06. Tak ingin kembali

326 39 16
                                    

Yuk absen dulu. Kalian yang baca dari daerah mana aja?

💔💔💔

Gavin yang tak sengaja mendengarnya pun pura-pura diam dan sesantai mungkin. Padahal dalam hatinya sudah geregetan ingin bertanya siapa cowok bernama Riko itu yang menelpon Nana.

Apa jangan-jangan sudah ada yang berani mendekati gadisnya lagi? Tapi setahu Gavin, ia dan teman-temannya sudah mengancam cowok-cowok yang ingin mendekati Nana.

"kamu kenapa nelpon aku?" Tanya Nana pelan.

Aku?! Gavin menggeram dalam hati. Kenapa harus pake aku-kamu?!

Gavin tidak tahu apa yang diucapkan cowok bernama Riko itu di sana. Gavin tidak bisa mendengarnya. Dan lebih sialan lagi suara Nana sengaja di pelankan. Maksudnya apa? Agar Gavin tidak dengar, begitu? Sialan.

"Aku udah pulang..." Ucap Nana lagi. "Oh.. Nggak usah. Besok aku pulangnya naik angkot aja. Aku nggak mau ngerepotin kamu terus."

Ngerepotin terus? Ada apa ini sebenarnya?! Gavin menggerutu dalam hati.

"Iya. Yaudah." Nana pun menutup telponnya.

"Siapa?" Tanya Gavin langsung.

Nana diam. Sebenarnya yang menelponnya tadi adalah Riko, teman yang biasa mengantar Nana pulang dari kerja. Riko sekolah di tempat yang sama dengannya hanya saja beda kelas. Sudah beberapa minggu ini ia mengenal Riko. Dan akhirnya mereka berteman. Tapi di sekolah mereka jarang bertemu, oleh karena itu mereka bertemu di luar sekolah seperti saat Nana kerja atau saat pulang kerja.

"Na...'' Panggil Gavin lagi. Kini laju motornya menjadi lebih pelan dari sebelumnya.

"Dia temen aku."

"Temen?" dan Motor Gavin berhenti. Nana kebingungan.

"Kok berhenti?" Nana menatap sekelilingnya yang ternyata mereka berhenti di sebuah jalan sepi. Tidak ada rumah aku toko-toko kecil. Hanya ada tanah kosong yang lapang dipinggir jalan juga pepohonan yang rindang.

Gavin turun dari motor dan tiba-tiba mengambil ponsel Nana dari genggamannya. Nana terkejut dengan tindakan Gavin.

Entah kenapa hati Gavin terasa begitu panas.

"Gavin, kamu apa-apaan sih?!" Nana berusaha mengambil ponselnya kembali tapi Gavin tidak membiarkannya.

"Diam!" Bentaknya marah. "Sejak kapan kamu punya temen cowok? Ngapain kamu temenan sama dia?" dengan lancangnya Gavin menghapus nomor Riko lalu memasukkan ponsel kecil Nana ke saku bajunya.

Nana yang diperlakukan seperti itu oleh Gavin berusaha menahan kesabarannya. Kenapa cowok itu marah? Dengan siapapun Nana berteman itu bukan urusan Gavin. Dan Gavin tidak berhak memarahinya.

Membiarkan ponselnya diambil Gavin, Nana turun dari motor dan hendak pergi meninggalkan Gavin.

"Mau kemana?" Cegah Gavin menggenggam pergelangan tangan Nana.

Nana menatap Gavin marah kemudian berusaha melepaskan cengkeramannya. "Aku mau pulang! mulai sekarang kamu nggak usah anterin aku lagi!"

"Oh.. Jadi udah ada yang nganterin kamu pulang ya? Pasti cowok itu! iya kan?!" Emosi Gavin malah semakin menjadi. Ia menarik tangan Nana dan tenpa sadar mendorong gadis itu hingga jatuh terlentang di rerumputan.

Gavin tidak terima posisinya direbut orang lain. Ia tidak suka Nana dekat dengan pria lain selain dirinya. Dulu Nana selalu bersamanya, dulu Nana selalu merepotkannya, dulu Nana selalu menurut padanya.

GAVIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang