadannya tidak di terima apalagi oleh orang tuanya sendiri. Tapi Nana harus bagaimana? Dirinya sudah disini dan dia harus menerimanya.
Dengan langkah tertatih Nana mengambil selimut di pojok gudang. Ia merebahkan dirinya di lantai yang dingin. Memeluk dirinya sendiri seperti janin. Begitu senyap dan hening. Yang terdengar hanya suara napasnya sendiri. Nana berusaha memejamkan matanya meski begitu sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
Teen Fictionhanya kisah tentang seorang cowok bernama Gavin yang berusaha mendapatkan cintanya kembali.